20
6. Penentuan Konsentrasi Antosianin Prior et al., 1998
Konsentrasi antosianin dapat diukur berdasarkan metode pH- differential
. Sebanyak masing-masing 0.05 ml sampel dimasukkan ke dalam 2 buah tabung reaksi. Tabung reaksi pertama ditambah larutan
buffer potasium klorida 0.025 M pH 1 sebanyak 4.95 ml dan tabung
reaksi kedua ditambahkan larutan buffer sodium asetat 0.4 M pH 4.5 sebanyak 4.95 ml. Pengaturan pH dalam pembuatan buffer potasium
klorida dan sodium asetat menggunakan HCl pekat. Absorbansi dari kedua perlakuan pH diukur dengan spektrofotometer pada panjang gelombang
516 nm dan 700 nm setelah didiamkan selama 15 menit. Nilai absorbansi sampel ekstrak dihitung dengan menggunakan
persamaan: A = [ A
516
- A
700 pH1
– A
516
- A
700 pH4.5
]. Konsentrasi antosianin dihitung sebagai sianidin-3-glikosida
menggunakan koefisien ekstingsi molar sebesar 29 600 L cm
-1
dan berat molekul sebesar 448.8.
Konsentrasi antosianin mg L
-1
= A x BM x FP x 1000 ε x 1,
dimana: A = absorbansi BM = berat molekul 448.8
FP = faktor pengenceran 5 ml 0.05 ml ε = koefisien ekstingsi molar 29 600 L cm
-1
. Konsentrasi antosianin selanjutnya dinyatakan dalam mg CyEg
sampel CyE = sianidin equivalen.
7. Penentuan Rendemen Antosianin
Rendemen antosianin dihitung dalam persen yang menyatakan banyaknya antosianin yang terdapat dalam sampel berdasarkan berat
basah. Rendemen Antosianin = kandungan antosianin g x 100
berat sampel g
21
8. Penentuan Karakteristik Antosianin Harborne, 1967; Hrazdina,
1970; Francis, 1982
Karakteristik antosianin pada buah duwet ditentukan dengan menggunakan analisis spektrofotometrik dan TLC Thin Layer
Chromatography . Analisis spektrofotometrik didasarkan pada prosedur
yang dilakukan oleh Harborne 1967 dan Francis 1982. Analisis ini dilakukan untuk mengetahui spektraspektrum dan dapat diketahui panjang
gelombang maksimum dari komponen antosianin pada buah duwet sehingga dapat diketahui karakteristiknya seperti ada tidaknya gugus asil.
Pengukuran ini dilakukan pada ekstrak kasar, ekstrak yang telah dipurifikasi, ekstrak yang telah dihidrolisis basa, dan asam dengan
menggunakan spektrofotometer UV-Vis pada panjang gelombang antara 200 – 700 nm. Data karakteristik dari panjang gelombang maksimum
spektra yang diperoleh kemudian dicocokkan dengan tabel data panjang gelombang maksimum untuk beberapa antosianidin Lampiran 11 dan
antosianin Lampiran 12. Analisis TLC didasarkan pada prosedur yang dilakukan oleh
Hrazdina 1970 dengan modifikasi yaitu penggantian plat selulose dengan plat silika gel. Analisis ini dilakukan pada ekstrak pekat, ekstrak yang
sudah dipurifikasi, ekstrak yang sudah dihidrolisis basa. Lempeng TLC yang digunakan pada penelitian ini terbuat dari silika gel, sedangkan
eluennya adalah BAW n-butanol-asam asetat-air dengan perbandingan 4:1:5. Sebelum digunakan, eluen ini dijenuhkan selama 1 jam. Sampel
dispotkan pada lempeng TLC dengan jarak 1 cm dari bagian bawah lampeng TLC dan jarak antara masing-masing spot adalah 1 cm. Spot
tersebut dibiarkan kering, kemudian dielusi dengan eluen BAW dalam TLC chamber hingga jarak eluen 0.5 cm dari bagian atas lempeng TLC.
Lempeng tersebut kemudian dibiarkan kering dan dihitung nilai Rf-nya. Perhitungan nilai Rf adalah sebagai berikut:
100 x
penetesan tempat
dari dihitung
eluen batas
Jarak penetesan
tempat dari
dihitung komponen
Jarak Rf
=
22
IV. HASIL DAN PEMBAHASAN
A. KARAKTERISTIK KIMIA BUAH DUWET 1.
Komposisi Kimia Buah Duwet
Komposisi kimia dari buah duwet yang meliputi analisis kadar air, kadar abu, kadar lemak, kadar protein, dan karbohidrat. Penentuan
komposisi kimia dilakukan pada kulit dengan daging buah dan kulit buah. Hal ini dilakukan karena pada penelitian ini bahan yang digunakan adalah
keduanya yaitu, kulit dengan daging buah dan kulit buah sehingga dapat diketahui karakteristik kimia dari masing-masing sampel tersebut. Hasil
analisis komposisi kimia dapat dilihat pada Tabel 3.
Tabel 3 . Komposisi kimia buah duwet
Komposisi kimia BB
Bagian Buah Kulit Buah
Kulit dan Daging Buah Air
83.53 ± 0.090 86.51 ± 0.043
Abu 0.40 ± 0.019
0.21 ± 0.005 Lemak
0.30 ± 0.012 0.13 ± 0.005
Protein 0.68 ± 0.020
0.84 ± 0.019 Karbohidrat
15.09 ± 0.071 12.31 ± 0.049
Karakteristik penting dari produk hortikultura khususnya buah- buahan adalah kandungan air. Kadar air inilah yang memberikan tingkat
juiciness dan kesegaran freshness sebagai ciri khas dari buah. Air
merupakan komponen penting dalam bahan pangan yang terdapat sebagai komponen di dalam atau di luar sel dalam produk sayuran, buah-buahan
maupun hewan Sakidja, 1989. Kadar air bagian kulit buah duwet adalah 83.53, sedangkan kadar air bagian kulit dan daging buah duwet adalah
86.51. Perbedaan ini disebabkan karena air yang terdapat pada daging buah lebih banyak dibandingkan dengan air yang terdapat pada kulit buah.
Kadar air yang tinggi dapat memicu reaksi enzimatis maupun non enzimatis yang dapat berakibat pada perubahan kimia, terutama pada
antosianin Metriva, 1995.