PURIFIKASI ANTOSIANIN KARAKTERISASI ANTOSIANIN

11 70:30, dan pada kacang polong ungu pelarut yang digunakan adalah 15 aseton Teeling et al., 1971; Galindo et al.,1999; Terahara et al., 2000; Awika et al ., 2004. Antosianin, seperti flavonoid lainnya, merupakan struktur dengan cincin aromatik yang berisi substituen komponen polar dan residu glikosil sehingga menghasilkan molekul polar. Dengan keadaannya yang polar, antosianin lebih mudah larut dalam air dibanding dalam pelarut non polar. Tergantung dari kondisi medianya, antosianin juga dapat larut dalam eter dengan pH dimana molekul dapat terionisasi. Degradasi pigmen antosianin ini dapat diminimalisasi dengan membekukannya, freeze dried, atau spray dried Jackman dan Smith, 1996.

D. PURIFIKASI ANTOSIANIN

Purifikasi dari ekstrak antosianin ini diperlukan karena tidak ada sistem pelarut yang dapat digunakan untuk memisahkan antosianin secara spesifik. Sejumlah bahan-bahan lainnya yang harus dipertimbangkan antara lain adalah polifenol yang lain dan pektin yang dapat mengganggu stabilitas dan atau analisis dari pigmen tersebut Jackman dan Smith, 1996. Menurut Timberlake dan Bridle 1997, pemurnian dari ekstrak antosianin ini dapat menggunakan kromatografi kolom penukar ion dengan resin penukar kation Amberlite CG-50 atau Dowex 50 WX-4. Konsentrat pekat dimasukkan ke dalam kolom sehingga antosianin akan diabsorpsi oleh resin sedangkan kotoran akan dielusi oleh air. Antosianin yang telah diabsorpsi kemudian dielusi dengan metanol-HCl. Cara-cara lain yang dapat digunakan untuk memisahkan atau memurnikan antosianin dari ekstrak kotor atau konsentratnya antara lain dengan menggunakan Sephadex G-25 atau LH-20, Droplet counter-current chromatography DCCC dengan menggunkan n-butanol-asam asetat glasial- air sebagai sistem pelarut, preparative thin layer chromatography PTLC Jackman dan Smith, 1996. Secara tradisional, pemurnian antosianin untuk tujuan analisis ini dilakukan dengan kromatografi kertas atau kromatografi lapis tipis TLC. Bagaimanapun juga cara yang lebih efektif dan lebih cepat untuk memisahkan 12 campuran yang komplek adalah dengan menggunakan reversed-fase High Performance Liquid Chromatography HPLC. Teknik ini tidak merusak komponen dan menghasilkan pemisahan komponen yang dapat dibaca untuk analisis berikutnya Jackman dan Smith, 1996. Salah satu metode pemurnian antosianin yang dilakukan pada sampel kulit buah leci Litchi chinensis Sonn. adalah dengan menggunakan Sephadex G-25 cartridge dan dielusi dengan 50 aseton1 asam format air Lee dan Wicker, 1991. Pemurnian antosianin pada pinta boca Solanum stenotomom dilakukan dengan menggunakan solid phase extraction SPE didalam C-18 cartridges Eon et al., 2004.

E. KARAKTERISASI ANTOSIANIN

Metode kromatografi dan spektroskopik telah digunakan untuk mengidentifikasi antosianin secara cepat dan akurat. Akan tetapi, karakteristik mutlak dari antosianin tidak dapat ditentukan hanya dengan menggunakan kromatografi atau spektroskopi saja. Karakteristik struktural dari antosianin ini biasanya melibatkan identifikasi dari aglikon, gula dan gugus asil Jackman dan Smith, 1996. Menurut Markakis 1982, aglikon dan bagian dari gula ini dapat diidentifikasi dengan hidrolisis asam yang diikuti dengan kromatografi kertas. Menurut Jackman dan Smith 1996, karakterisasi dari antosianin ini melibatkan hidrolisis asam, basa, enzim, dan peroksida. Hidrolisis asam digunakan untuk memecah aglikon dan gula dari pigmen tersebut, sedangkan hidrolisis basa ini digunakan untuk menentukan aglikon alami dan untuk menentukan gugus asil. Selain itu, penentuan karakterisasi dari pigmen antosianin ini juga dapat dilakukan dengan analisis spektroskopi. Menurut Markham 1988, analisis spektroskopi UV dan sinar tampak merupakan cara tunggal yang paling berguna untuk menganalisa struktur flavonoid. Hal ini dikarenakan ciri spektrum yang sama memberikan data mengenai jenis senyawa yang sama Harborne, 1987. Keuntungan dari cara spektroskopi ini adalah sangat sedikitnya jumlah sampel yang diperlukan untuk analisis lengkap. 13 Prisip dasar dari analisis spektroskopi adalah bila suatu sinar melalui larutan kimia tertentu, maka senyawa tersebut akan menyerap sinar dengan panjang gelombang tertentu. Warna larutan kimia tergantung pada jenis sinar yang dipancarkan dan tertangkap oleh mata kita, sehingga senyawa kimia ada yang berwarna ataupun tidak berwarna. Spektrofotometer merupakan alat pengukur kualitatif dan kuantitatif karena jumlah sinar yang diserap oleh partikel di dalam larutan juga tergantung pada jenis dan jumlah partikel. Ada beberapa jenis spektroskopi, salah satunya adalah spektroskopi absorpsi Nur, 1989. Spektroskopi absorpsi memiliki prinsip dasar yaitu bila suatu cahaya putih atau radiasi dilewatkan melalui larutan berwarna, maka radiasi dengan panjang gelombang tertentu akan diserap absorpsi secara selektif dan radiasi lainnya akan diteruskan transmisi. Absorpsi maksimum dari larutan berwarna terjadi pada daerah berlawanan. Misalnya larutan merah akan menyerap radiasi maksimum pada daerah warna hijau. Dengan kata lain, warna yang diserap adalah warna komplementer dari warna yang diamati. Sehingga larutan yang berwarna merah akan menyerap radiasi panjang gelombang sekitar 500 nm Nur, 1989. Kromatografi adalah salah satu teknik yang dapat digunakan untuk memisahkan dan mengidentifikasikan komponen-komponen yang tersebar pada tanaman tingkat tinggi. Teknik-teknik kromatografi sederhana seperti kromatografi kertas, kromatografi lapis tipis, dan kromatografi kolom terbuka dapat digunakan untuk mengisolasi dan menganalisis antosianin Strack dan Wray, 1993. Analisis dengan kromatografi lapis tipis TLC ini sudah diaplikasikan untuk menganalisis bermacam-macam komponen meliputi lemak, karbohidrat, vitamin, asam amino, dan pigmen alami. Salah satu analisis pigmen antosainin yang menggunakan TLC dilakukan pada kulit buah anggur Fong et al., 1971; Heidari et al., 2004. Karakterisasi pigmen hasil kromatografi kemudian dibandingkan dengan standar antosianin, aglikon, dan gula. Meskipun antosianin dan aglikon dapat diperoleh dari berbagai sumber, antosianin ini memerlukan pemurnian sebelum penggunaannya sebagai pigmen standar. Sebagai pemasti 14 akhir, pembandingan langsung dengan senyawa autentik harus dilakukan. Bila senyawa autentik tidak terdapat, maka perbandingan yang seksama dengan data pustaka sudah mencukupi untuk identifikasi Harborne, 1987.

III. METODOLOGI PENELITIAN