100 Berdasarkan Gambar 18, dapat diketahui bahwa suhu udara di DAS Cicatih
mencapai nilai maksimum pada bulan Mei dan minimum pada bulan Februari. Suhu rata-rata bulanan di wilayah ini berkisar antara 25,1
o
C sampai 26.5
o
C
.
Sedangkan berdasarkan grafik kelembaban udara relatif diketahui bahwa kelembaban udara di DAS Cicatih mencapai nilai maksimum pada bulan Februari
dan minimum pada bulan Agustus. Kelembaban rata-rata bulanan di wilayah ini berkisar antara 83,5 sampai 88,8 Gambar 19.
Berdasarkan grafik lama penyinaran diketahui bahwa lama penyinaran di DAS Cicatih mencapai nilai maksimum pada bulan Agustus dan minimum pada
bulan Januari. Radiasi rata-rata bulanan di wilayah ini berkisar antara 29,0 -
53,2 Gambar 20.
Gambar 17 Curah hujan rata-rata bulanan 1990-2008 berdasarkan metode
polygon Thiessen di DAS Cicatih Gambar 18 Grafik suhu udara tahun 1984-
2004 di DAS Cicatih
Gambar 19 Grafik kelembaban udara selama 21 tahun 1984-2004 di DAS Cicatih
Gambar 20 Grafik lama penyinaran selama 21 tahun 1984-2004 di DAS
Cicatih
4.4 Tutupan Lahan Land Cover
Hasil analisis citra landsat 7 ETM pathrow 12265 dan setelah melalui groundchek menunjukkan bahwa terdapat dua belas tipe tutupan lahan di DAS
Cicatih, yaitu hutan primer dan sekunder, kawasan dan zona industri, kawasan
50 100
150 200
250 300
350 400
450
Jan Feb
Mar Apr
Mei Jun
Jul Agt
Sep Okt
Nop Des
C u
ra h
H u
ja n
m m
Bulan
Grafik curah hujan rata-rata bulanan tahun 1990-2008 berdasarkan metode polygon Thiessen di DAS Cicatih
CH Rata2 CH Maksimum
CH Minimum
19,0 21,0
23,0 25,0
27,0 29,0
31,0 33,0
35,0 37,0
Jan Feb Mar Apr
Mei Jun
Jul Agt Sep Okt Nov Des
Su h
u o
C
Bulan
Grafik Suhu Maksimum dan Minimum Tahun 1984-2004
Suhu maksimum Suhu minimum
Suhu rata-rata
80,0 81,0
82,0 83,0
84,0 85,0
86,0 87,0
88,0 89,0
90,0
Jan Feb Mar Apr Mei Jun Jul
Agt Sep Okt Nov Des
R H
Bulan
Grafik Kelembaban Udara Tahun 1984-2004
0,0 10,0
20,0 30,0
40,0 50,0
60,0
Jan Feb Mar Apr Mei Jun Jul
Agt Sep Okt Nov Des
R a
d ia
si
Bulan
Grafik Lama Penyinaran Tahun 1984-2004
101 pertambangan, kebun campuran, ladangtegalan, pemukiman, perkebunan, sawah,
semak belukar, dan sungaidanautubuh air. Peta penutupan lahan tahun 1991, 2001, dan 2008 masing-masing disajikan pada Gambar 21-23. Luas dan persentase
penutupan lahan di DAS Cicatih dapat dilihat pada Tabel 18 berikut. Tabel 18 Luas masing-masing tipe penutupan lahan pada tahun 1991, 2001, dan 2008
No Penutupan lahan
Luas ha Persentase luas
1991 2001
2008 1991
2001 2008
1 Hutan Primer
9715 9024
9019 18,13
16,84 16,83
2 Hutan Sekunder
935 782
566 1,75
1,46 1,06
3 Kawasan dan Zona Industri
35 45
55 0,07
0,08 0,10
4 Kawasan Pertambangan
254 246
250 0,47
0,46 0,47
5 Kebun Campuran
8902 9467
9766 16,62
17,67 18,23
6 Ladangtegalan
13643 14282 13392 25,47
26,66 25,00
7 Pemukiman
2135 2218
2232 3,99
4,14 4,17
8 Perkebunan
3388 3616
4438 6,32
6,75 8,28
9 Sawah
13943 13533 13521 26,03
25,26 25,24
10 Semak Belukar
340 104
101 0,63
0,19 0,19
11 Sungaidanautubuh air
217 215
212 0,41
0,40 0,40
12 Tanah kosongterbuka
67 42
22 0,13
0,08 0,04
Total 53574 53574 53574 100,00
100,00 100,00
Daerah hutan berada pada daerah hulu yang mempunyai kelerengan curam sampai sangat curam tepatnya disekitar Gunung Salak dan Gunung Pangrango. Hanya
sebagian kecil hutan yang berada di daerah tengah DAS yaitu yang berada di Gunung Walat. Daerah persawahan sebagian besar berada di wilayah tengah dan
hulu DAS yang berada pada daerah dengan kemiringan kurang dari 15.
Gambar 21 Peta penutupan lahan DAS Cicatih tahun 1991
Gambar 22 Peta penutupan lahan DAS Cicatih tahun 2001
102
Gambar 23 Peta penutupan lahan DAS Cicatih tahun 2008
Penggunaan lahan merupakan land use merupakan wujud dan perpaduan dari aktivitas manusia di wilayah tertentu untuk memenuhi kebutuhan. Penggunaan
lahan dapat diketahui dengan menghitung intensitas dan laju penggunaan sumber daya lahan. Perubahan penggunan lahan akan mempengaruhi tingkat produktivitas
sumber daya lahan dan kondisi ekosistem secara keseluruhan, baik di wilayah hulu DAS maupun wilayah hilir DAS. Perubahan tutupan lahan land cover merupakan
faktor yang sangat penting dikaitkan pengaruhnya terhadap sifat dan karakteristik DAS terutama fisik, kimia, bilogi, sedimentasi, dan debit.
Pada Tabel 19 disajikan laju perubahan penutupan lahan per tahun untuk periode 1991-2001.
Tabel 19 Laju perubahan penutupan lahan per tahun periode 1991-2008
No Jenis Penutupan lahan
Luas ha Persentase luas
1 Hutan Primer
-38,7 -0,0722
2 Hutan Sekunder
-20,5 -0,0383
3 Kawasan dan Zona Industri
1,1 0,0021
4 Kawasan Pertambangan
-0,2 -0,0004
5 Kebun Campuran
48,0 0,0896
6 Ladangtegalan
-13,9 -0,0260
7 Pemukiman
5,4 0,0101
8 Perkebunan
58,3 0,1089
9 Sawah
-23,4 -0,0438
10 Semak Belukar
-13,3 -0,0248
11 Sungaidanautubuh air
-0,3 -0,0005
12 Tanah kosongterbuka
-2,5 -0,0047
Sumber: Hasil intepretasi peta tata guna lahan dan citra satelit ETM 1991 dan 2008
Dari Tabel 19 diperoleh informasi bahwa kawasan industri, pemukiman, kebun campuran, dan perkebunan mengalami pertumbuhan luas positif penambahan,
103 sedangkan hutan, kawasan pertambangan, ladangtegalan, sawah, semak belukar,
tubuh air,dan tanah kosong mengalami pertumbuhan luas negatif penurunan di seluruh wilayah DAS. Laju pertumbuhan per tahun pembukaan lahan untuk
memenuhi kebutuhan pemukiman sebesar 0,01 5,4 ha. Laju pertumbuhan per tahun pembukaan lahan untuk perkebunan 0,12 58,3 ha. Laju pertumbuhan per
tahun pembukaan lahan untuk kawasan industri 0,002 1,1 ha. Laju pertumbuhan per tahun pembukaan lahan untuk kebun campuran 0,09 48,0 ha.
Laju penurunan luas penutupan lahan dialami oleh tipe penggunaan lahan untuk hutan, kawasan pertambangan, ladangtegalan, sawah, semak belukar, tubuh
air,dan tanah kosong. Laju penurunan luas hutan primer dan sekunder per tahun di wilayah DAS Cicatih masing-masing sebesar 0,07 38,7 ha, sedangkan untuk
hutan sekunder laju penurunannya sebesar 0,04 20,5 ha. Luas kawasan pertambangan mengalami laju penurunan per tahun sebesar 0,0004 0,2 ha, laju
penurunan luas ladangtegalan per tahun sebesar 0,026 13,9 ha, laju penurunan luas sawah per tahun sebesar 0,04 23,4 ha, laju penurunan luas semak belukar
per tahun sebesar 0,02 13,3 ha, laju penurunan luas tubuh air per tahun sebesar 0,0005 0,3 ha, dan laju penurunan luas tanah kosong per tahun 0,005 2,5 ha.
Boer et al. 2004 menyatakan bahwa perubahan tata guna lahan dan penutup lahan sangat besar pengaruhnya terhadap keseimbangan air dalam suatu DAS.
Beberapa studi menunjukkan bahwa deforestasi meningkatkan debit puncak dan frekuensi terjadinya banjir. Deforestasi cenderung menurunkan aliran dasar karena
deforestasi dan pembukaan lahan akan menurunkan kapasitas infiltrasi sehingga aliran permukaan akan berlangsung dengan cepat yang menimbulkan banjir pada
musim hujan, sebaliknya jumlah air yang masuk ke dalam tanah berkurang sehingga menurunkan volume air yang mengalir ke sungai utama. Selanjutnya
Pawitan 2004 menyatakan bahwa dampak perubahan penutup lahan dalam skala luas akan mengakibatkan perubahan fungsi hidrologis DAS yang berawal dari
penurunan curah hujan wilayah dan siikuti dengan penurunan water yield di DAS.
4.5 Satuan Lahan