Unit Penangkapan Bubu Perbandingan Hasil Tangkapan Rajungan Dengan Menggunakan Dua Konstruksi Bubu Lipat Yang Berbeda Di Kabupaten Tangerang

30 5 HASIL DAN PEMBAHASAN

5.1 Unit Penangkapan Bubu

Alat tangkap yang digunakan dalam penelitian adalah bubu lipat yang memiliki bentuk dan jumlah funnel yang berbeda. Bubu yang digunakan dikhususkan untuk menangkap biota perairan yang berada didasar perairan, dengan hasil tangkapan utama adalah rajungan. Bubu lipat yang digunakan adalah berbentuk kotak dan bulat, yang masing-masing mempunyai jumlah dua dan tiga funnel. Tali temali yang digunakan seluruhnya menggunakan bahan PE multifilament, karena bahan tersebut harganya relatif lebih murah dan kuat untuk menarik alat tangkap dari dalam perairan. Dalam pengoperasian bubu, pemberat yang digunakan adalah besi dari bubu itu sendiri, yang bisa mempercepat tenggelamnya alat tersebut. Kapal yang digunakan saat penelitian adalah kapal yang dipakai untuk mengoperasikan jaring arad. Kapal tersebut terbuat dari kayu dengan ukuran 5 GT, panjang L 7,0 m, lebar B 2,8 m dan dalam D 1,0 m. Mesin penggerak yang digunakan adalah mesin motor tempel berkekuatan 20 PK Gambar 7 . Pada umumnya, kapal yang berukuran 5 GT yang digunakan nelayan Kronjo dalam pengoperasian adalah minyak tanah. Hal ini dikarenakan harga minyak tanah lebih murah dibandingkan dengan bahan bakar lain, walaupun bahan bakar minyak tanah tersebut lebih cepat membuat mesin rusak. Satu trip pengoperasian bubu berlangsung selama satu hari one day fishing. Nelayan yang mengoperasikan bubu lipat di Kronjo dalam satu perahu berjumlah 3 - 4 orang. Nelayan tersebut merupakan tenaga kerja penangkapan, yang memiliki tugas dan tanggung jawab masing-masing pada saat mengoperasikan alat tangkap. Nakhoda bertugas sebagai juru mudi dan menentukan lokasi fishing ground. Satu orang anak buah kapal bertugas memasang umpan dan menurunkan bubu, dan yang lain sebagai juru masak serta bertugas mengangkat bubu. Pada saat operasi penangkapan berlangsung, pembagian tugas dapat dilakukan secara bergantian diantara anak buah kapal. 31 Sebagian besar nelayan di Kronjo merupakan nelayan pendatang yang berasal dari daerah Cirebon, dan hanya berpendidikan Sekolah Dasar. Nelayan yang berasal dari Cirebon inilah yang mengenalkan alat tangkap bubu lipat dua pintu, kepada nelayan di Kronjo, sekaligus mengoperasikannya di perairan Kronjo. Umumnya, status nelayan di Kronjo adalah nelayan penuh dan nelayan sambilan utama, dengan umur berkisar antara 15 – 50 tahun. Gambar 7. Dimensi kapal penelitian 5.2 Metode Pengoperasian Penelitian yang dilakukan dalam mengikuti operasi penangkapan dimulai dari pagi hari hingga sore hari. Keberangkatan dari fishing base pada pukul 04.00 WIB dan kembali ke fishing base rata-rata pada pukul 15.00 WIB. Setting dilakukan pada perairan yang bersubstrat lumpur berpasir, sesuai dengan tempat tinggal yang disukai oleh hasil tangkapan. Pada saat penelitian, pengoperasian alat tangkap bubu dilakukan dengan mengikuti nelayan yang mengoperasikan jaring arad. Hal ini disebabkan, nelayan alat tangkap bubu sebagian besar beralih ke alat tangkap lain dan sebagian lagi mengoperasikan alat tangkap bubu ke perairan Sumatera dalam jangka waktu yang relatif lama. 32 Tahapan pengoperasian bubu lipat terdiri dari: 1 Persiapan Tahap persiapan ini dilakukan di fishing base, yaitu menyiapkan perbekalan, pemeriksaan mesin kapal dan kelengkapan alat tangkap. Persiapan perbekalan meliputi segala kebutuhan yang diperlukan selama operasi penangkapan berjalan. Perbekalan yang disiapkan antara lain: umpan, es curah, bahan bakar mesin yang berupa minyak tanah, air tawar dan bahan makanan. Tahap persiapan ini biasanya dilakukan sekitar pukul 04.00 WIB. 2 Pencarian daerah penangkapan ikan Penentuan daerah penangkapan ikan diperoleh dari informasi nelayan bubu dan berdasarkan pengalaman nelayan. Daerah yang menjadi fishing ground saat penelitian yaitu sekitar Pulau Laki dan Pulau Tanara, dengan kedalaman 5 – 10 meter. Perairan tersebut merupakan daerah muara sungai yang bersubstrat lumpur berpasir. Perjalanan dari fishing base menuju fishing ground memakan waktu sekitar 1 – 1,5 jam. Selama dalam perjalanan, dua orang anak buah kapal menyiapkan dan memasang umpan kedalam bubu. 3 Penurunan alat tangkap Setting Setelah sampai di daerah tujuan, bubu diturunkan yang dimulai dengan melemparkan pelampung tanda dan pemberat. Pada saat setting, mesin tetap dalam keadaan hidup, dan kapal berjalan dengan kecepatan rendah. Dalam satu hari, setting alat dilakukan sebanyak satu kali. Setting yang hanya sekali ini dilakukan agar tidak mengganggu operasi penangkapan jaring arad. Setting berlangsung selama kurang lebih 15 menit dan dilakukan oleh dua orang anak buah kapal. Bubu yang dipasang berjumlah 10 buah bubu lipat dua pintu, dan 10 buah dari bubu lipat tiga pintu. Urutan setting bubu dimulai dengan penurunan pelampung tanda pertama, tali utama, tali cabang dan bubu lipat dua pintu, tali cabang dan bubu lipat tiga pintu, dan diakhiri dengan pelampung tanda kedua Lampiran 8. 33 Gambar 8 . Setting alat tangkap bubu lipat dua pintu Gambar 9 . Setting alat tangkap bubu lipat tiga pintu 4 Perendaman alat tangkap Soaking Setelah semua bubu diturunkan, maka kapal melanjutkan perjalanannya untuk melakukan operasi penangkapan menggunakan jaring arad. Lamanya perendaman bubu tergantung dari lama atau sebentarnya nelayan melakukan operasi penangkapan 34 menggunakan jaring arad. Selama penelitian, rata – rata waktu perendaman alat tangkap bubu berkisar antara 5 – 6 jam. 5 Pengangkatan alat tangkap Hauling Pada tahap hauling, penarikan bubu dimulai dengan mengangkat pelampung tanda, diikuti dengan penarikan tali utama dan tali cabang, kemudian pengangkatan bubu serta melepaskan hasil tangkapan. Pada saat hauling, semua anak buah kapal memiliki tugas masing-masing. Tugas nakhoda atau orang pertama adalah menarik tali utama dan tali cabang. Orang kedua bertugas membantu orang pertama, dan membersihkan bubu dari lumpur dan kotoran lain yang menempel pada bubu. Orang ketiga bertugas mengeluarkan hasil tangkapan, dan membuang umpan yang sudah tidak bisa terpakai lagi, serta menyusun kembali alat tangkap didalam kapal. Lamanya hauling tergantung dari baik – buruknya cuaca. Jika cuaca baik, arus dan angin dalam keadaan tenang, maka hauling berlangsung sekitar 30 – 45 menit. Tapi jika cuaca dalam keadaan tidak baik, dalam arti arus dan angin kencang, proses hauling bisa mencapai 1,5 – 2 jam. Saat penelitian berlangsung, proses hauling berjalan selama 1,5 jam. Hal ini dikarenakan susahnya menarik bubu dari perairan, yang memiliki arus dan gelombang yang besar. 35 Gambar 10 . Hauling alat tangkap bubu lipat dua pintu Gambar 11. Hauling alat tangkap bubu lipat tiga pintu 36

5.3 Komposisi Hasil Tangkapan Bubu Lipat