Sebaran SPL Teluk Jakarta

4.5 Hubungan Konsentrasi Klorofil-a dan SPL

Citra yang digunakan untuk melihat hubungan antara SPL dan konsentrasi klorofil-a adalah citra tanggal 22 Maret 2010. Gambar 10 memperlihatkan hubungan antara SPL dan klorofil-a. Gambar 10 . Plot antara SPL terhadap konsentrasi klorofil-a. Pada Gambar 10 dapat dilihat bahwa hubungan klorofil-a dan SPL tidak memiliki hubungan yang erat, di mana koefisien determinasi R 2 antara kedua parameter tersebut hanya 0.487. Ini berarti bahwa konsentrasi klorofil-a tidak memiliki hubungan yang erat dengan SPL. Dari sebaran konsentrasi klorofil-a antara tahun 2009-2010 Gambar 7 menunjukkan bahwa pada umumnya konsentrasi klorofil-a yang tinggi berada di muara-muara sungai. Hal ini dikarenakan pasokan zat haranutrient fosfat, nitrat, dan silikat dari daratan yang tinggi, sehingga dapat dikatakan zat hara lebih berpengaruh dari suhu Muchtar, 2008. Oleh karena itu, pada penelitian selanjutnya perlu dilakukan kajian terhadap parameter tersebut zat hara. R 2 = 0.487 n = 409007

4.6 Marak Alge

Marak alge Algal Blooms merupakan fenomena meledaknya populasi fitoplankton yang dapat merugikan dan memiliki efek negatif, yaitu menurunnya kualitas perairan. Pada jenis fitoplankton tertentu dari kelompok dinoflagelata, ledakan populasinya akan berdampak sangat besar baik bagi kesehatan manusia dan organisme lainnya, karena kelompok ini pada saat marak blooming mengeluarkan racun tosik yang dapat menyebabkan sakit dan bahkan kematian jika kita memakan produk hasil laut kerang-kerangan, ikan, dan biota laut lainnya pada keadaan tersebut. Sehingga perlu dilakukan pengkajian terhadap fenomena ini. Berdasarkan data yang telah diolah diketahui bahwa pada saat pengambilan data Maret 2010, konsentrasi klorofil-a di perairan Teluk Jakarta relatif rendah dan tidak mengindikasikan akan terjadi marak alge. Peta sebaran klorofil-a bulan Juli 2009 Gambar 9.b memperlihatkan hampir separuh perairan Teluk Jakarta 174.9531 km 2 memiliki konsentrasi klorofil-a yang sangat tinggi 10mgm 3 dan dapat dikategorikan sebagai kejadian marak alge, yang biasanya disusul dengan menurunnya kadar oksigen ketingkat rendah kondisi hypoksid 2mll, dan bahkan ke tingkat tidak ada oksigen sama-sekali kondisi anoksik; 0 mll sehingga dapat memicu terjadinya kematian masal ikan di Teluk Jakarta. Sehubungan dengan dampak negatif dari fenomena marak alge, telah terjadi kematian massal ikan di perairan Teluk Jakarta tepatnya pada tanggal 16- 17 September 2010 sepanjang perairan Marina sampai Pantai Karnaval, Ancol yang yang diduga akibat kondisi perairan yang anoksik Media Indonesia, 2010. Berdasarkan informasi tersebut, telah diolah tiga buah citra yaitu tanggal 12,14, dan 18 September 2010, seperti tampak pada Gambar 12.