Dominasi Penggunaan Bahasa Indonesia dan Bahasa Jawa dalam

dirancang sebagai upaya menumbuhkembangkan daya pikir dan peranan anak kecil dalam kehidupannya. Semua kegiatan belajar ini dikemas dalam model belajar sambil bermain. Ejaan bahasa Indonesia serta bahasa Indonesia yang baik dan benar sering diabaikan oleh para pengguna bahasa Indonesia. Padahal dengan memperhatikan aturan ini, struktur dan logika kalimat dalam bahasa Indonesia juga bahasa-bahasa yang lain, sebenarnya yang digunakan pun akan tertata dengan rapi. Bahasa yang rapi, akan membantu pemakainya untuk berpikir dengan rapi dan tertata pula. Tanda baca, ejaan, bentuk kata, imbuhan, struktur kalimat yang salah sering dianggap benar karena faktor kebiasaan. Jika biasa dipakai, maka kesalahan pun menjadi benar. Sedangkan dalam pengajaran, kesalahan sekecil apapun tidak bisa ditolerir, karena jika dilakukan maka kesalahan pun akan menjadi ‟benar‟. Pemerolehan dan kompetensi bahasa yang meliputi tataran fonologis bunyi, morfologis kata, sintaksis kalimat, dan semantis makna harus diintegrasikan ke dalam proses kegiatan belajar mengajar. Permainan-permainan yang telah disebutkan di atas pun disesuaikan dengan tataran kebahasaan tersebut. Permainan true or false misalnya digunakan untuk melatih tataran sintaksis, card sort untuk tataran semantis, dan lain-lain. Seperti pemerolehan pengetahuan yang lain, pemerolehan bahasa pun sebaiknya dilakukan bertahap dari tataran fonologis kemudian meningkat sampai ke tataran semantis, karena secara kognitif, manusia dalam hal ini khususnya anak memelajari dan memproduksi bahasa dari bunyi yang dia dengar kemudian ditiru dan diucapkan, kemudian membentuk kata, menyusun kata menjadi kalimat, berlanjut menuju memaknai kata atau kalimat. Kompetensi mendengar, berbicara, membaca, dan menulis harus terintegrasi dalam pengajaran bahasa.

4.7 Hambatan Panggunaan Bahasa Indonesia dan Bahasa Jawa dalam

Pembelajaran. Hambatan pengunaan bahasa Indonesia dalam proses pembelajaran di TK Masyitoh Lamaran dan Temukerep antara lain; 1 Latar belakang keluarga yang lebih banyak menggunakan bahasa Jawa sehingga kebiasaan tersebut terbawa sampai ke sekolah. 2 Kultur pedesaan yang lebih mengedepankan budaya Jawa sehingga pebiasaan terhadap penggunaan bahasa Indonesia kurang maksimal. 3 Penggunaan bahasa Indonesia tidak sesuai dengan kadiah, lebih banyak menggunakan bahasa Indonesia pergaulan, sehingga penggunaan bahasa Indonesia sekenanya. 4 Tingkat tumbuh kembangnya anak usia dini, sehingga persoalan kebingungan penyerapan bahasa perlu lebih continue. 5 Kuatnya filosofi tradisi budaya ketimuran, sehingga bahasa Jawa dianggap lebih berbudaya daripada bahasa Indonesia. Sedangkan hambatan pengunaan bahasa Jawa dalam proses pembelajaran di TK Masyitoh Lamaran dan Temukerep antara lain; 1 Bahasa Jawa lebih terkesan sebagai bahasa komunikasi harian, sehingga logat bahasa harian tersebut masuk kedalam suasana pembelajaran. 2 Penggunaan bahasa Jawa lebih banyak pada penggunaan bahasa ngoko kasar, sehingga makna nilai budaya ketimuranya bias. 3 Egosentris dari budaya kekinian yang kurang menjunjung nilai moralitas dan social, sehingga menganggap budaya Jawa dengan bahasa Jawanya tertinggal atau kuno. 4 Hilangnya hasrat anak sekarang untuk mempelajari bahasa Jawa.

4.8 Analisis Temuan

Berbicara merupakan salah satu keterampilan berbahasa. Dalam kehidupan sehari-hari kita kita lebih sering memilih berbicara untuk berkomunikasi. Karena komunikasi lebih efektif jika dilakukan dengan berbicara. Jadi berbicara memegang peranan penting dalam kehidupan sehari-hari. Pelaksanaan kurikulum 2004 KBK mata pelajaran bahasa Jawa berbeda dengan pelaksanaan Kurikulum 1994. Dalam kurikulum 2004 KBK, guru hanya sebagai fasilitator dan motivator bagi siswa untuk aktif dalam proses pembelajaran. Untuk itu guru harus pandai memilih metode pembelajaran yang tepat dan dapat merangsang keaktifan siswa dalam proses pembelajaran. Mata pelajaran bahasa Jawa kurikulum 2004 lebih menekankan pada penguasaan empat keterampilan berbahasa, yaitu keterampilan menyimak, berbicara, membaca dan menulis. Siswa tidak lagi menghafalkan teori-teori yang diberikan oleh guru melalui ceramah, tetapi siswa dituntut untuk bisa menerapkan dan mengaitkannya dengan kehidupan nyata. Jadi dari pembelajaran bahasa Jawa di sekolah, diharapkan siswa mencapai kompetensi-kompetensi tertentu dan mampu memanfaatkannya dalam kehidupan mereka. Dan yang paling utama adalah siswa mampu berbahasa Jawa dengan baik dan benar sesuai dengan konteksnya. Begitu juga dengan pelajaran sastra, siswa tidak hanya menghafalkan teori sastra atau hasil-hasil sastra Jawa saja, tetapi harus mampu menyimak, berbicara,