Karbondioksida CO Fermentasi Pada Fermentor 2 L

ditandai oleh turunnya kadar gula pereduksi dan meningkatnya volume CO 2 yang dihasilkan. Hal ini mengindikasikan bahwa di dalam media sudah tidak terdapat oksigen dan kondisi lingkungan sudah sesuai, sehingga khamir siap melakukan fermentasi. Laju pembentukan etanol terus meningkat sampai pada jam ke-30, sedangkan laju penggunaan substrat menurun. Pada kondisi ini khamir memanfaatkan substrat untuk membentuk produk. Pada fase ini laju pembentukan biomassa paling tinggi sehingga dihasilkan etanol dengan konsentrasi yang lebih tinggi. Pada jam ke-30 sampai jam ke-48 laju pembentukan etanol berjalan lambat. Laju penggunaan substrat juga turun. Hal ini diduga disebabkan karena sudah terbentuknya produk yang bisa menjadi inhibitor. Menurut Clark dan Mackie 1984 khamir sangat peka terhadap sifat penghambatan etanol, konsentrasi etanol 1-2 vv sudah mengganggu fermentasi dan pada konsentrasi etanol 10 vv laju pertumbuhan khamir akan berhenti sama sekali. Pada jam ke-54 sudah tidak diproduksi CO 2 , biomassa dan etanol. Dari kurva laju pembentukan biomassa dapat dilihat tidak adanya penambahan biomassa dan kadar etanol yang ditandai dengan kurva yang horizontal. Sama halnya dengan laju konsumsi substrat dimana tidak terlihat adanya penambahan konsumsi substrat. Hal ini mengindikasikan bahwa fermentasi hanya berlangsung sampai jam ke 54. Hal ini sesuai dengan pernyataan Paturau 1981 yang menyatakan bahwa fermentasi etanol memakan waktu 30-72 jam.

d. Karbondioksida CO

2 Produktifitas fermentasi dapat dilihat dari volume CO 2 yang dihasilkan. Hasil pengukuran laju pembentukan CO 2 selama fermentasi disajikan pada Gambar 11 dan volume CO 2 yang dihasilkan diperlihatkan pada Gambar 12. -100.0 0.0 100.0 200.0 300.0 400.0 500.0 600.0 700.0 800.0 900.0 10 20 30 40 50 60 70 80 Waktu jam V o lu m e C O 2 m l ja m Gambar 11. Laju pembentukan CO 2 selama fermentasi pada fermentor 2 L 1 10 100 1000 10000 100000 3 6 12 18 24 30 36 42 48 54 60 66 72 Waktu jam V o lu m e C O 2 m l Gambar 12. Volume CO 2 yang terbentuk selama fermentasi pada fermentor 2 L Dari Gambar 11 dan 12 dapat dilihat bahwa pada enam jam pertama laju pembentukan CO 2 lebih lambat jika dibandingkan dengan 6 jam berikutnya. Hal ini menunjukkan bahwa pada awal fermentasi masih terdapat oksigen sehingga proses fermentasi belum terjadi secara optimal. Akibatnya produk metabolit yang dihasilkan etanol dan CO 2 masih sangat rendah. Hal ini disebabkan karena khamir bersifat fakultatif anaerobik Oura, 1983. Pada kondisi oksigen bebas terdapat dalam jumlah yang mencukupi, konversi akan menuju ke arah asimilasi sel dengan pembentukan produk metabolit dan produk antara ditekan rendah. Namun, pada kondisi oksigen bebas tidak ada sama sekali atau ada dalam jumlah sedikit terjadi konversi karbon menjadi etanol dan CO 2 . Dari Gambar 11 dapat dilihat bahwa pada jam ke-6 sampai jam ke- 18 terjadi peningkatan laju fermentasi yang diperlihatkan oleh meningkatnya laju pembentukan CO 2 . Pada fase ini kondisi proses fermentasi sudah optimal sehingga dihasilkan gas CO 2 dan etanol yang tinggi. Setelah jam ke-18 terjadi penurunan laju pembentukan CO 2 yang berarti terjadi penurunan laju fermentasi. Penurunan laju fermentasi ini diduga karena adanya akumulasi produk metabolit yaitu etanol dan asam yang kemudian menghambat laju fermentasi. Turunnya laju fermentasi berpengaruh terhadap laju pembentukan produk, biomassa dan konsumsi substrat. Sementara itu, pada Gambar 12 dapat dilihat bahwa pada jam ke-6 sampai jam ke-30 volume CO 2 yang dihasilkan terus meningkat. Setelah jam ke-30 terjadi penurunan laju pembentukan CO 2. Hal ini mengakibatkan volume CO 2 yang terbentuk setelah jam ke-30 mulai turun yang diperlihatkan oleh kurva yang cendrung horizontal. Pada jam ke-54 terlihat tidak terjadi lagi pembentukan CO 2. Gambar 12 juga memperlihatkan bahwa pola pembentukan CO 2 sama dengan pola pembentukan etanol. Pembentukan CO 2 merefleksikan aktivitas pertumbuhan khamir. Menurut Bailey dan Olis 1988 pembentukan etanol berasosiasi dengan pertumbuhan sehingga pola pembentukan produk sama dengan pola pertumbuhan.

e. Gula Pereduksi

Dokumen yang terkait

Pemanfaatan Hidrolisat Pati Sagu sebagai Sumber Karbon pada Produksi Bioplastik Polihidroksialkanoat secara Fed-Batch oleh Ralstonia eutropha

0 7 244

Produksi bioplastik poli-3-hidroksialkanoat (pha) oleh ralstonia eutropha menggunakan substrat hidrolisat pati sagu (metroxylon.sp) sebagai sumber karbon

0 34 2

Produksi etanol dari hidrolisat fraksi selulosa tongkol jagung oleh Saccharomyces cerevisiae

6 26 72

Produksi Bioplastik Poli-3-Hidroksialkanoat (PHA) oleh Ralstonia Eutropha Menggunakan Substrat Hidrosilat Pati Sagu (Metroxylon sp.) sebagai Sumber Karbon

0 9 1

Pemanfaatan Hidrolisat Pati Sagu Sebagai Sumber Karbon Untuk Memproduksi Bioplastik Polihidroksi Alkanoat (PHA) Oleh Ralstonia eutropha Pada Sistim Kultivasi Fed Batch

0 7 6

Produksi Etanol oleh Saccharomyces cerevisiae var. ellipsoideus. dari Sirup Dekstrin Pati Sagu (Metroxylon sp.) Menggunakan Metode Aerasi Penuh dan Aerasi Dihentikan.

1 19 121

Produksi Etanol Oleh Saccharomyces Cerevisiae Var. Ellipsoideus Dari Sirup Dekstrin Pati Sagu (Metroxylon Sp.) Menggunakan Metode Aerasi Penuh Dan Aerasi Dihentikan

1 14 75

Rekayasa Bioproses Produksi Bioetanol dari Hidrolisat Pati Sagu (Metroxylon sp.) Menggunakan Saccharomyces Cerevisiae Var.ellipsoides Pada Kultivasi Nir-Sinambung dan Semi Sinambung:

0 6 201

Produksi Bioetanol dari Hidrolisat Pati Singkong Racun dengan Fermentasi Repeated-Batch oleh Saccharomyces cerevisiae Terimobilisasi pada Ampas Singkong

0 3 37

Pemanfaatan Hidrolisat Pati Sagu sebagai Sumber Karbon pada Produksi Bioplastik Polihidroksialkanoat secara Fed Batch oleh Ralstonia eutropha

0 3 118