I. PENDAHULUAN A. LATAR BELAKANG
Indonesia memiliki sumber daya alam melimpah. Salah satu kekayaan alam Indonesia adalah tumbuhan sagu Metroxylon sp.. Luas areal tanaman
sagu di Indonesia diperkirakan 1.114.000 hektar yang merupakan 50 persen dari total luas areal sagu dunia Abner dan Miftahurrohman, 2002. Luas areal
sagu yang sudah dibudidayakan baru sekitar 114.000 hektar, sedangkan lahan sagu seluas 1.000.000 hektar belum dibudidayakan secara intensif. Sagu dapat
tumbuh di daerah rawa atau tanah marginal yang sulit ditumbuhi oleh tanaman penghasil karbohidrat lainnya Flach, 1983. dalam Haryanto dan Pangloli,
1992. Sagu memiliki kandungan pati yang besar. Menurut Rumalatu 1981 dalam
Haryanto dan Pangloli 1992 pada umur panen sagu sekitar 11 tahun ke atas empulur sagu mengandung 15-20 persen pati.
Potensi sagu yang besar ini belum di eksploitasi secara optimal. Sangat rendahnya pemanfaatan areal sagu dalam bidang pangan yang hanya sekitar
10 dari total areal sagu nasional disebabkan oleh kurangnya minat masyarakat dalam mengelola sagu.
Pati sagu dapat dihidrolisis menjadi hidrolisat pati sagu dan diolah menjadi sirup glukosa. Hidrolisat pati sagu memiliki kandungan gula yang
tinggi sehingga berpotensi dijadikan sebagai sumber karbon pada fermentasi etanol Akyuni, 2004.
Permintaan etanol dewasa ini terus meningkat seiring dengan digunakannya etanol sebagai bahan bakar nabati. Pemerintah Indonesia
menargetkan pada tahun 2025 substitusi bahan bakar nabati terhadap bahan bakar minyak mencapai 5 Instruksi Presiden Nomor 1 Tahun 2006 tentang
pemanfaatan bahan bakar nabati biofuel sebagai bahan bakar alternatif. Selain itu, etanol banyak digunakan dalam industri kimia, kosmetika,
minuman, dan pelarut. Fermentasi etanol dipengaruhi oleh beberapa faktor, diantaranya adalah
jenis organisme dan konsentrasi substrat. Organisme yang dipakai harus mampu menghasilkan etanol yang tinggi, toleran terhadap kadar etanol yang
tinggi, mampu hidup pada suhu tinggi, tetap stabil selama kondisi fermentasi dan dapat bertahan hidup pada pH rendah Rehm dan Reed, 1981. Amerine et
al. 1960 menyatakan bahwa Saccharomyces cerevisiae sering digunakan
dalam fermentasi etanol sebab mampu menghasilkan etanol dalam jumlah yang tinggi pada media yang sesuai. Disamping itu, pada fermentasi harus
digunakan substrat dengan konsentrasi optimum untuk pertumbuhan khamir. Karena pada konsentrasi substrat yang optimum akan dihasilkan etanol
dengan jumlah yang maksimum. Saccharomyces cerevisiae
tersedia dalam bentuk kultur murni dan ragi. Ragi biasanya digunakan dalam pembuatan roti baker’s yeast dan
pembuatan minuman beralkohol brewing yeast dan wine yeast. Pada fermentasi menggunakan kultur murni diperlukan penyiapan inokulum secara
khusus dan membutuhkan biaya yang relatif tinggi. Sementara itu, Saccharomyces cerevisiae
dalam bentuk ragi dapat langsung digunakan sebagai inokulum pada fermentasi etanol. Ragi roti dijual bebas di pasaran
sehingga mudah didapatkan dan banyak digunakan oleh rumah tangga. Sedangkan ragi yang digunakan dalam pembuatan minuman beralkohol
brewing yeast dan wine yeast dijual terbatas untuk industri minuman beralkohol.
B. TUJUAN
Tujuan penelitian ini adalah: 1. Memanfaatkan hidrolisat pati sagu sebagai sumber karbon pada
fermentasi etanol. 2. Mendapatkan konsentrasi total gula yang terbaik untuk fermentasi
etanol. 3. Membandingkan hasil fermentasi antara kultur murni Saccharomyces
cerevisiae dan ragi roti.
4. Mendapatkan parameter kinetika fermentasi etanol dari perlakuan terbaik pada fermentor 2 liter.
II. TINJAUAN PUSTAKA