Musim Penangkapan Ikan Penanganan dan Pemasaran Rajungan

26 Produksi perikanan di Kecamatan Kronjo pada tahun 2004 mengalami kenaikan sebesar 48,9 dari produksi perikanan tahun 2003, dengan jumlah total produksi 628.361 kg menjadi 935.940 kg Tabel 6. Tabel 6. Perkembangan produksi ikan laut di Kronjo tahun 2003 – 2004 No Jenis Ikan Produksi Tahun 2003 kg Produksi Tahun 2004 kg Perkembangan 1 Peperek 141193 233110 65.1 2 Samge 74272 87916 18.4 3 Teri 15362 20842 35.7 4 Kekesketing 55484 Tdk ada data - 5 Rajungan 10616 16800 58.3 6 Kurisi 18025 45749 153.8 7 Pari 35665 48503 36.0 8 Belanak 32469 48102 48.1 9 Utik 41034 95846 133.6 10 Kembung 8890 9029 1.6 11 Rebon 35481 64034 80.5 12 Tembang 53287 80364 50.8 13 Biji nangka 57942 95993 65.7 14 Lajan 5201 7424 42.7 15 Bilis 29069 64335 121.3 13 Corak 6125 6876 12.3 17 Cumi 5263 7853 49.2 18 Udang 2983 3164 6.1 Total 628361 935940 48.9 Sumber: Pangkalan Pendaratan Ikan PPI Kronjo 2005 Untuk produksi rajungan yang terdapat di Kronjo mengalami perkembangan dengan nilai produksi 10.626 kg pada tahun 2003 menjadi 16.800 kg pada tahun 2004. Persentase perkembangan produksi rajungan tersebut adalah 58,3 . Rajungan tersebut ditangkap menggunakan bubu, jaring insang dan sero.

4.5 Musim Penangkapan Ikan

Musim penangkapan ikan di Kecamatan Kronjo menurut data dari PPI Kronjo terdiri dari 3 musim , yaitu : 27 a Musim Puncak atau musim Barat, yang berlangsung pada bulan November hingga bulan Maret. Pada musim ini gelombang laut tidak besar dan cuaca mendukung dalam operasi penangkapan. b Musim Pancaroba atau musim peralihan, pada bulan April, Mei dan Oktober, dan c Musim Paceklik atau musim Timur, berlangsung pada bulan Juni hingga bulan September. Pada musim ini, cuaca tidak mendukung dalam pengoperasian alat tangkap, dimana angin bertiup kencang dan gelombang laut besar.

4.6 Penanganan dan Pemasaran Rajungan

Penanganan yang dilakukan pada hasil tangkapan sangat menentukan mutu dari hasil tangkapan tersebut. Yang dilakukan nelayan untuk menangani hasil tangkapan adalah dengan meletakkan hasil tangkapan tersebut pada sebuah ember yang diisi dengan air laut. Hal tersebut dilakukan agar hasil tangkapan tetap dalam keadaan hidup. Setelah sampai di fishing base, hasil tangkapan tidak langsung dibawa ke TPI Tempat Pelelangan Ikan, melainkan ketempat perebusan rajungan. Proses penanganan dan pengolahan rajungan selanjutnya diserahkan kepada nelayan juragan bakul. Umumnya rajungan yang telah sampai ketempat perebusan kemudian langsung direbus, selama kurang lebih 20 menit, kemudian dilakukan pemisahan antara rajungan yang memiliki nilai ekonomis dan yang tidak memiliki nilai ekonomis. Rajungan yang telah dipilih memiliki nilai ekonomis biasanya diantar ke perusahaan pengolah, dengan menggunakan keranjang. Hampir semua nelayan juragan yang menangani rajungan, memiliki relasi dengan perusahaan pengolah rajungan. Selanjutnya perusahaan pengolah, mengekspor sebagian rajungan yang telah diolah dan sebagian lagi dikirim ke restoran atau rumah makan yang ada dikota-kota besar seperti Jakarta, Bogor, Tangerang dan Purwakarta. Selain perusahaan pengolah, rajungan yang telah direbus, biasanya dibeli oleh pedagang pengecer yang selanjutnya dibawa ke restoran atau konsumen. Rajungan yang telah direbus akan memiliki nilai jual yang tinggi dibandingkan dengan yang belum direbus. Adapun rantai pemasaran hasil tangkapan rajungan di Kronjo dapat dilihat dalam Gambar 6. 28 Gambar 6. Rantai pemasaran rajungan di Tangerang Nelayan Juragan bakul Perusahaan pengolah Pedagang pengecer Ekspor Konsumenrestoran 30 5 HASIL DAN PEMBAHASAN

5.1 Unit Penangkapan Bubu