Sebaran Klorofil-a HASIL DAN PEMBAHASAN

Gambar 7. Sebaran konsentrasi rata-rata klorofil-a di perairan Teluk Jakarta. a: Jun.2009 rata-rata tgl 7,19. 23 dan 26; b. Jul. 2009 rata-rata tgl 1 dan12; c. 1. Ags.2009; d. Sep.2009 rata-rata tgl 1 dan 12; e. 1. Okt. 2009; f. 2 Nov. 2009; g. 4 Des. 2009; h. 4 Jan. 2010; i. 7 Feb. 2010, j. 22 Mar. 2009; k. Apr. 2010 rata-rata tgl. 7, 12 dan 19, dan l. 1 Mei 2010. k l i j 10 g h Konsentrasi klorofil-a mulai terlihat menurun pada bulan Agustus 1.5-7.5 mgm 3 ; Gambar 7.c dan terus turun hingga ke September 2009 1.5-5.0 mgm 3 ; Gambar 7.d dan mencpapai konsentrasi terendah di bulan Oktober 0.75-1.5 mgm 3 ; Gambar 7.e, namun kembali meningkat di bulan November 2009 1-10 mgm 3 , Gambar 7.f, terutama di sepanjang garis pantai dekat muara-muara sungai sisi barat citra dan di bagian tengah sisi timur, yaitu di depan Sungai Ciliwung. Jika dikaitkan dengan sistem pendeteksian dini fenomena marak alge perairan Teluk Jakarta yang dikembangkan oleh Wouthuyzen 2006, maka kondisi perairan masih dikategorikan dalam kondisi aman Wouthuyzen, 2006. Pada citra tanggal 4 Desember 2009 Gambar 7.g tampak secara visual bahwa konsentrasi klorofil-a setara dengan citra bulan Oktober 2009 Gambar 7.e yang berada pada kisaran 0,75-1,5 mgm 3 . Konsentrasi klorofil-a terendah dari seluruh bulan terjadi pada citra bulan Januari 2010 Gambar 7.h dengan kisaran konsentrasi klorofil-a yang terendah 0,1 - 0,25 mgm 3 dan mencakup area yang luas di Teluk Jakarta. Peningkatan konsentrasi klorofil-a berulang kembali di sepanjang pesisir pantai, terutama di depan muara sungai seperti terlihat pada citra tanggal 7 Februari 2010 Gambar 7.i, di mana terdapat beberapa titik yang memiliki konsentrasi korofil-a yang relatif tinggi 7,5 mgm 3 . Sebaliknya, pada bulan Maret 2010 Gambar 7.j terlihat sebaran konsentrasi klorofil-a sedang 2,5-5.0 mgm 3 yang melebar dan cukup tinggi di sebelah timur Teluk Jakarta dekat muara sungai. Sebaran konsentrasi klorofil-a bulan April 2010 yang merupakan rata-rata dari citra tanggal 7, 12, dan 19 April 2010 Gambar 7.k memperlihatkan konsentrasi klorofil-a di perairan Teluk Jakarta berada pada kisaran 2,5-5,0 mgm 3 . Pada citra tanggal 1 Mei 2010 Gambar 7.l, konsentrasi klorofil-a yang tinggi menyebar terutama di sepanjang garis pantai dekat muara-muara sungai sisi barat citra dan di bagian tengah sisi timur, yaitu di depan Sungai Ciliwung sama seperti pada citra bulan November 2009 Gambar 7.f. Berdasarkan gambar seluruh citra Gambar 7.a-7.l, maka kisaran nilai konsentrasi minimum, maksimum dan rata- rata klorofil-a di Teluk Jakarta disarikan dalam Tabel 7 berikut. Tabel 7. Konsentrasi Klorofil-a Teluk Jakarta No. Bulan Konsentrasi Klorofil-a Minimum Maksimum Rata-rata 1 Juni 2009 0.1665 12.3154 2.7619 2 Juli 2009 0.2009 75.4717 9.8093 3 Agustus 2009 0.1943 7.7090 1.7879 4 September 2009 0.1595 6.1330 1.4352 5 Oktober 2009 0.2328 6.4362 1.0834 6 November 2009 0.1542 14.7446 1.7791 7 Desember 2009 0.2932 2.5956 0.8825 8 Januari 2010 0.1528 3.2726 0.3728 9 Februari 2010 0.1535 21.7274 1.4977 10 Maret 2010 0.1541 7.9412 1.5154 11 April 2010 0.4843 5.5206 1.5917 12 Mei 2010 0.1530 7.8268 1.2267

4.2 Pembuatan Algoritma Empiris SPL

Pembuatan algoritma empiris dari suhu permukaan laut SPL di perairan Teluk Jakarta menggunakan tujuh persamaan regresi, yaitu : linear, linear berganda, logaritmik, eksponensial, polinomial orde dua, polinomial orde tiga, dan power. Persamaan regresi dibentuk dengan memplotkan nilai radiansi kanal pada citra MODIS dengan SPL in situ yang di ukur di lapangan. Penelitian ini menggunakan 2 kanal inframerah termal TIR, yaitu kanal 30 dan 31, maka pertama-tama dilakukan pengujian terlebih dahulu kanal mana yang memberikan hasil terbaik. Hasil pengujian menunjukkan bahwa kanal 30 yang berada pada kisaran panjang gelombang 9.580 - 9.880 µm Lampiran 1 memberikan hasil terbaik. Selanjutnya kanal 30 digunakan dalam pengembangan model empiris pendugaan SPL, akan tetapi kanal 31 masih digunakan dalam pembuatan model yang menggunakan persamaan regresi linear berganda. Tabel 8 memperlihatkan hasil pengembangan model empiris pendugaan SPL dengan menggunakan berbagai macam persamaan regresi. Setelah semua persamaan regresi tersebut dicoba pada nilai radiansi citra MODIS, ternyata pada persamaan polinomial baik orde dua maupun orde tiga tidak dapat digunakan dalam menduga SPL karena model dugaan SPL yang diperoleh menggunakan kedua algoritma tersebut tidak menunjukkan kisaran suhu yang terdapat di permukaan laut. Sehingga hanya lima persamaan regresi yang dijadikan dasar untuk menduga SPL. Tabel 8. Algoritma Pendugaan SPL No. Model Hubungan Persamaan R 2 RMS error 1 Linear y=1.333x - 2058.3 0.7933 0.1510 2 Eksponensial y=6E-29e 0.0436x 0.7942 2.3576 3 Logaritmik y = 2088.7Lnx - 15336 0.7932 0.1945 4 Power y = 2E-217x 68.322 0.7941 8.7932 5 Berganda y=1.3615x 1 -0.0287x 2 -2057.4033 0.7934 0.1508 Keterangan : x = radiansi kanal 30; x 1 = radiansi kanal 30; x 2 = radiansi kanal 31 y = SPL model Tabel 8 menunjukkan bahwa model empiris hubungan regresi linear berganda y=1.3615x 1 -0.0287x 2 -2057.4033 memiliki R 2 = 0.7934 dan RMS error = 0.1508, kemudian pada model regresi linear y=1.333x - 2058.3 memiliki R 2 = 0.7933 dan RMS error = 0.1510. Nilai R 2 dari model hubungan eksponensial dan power memiliki nilai yang cukup tinggi, namun RMS error pada kedua model hubungan regresi tersebut terlampau besar. Oleh karena itu, model persamaan regresi linear berganda dipilih sebagai model empiris dalam menduga SPL di perairan Teluk Jakarta. Berdasarkan persamaan tersebut regresi linear berganda, terlihat bahwa kanal 30 x 1 lebih berperan dibandingkan kanal 31 x 2 dalam menduga SPL. Hal ini sesuai dengan Lillesand dan Kiefer 1990, yang menyatakan bahwa suhu kenampakan permukaan bumi umumnya terjadi mendekati 300 o K, dengan pancaran suhu puncak kira-kira pada 9,7 µm yang