Latar Belakang Perbandingan Hasil Tangkapan Rajungan Dengan Menggunakan Dua Konstruksi Bubu Lipat Yang Berbeda Di Kabupaten Tangerang

1 1 PENDAHULUAN

1.1 Latar Belakang

Bubu merupakan salah satu alat tangkap yang dapat dipakai untuk menangkap ikan maupun biota laut lainnya. Dalam pengoperasian alat tangkap bubu, ikan yang menjadi tujuan penangkapan dibiarkan masuk tanpa paksaan. Hal tersebut menyebabkan alat tangkap bubu dapat digunakan dalam jangka waktu yang panjang dan hasil tangkapan yang didapatkan juga dalam keadaan baik, dalam arti kerusakan pada tubuh ikan sangat kecil kemungkinannya. Pangkalan Pendaratan Ikan PPI yang berada di Kecamatan Kronjo adalah salah satu pusat kegiatan utama perikanan laut di Kabupaten Tangerang, dengan nilai produksi tertinggi dibandingkan dengan PPI lainnya yaitu 3.261 ton.. Dengan kata lain, PPI Kronjo menyumbang sebesar 19 produksi perikanan bagi Kabupaten Tangerang Dinas Perikanan dan Kelautan Tangerang, 2004. Alat tangkap bubu di Kecamatan Kronjo ditujukan untuk menangkap rajungan. Umpan yang digunakan adalah ikan asin. Nelayan di Kecamatan Kronjo yang menggunakan alat tangkap bubu relatif sedikit, berjumlah sekitar 14 unit alat tangkap. Pada umumnya bubu hanya dijadikan sebagai alat tangkap sampingan, dalam menangkap rajungan alat tangkap utama yang digunakan adalah jaring rajungan. Hal ini dikarenakan jaring rajungan mudah dan tidak membutuhkan biaya yang besar dalam pengoperasiannya Dalam satu unit penangkapan ikan, biasanya nelayan Kronjo mengoperasikan bubu lipat sekitar dua ratus buah. Produksi hasil tangkapan bubu lipat dua pintu tidak terlalu banyak, sedangkan sumberdaya ikan di daerah tersebut memiliki potensi yang besar. Hal tersebut diperkuat oleh data perkembangan produksi penangkapan ikan laut di Kabupaten Tangerang, dimana total produksi cenderung meningkat. Salah satu hasil tangkapan yang mengalami peningkatan adalah rajungan. Bubu lipat dua pintu banyak dikenal nelayan, terutama nelayan di Pulau Jawa, salah satunya nelayan daerah Cirebon. Selain itu di daerah Kalimantan terdapat bubu yang serupa dengan konstruksi tiga buah pintu, namun digunakan untuk menangkap kepiting 2 bakau. Bubu lipat tiga pintu yang ada di Kalimantan merupakan alat tangkap yang relatif baru, yang berasal dari Korea Selatan. Bubu tersebut dikenalkan dan dicobakan pada tahun 2000, dan telah menggeser kedudukan penggunaan alat tangkap PinturRakkan stick dipnet yang menangkap biota yang sama Catur, 2004. Bubu lipat tiga pintu tersebut, masih belum dikenal oleh nelayan Pulau Jawa. Berdasarkan hal tersebut, penulis melakukan penelitian untuk membandingkan hasil tangkapan antara bubu lipat dua pintu dengan bubu lipat tiga pintu, yang dilakukan di perairan Kronjo, Kabupaten Tangerang.

1.2 Tujuan Penelitian