Pembuatan Algoritma Empiris SPL
Tabel 8 memperlihatkan hasil pengembangan model empiris pendugaan SPL dengan menggunakan berbagai macam persamaan regresi. Setelah semua
persamaan regresi tersebut dicoba pada nilai radiansi citra MODIS, ternyata pada persamaan
polinomial baik orde dua maupun orde tiga tidak dapat digunakan dalam menduga SPL karena model dugaan SPL yang diperoleh
menggunakan kedua algoritma tersebut tidak menunjukkan kisaran suhu yang terdapat di permukaan laut. Sehingga hanya lima persamaan regresi yang
dijadikan dasar untuk menduga SPL. Tabel 8. Algoritma Pendugaan SPL
No. Model Hubungan Persamaan
R
2
RMS error 1 Linear
y=1.333x - 2058.3 0.7933
0.1510 2 Eksponensial
y=6E-29e
0.0436x
0.7942 2.3576
3 Logaritmik y = 2088.7Lnx - 15336
0.7932 0.1945
4 Power y = 2E-217x
68.322
0.7941 8.7932
5 Berganda y=1.3615x
1
-0.0287x
2
-2057.4033 0.7934 0.1508
Keterangan : x = radiansi kanal 30; x
1
= radiansi kanal 30; x
2
= radiansi kanal 31 y = SPL model
Tabel 8 menunjukkan bahwa model empiris hubungan regresi linear berganda y=1.3615x
1
-0.0287x
2
-2057.4033 memiliki R
2
= 0.7934 dan RMS error
= 0.1508, kemudian pada model regresi linear y=1.333x - 2058.3 memiliki R
2
= 0.7933 dan RMS error = 0.1510. Nilai R
2
dari model hubungan eksponensial dan power memiliki nilai yang cukup tinggi, namun RMS error pada kedua model
hubungan regresi tersebut terlampau besar. Oleh karena itu, model persamaan regresi linear berganda dipilih sebagai model empiris dalam menduga SPL di
perairan Teluk Jakarta. Berdasarkan persamaan tersebut regresi linear berganda, terlihat bahwa kanal 30 x
1
lebih berperan dibandingkan kanal 31 x
2
dalam menduga SPL. Hal ini sesuai dengan Lillesand dan Kiefer 1990, yang menyatakan bahwa suhu kenampakan permukaan bumi umumnya terjadi
mendekati 300
o
K, dengan pancaran suhu puncak kira-kira pada 9,7 µm yang
terletak pada kanal 30 9.580 - 9.880 µm di sensor MODIS dibandingkan kanal 31 10.780 - 11.280 µm.
Setelah dipilih persamaan yang paling baik digunakan untuk menduga SPL pada penelitian ini, maka selanjutnya dilakukan uji beda nilai tengah uji-t
terhadap persamaan tersebut. Pengujian beda nilai tengah terhadap data yang digunakan dalam penelitian ini menghasilkan nilai t hitungt-statistik sebesar
0.0149 dan t-tabel sebesar 2.0555 Lampiran 2, ini berarti nilai t-hitung berada dalam selang nilai kritis. Sehingga dapat disimpulkan pada selang kepercayaan
95 nilai tengah SPL dugaan tidak berbeda nyata dengan nilai tengah SPL in situ
, atau dengan kata lain persamaan tersebut tervalidasi secara statistik. Perbandingan nilai SPL in situ dan SPL dugaan berdasarkan persamaan
regresi y=1.3615x
1
-0.0287x
2
-2057.4033 dapat dilihat pada Gambar 8.
Gambar 8.
Perbandingan SPL in situ dan SPL hasil dugaan citra Terra-MODIS Berdasarkan Gambar 8 terlihat bahwa SPL dugaanmodel relatif sama
atau tidak terlalu berbeda dengan SPL in situ kecuali pada stasiun tertentu. Penyebab perbedaan pada beberapa stasiun tersebut antara lain waktu
pengambilan data in situ yang tidak bertepatan dengan pengambilan data oleh satelit. Pengambilan data in situ SPL dilaksanakan pada pukul 07.00
– 13.00
WIB, sedangkan perekaman data oleh satelit Terra-MODIS pada pukul 10.30 WIB. Selain itu terdapat pula kemungkinan adanya gangguan atmosferik seperti
awan yang sangat tipis haze, gas-gas, butiran air atau debu di kolom atmosferik antara sensor dan permukaan air yang tidak dapat terdeteksi dengan mata
dimana ganguan tersebut merupakan hal paling peka dalam penginderaan jauh kualitas perairan termasuk SPL.