2.2 Pengembangan Nilai Karakter Mahasiswa dengan
Pembelajaran Open Inquiry
Fenomena sosial yang muncul di masyarakat kini semakin mengkhawatirkan. Degradasi moral telah menjadi fenomena rutin yang makin
menenggelamkan kemuliaan dan martabat bangsa. Perilaku kekerasan, korupsi, penindasan dan berbagai perilaku tidak pantas lainnya telah menjadi sebuah
kelatahan kolektif. Untuk mendapatkan harta, pangkat, jabatan, dan kedudukan tak jarang ditempuh dengan cara-cara curang, bahkan jika perlu menggunakan
ilmu permalingan, dunia klenik dan mistik. Hal ini bisa saja dikarenakan buruknya karakter bangsa kita.
Secara khusus Pemerintah Indonesia melalui kebijakan nasional pembangunan karakter bangsa, menekankan perlunya pendidikan karakter bagi
bangsa dengan beberapa alasan adanya 1 disorientasi dan belum dihayatinya nilai-nilai Pancasila; 2 keterbatasan perangkat kebijakan terpadu dalam
mewujudkan nilai-nilai Pancasila; 3 bergesernya nilai etika dalam kehidupan berbangsa dan bernegara; 4 memudarnya kesadaran terhadap nilai-nilai budaya
bangsa; ancaman disintegrasi bangsa; dan 5 melemahnya kemadirian bangsa Buku Induk Kebijakan Nasional Pembangunan Karakter Bangsa 2010-2025
dalam Kemendiknas 2011. Karakter bangsa merupakan modal utama membangun peradaban tingkat
tinggi. Masyarakat yang memiliki sifat jujur, mandiri, bekerjasama, patuh pada peraturan, dapat dipercaya, tangguh, serta memiliki etos kerja tinggi akan
menghasilkan sistem kehidupan sosialyang teratur dan baik. Oleh karena itu,
pendidikan harus terus didorong untuk mengembangkan kembali karakter bangsa yang sudah mulai hilang sehingga Indonesia dapat kembali mampu menjadi
bangsa yang kuat dan pada gilirannya mampu membangun peradaban yang lebih maju dan modern Mustari, 2011.
Menurut Kamus Besar Bahasa Indonesia 2008 karakter merupakan sifat- sifat kejiwaan, akhlak atau budi pekerti yang membedakan seseorang dari yang
lain. Sementara itu, Koesoema 2010menyatakan bahwa karakter merupakan sebuah gerak dialektis proses konsolidasi individu secara dinamis sehingga
menghasilkan ciri kepribadian yang stabil. Karakter merupakan perpaduan antara moral, etika, dan akhlak. Moral
lebih menitikberatkan pada kualitas perbuatan, tindakan atau perilaku manusia atau perbuatan itu bisa dikatakan baik atau buruk, atau benar atau salah.
Sebaliknya, etika memberikan penilaian tentang baik dan buruk, berdasarkan norma-norma yang berlaku dalam masyarakat tertentu, sedangkan akhlak
tatanannya lebih menekankan bahwa pada hakikatnya dalam diri manusia itu telah tertanam keyakinan di mana keduanyabaik dan buruk itu ada. Karenanya,
pendidikan karakter dimaknai sebagai pendidikan nilai, pendidikan budi pekerti, pendidikan moral, pendidikan watak, yang tujuannya mengembangkan
kemampuan peserta didik untuk memberikan keputusan baik-buruk, memelihara apa yang baik itu, dan mewujudkan kebaikan itu dalam kehidupan sehari-hari
dengan sepenuh hati Kemendiknas, 2010: 1. Aqib Sujak 2011 menjelaskan pula bahwa pendidikan karakter adalah suatu sistem penanaman nilai-nilai
karakter yang meliputi komponen pengetahuan, kesadaran atau kemauan, dan
tindakan untuk melaksanakan nilai-nilai tersebut. Sementara itu, Koesoemo 2011 menyatakan bahwa pendidikan berkarakter menekankan pada unsur
psikososial yang dikatakan dengan pendidikan dan konteks lingkungan. Dapat dinyatakan pendidikan karakter berkaitan dengan kepribadian seseorang yang
menampilkan ciri atau karakteristiksifat khas seseorang yang bersumber dari hasil berakomodasi dan berasosiasi dengan lingkungan.
Dalam mengatasi permasalahan karakter bangsa, Perpres 2010menyebutkan bahwa substansi inti program aksi bidang pendidikan di
antaranya adalah penerapan metodologi pendidikan yang tidak lagi berupa pengajaran demi kelulusan ujian teaching to the test, namun pendidikan
menyeluruh yang memperhatikan kemampuan sosial, watak, budi pekerti, kecintaan terhadap budaya-bahasa Indonesia dengan memasukkan pula
pendidikan kewirausahaan sehingga sekolah dapat mendorong penciptaan hasil didik yang mampu menjawab kebutuhan sumber daya manusia.
Dewasa ini berbagai pihak menuntut peningkatan intensitas dan kualitas pelaksanaan pendidikan karakter pada lembaga formal. Lembaga pendidikan
formal diharapkan mampu berperan sebagai wadah resmi pembinaan generasi muda diharapkan dapat meningkatkan peranannya dalam pembentukan
kepribadian peserta didik melalui peningkatan intensitas dan kualitas pendidikan karakter.
Sekolah dan universitas sebagai penyelenggara pendidikan formal mengintegrasikan pendidikan karakter pada komponen-komponen pendidikan dan
seluruh warga yang mendukung dalam lingkungan sekolah tersebut karena dalam
pelaksanaannya, pendidikan karakter tidak dimasukkan sebagai pokok bahasan. Menurut Aqib Sujak 2011: 9 mengatakan bahwa pendidikan karakter
dimaknai sebagai suatu keterkaitan antara komponen-komponen karakter yang mengandung nilai-nilai perilaku yang dapat dilakukan atau bertindak secara
bertahap dan saling berhubungan antara pengetahuan nilai-nilai perilaku dengan sikap atau emosi yang kuat untuk melaksanakannya, baik terhadap Tuhan Yang
Maha Esa, dirinya, sesama, lingkungan, bangsa dan negara serta dunia internasional. Selain itu, pendidikan karakter di lembaga pendidikan formal
dijalankan secara berkesinambungan dan bersifat elaboratif atau mencakup semua komponen yang ada di dalam lingkungan sekolah. Penerapan strategi
pembelajaran yang sesuai dalam proses pembelajaran diperlukan untuk mencapai tujuan pembelajaran secara efektif.
Eksperimen open inquiry merupakan strategi pembelajaran yang sesuai untuk mengembangkan sikap. Hasil penelitian Sarwi Khanafiyah 2010
menunjukan adanya efektifitas penggunaan eksperimen gelombang open inquiry dalam meningkatkan keterampilan kerja ilmiah dan mengindikasikan mampu
secara positif mengembangkan sikap, sehingga perlunya kajian untuk mengetahui penerapan eksperimen tersebut dalam mengembangkan aspek kepribadian berupa
karakter. Sanjaya 2011 yang menyatakan pula bahwa salah satu prinsip pembelajaran inkuiri merupakan prisip interaksi, baik interaksi antara peserta
didik maupun peserta didik dengan gurudosen, bahkan peserta didik dengan lingkungan belajarnya dan hal itu mampu membuat peserta didik mengalami
perkembangan sikap terutama sikap ilmiah.
Menurut Pusat Kurikulum2009 terdapat 12 pendidikan nilai karakter yang harus dikembangkan dalam pembelajaran, yaitu: religious, jujur, toleransi,
disiplin, kerja keras, kreatif, mandiri, demokratis, rasa ingin tahu, semangat kebangsaan, cinta tanah air, menghargai prestasi, bersahabatkomunikatif, cinta
damai, gemar membaca, peduli lingkungan, peduli sosial dan tanggungjawab. Pada penelitian ini, peneliti akan mengamati dan menganalisis enam
karakter yang muncul saat melakukan kegiatan eksperimen open inquiry. Keenam karakter akan diamati selama mahasiswa melakukan praktikum, karena keenam
nilai karakter yang sering muncul saat melakukan eksperimen. Keenam karakter yang diambil yaitu 1 disiplin; 2 kerja keras; 3 mandiri; 4 rasa ingin tahu; 5
komunikatifkerjasama; dan 6 tanggung jawab. Adapun pengertian keenam karakter dipaparkan sebagai berikut;
1. Disiplin
Disiplin adalah tindakan yang menunjukan perilaku tertib dan patuh pada berbagai ketentuan dan peraturan.
2. Kerja keras
Kerja keras merupakan perilaku yang menunjukan upaya sungguh- sungguh dalam mengatasi berbagai hambatan guna menyelesaikan tugas belajar
dengan sebaik-baiknya. 3.
Kemandirian Kemandirian berasal dari kata mandiri yang berarti berdiri sendiri, tidak
tergantung kepada orang lain. Menurut Kamus Besar Bahasa Indonesia 2008 kemandirian adalah “keadaan dapat berdiri sendiri tanpa tergantung pada orang
lain”. Jadi dalam melakukan aktifitas menekankan pada kebebasan melakukan sesuatu secara langsung, bebas dari rasa takut.
4. Rasa ingin tahu
Rasa ingin tahu merupakan sikap dan tindakan yang selalu berupaya untuk mengetahui lebih mendalam dan meluas dari apa yang dipelajari, dilihat, dan
didengar. 5.
Komunikatifkerjasama Komunikatifkerjasama merupakan tindakan yang memperlihatkan rasa
senang berbicara, bergaul, dan bekerja secara bersama dengan orang lain. 6.
Tanggung jawab Tanggung jawab merupakan sikap dan perilaku seseorang untuk
melaksanakan tigas dan kewajibannya, yang seharusnya dia lakukan, terhadap diri sendiri, masyarakat, lingkungan, negara dan Tuhan Yang Maha Esa.
2.3 Peningkatan Pemahaman Konsep Fisika dengan