Analisis Prediksi Produksi Padi Perbandingan Model Prediksi Curah Hujan antar Stasiun

3.7 Analisis Prediksi Produksi Padi

Prediksi produksi dilakukan dengan menggunakan teknik analisis jaringan syaraf. Curah hujan bulanan yang digunakan merupakan rata-rata dari stasiun per kabupaten. Secara lebih jelas urutan pendugaan produksi padi dapat dilihat dalam gambar 4 berikut. Gambar 5. Diagram alir pendugaan produksi padi Parameter yang digunakan dalam lapisan input dengan demikian adalah curah hujan pada saat t X 1 , curah hujan pada saat t+1 X 2 , curah hujan pada saat t+2 X 3 , curah hujan pada saat t+3 X 4 untuk mendapatkan prediksi produksi padi pada saat t+3 Y. Model dibangun dengan menggunakan enam hingga delapan simpul pada satu lapisan tersembunyi tunggal dan dengan tahapan penyusunan model training set sebagaimana model prediksi curah hujan. IV HASIL DAN PEMBAHASAN 4.1 Model Prediksi Curah Hujan 4.1.1 Model Prediksi Curah Hujan di Stasiun Cigadung Model prediksi curah hujan bulanan di Stasiun Cigadung dilakukan dengan menggunakan data time series curah hujan pada periode 1987–1995. Validasi dilakukan dengan menggunakan data periode 2002–2007. Secara umum tidak diketahui dengan pasti berapa panjang optimum bagi data untuk digunakan dalam training set pembentukan model dengan teknik neural network. Apriyanti 2005 menggunakan data time series sepanjang 16 tahun untuk pembangunan model ANN dalam pendugaan curah hujan di DAS Siguling, sementara Salman 2006 menggunakan data hujan sepanjang 83 bulan 7 tahun untuk pembangunan model curah hujan di daerah Bongan Bali. Dengan memperhatikan pola curah hujan dan hasil penelitian terkait tersebut maka data stasiun Cigadung yang digunakan dalam pengembangan model ANN ini dianggap cukup mewakili variabilitas curah hujan bulanan di stasiun tersebut. Tabel 2 dan Tabel 3 masing-masing memperlihatkan rangkuman dan hasil pengembangan model pendugaan curah hujan dari Stasiun Cigadung dengan menggunakan 7 dan 8 parameter masukan, berdasarkan jumlah lapisan tersembunyi dan tingkat bobot awal. Penentuan model terbaik dilakukan dengan memperhatikan tampilan model hasil training Gambar 6. Berdasarkan Tabel 2 dan Tabel 3 dapat disimpulkan bahwa model-model yang terbaik dengan nilai MSE pertahun paling rendah dan nilai R 2 tertinggi di stasiun ini umumnya terjadi pada penggunaan nilai bobot awal 0,25 untuk semua jumlah simpul pada hidden layer. Akurasi yang tinggi juga didapatkan dengan penggunaan nilai bobot awal 0,50 untuk nX = 7 dan nH = 10, dan hampir pada semua nilai bobot awal untuk nX = 8 dan nH=10 dengan kisaran koefisien determinasi R 2 antara 73- 99 Tabel 3. Tabel 2. Rangkuman pengembangan model prediksi curah hujan di Stasiun Cigadung dengan tujuh parameter input X 1 -X 7 , tiga level simpul lapisan tersembunyi dan empat nilai bobot awal No Jumlah simpul hidden layer H dan taraf bobot awal Iterasi MSE per tahun R 2 Kisaran prediksi Rata-rata error mmbulan 1. Jumlah simpul nH = 6 a. 0,25 814 0,007 87 0,000 – 0,568 0,568 0,4 b. 0,50 58 0,032 38 0,067 – 0,163 0,096 1,6 c. 0,75 47 0,032 38 0,067 – 0,163 0,096 1,6 d. 1,00 31 0,033 37 0,067 – 0,163 0,096 1,6 2 Jumlah simpul nH = 8 a. 0,25 176 0,014 74 0,000 – 0,338 0,338 0,7 b. 0,50 38 0,028 47 0,000 – 0,198 0,198 1,3 c. 0,75 37 0,033 37 0,067 – 0,164 0,097 1,7 d. 1,00 46 0,032 38 0,066 – 0,162 0,096 1,6 3. Jumlah simpul nH = 10 a. 0,25 933 0,013 75 0,001 – 0,567 0,566 0,7 b. 0,50 667 0,009 83 0,000 – 0,567 0,567 0,4 c. 0,75 59 0,033 37 0,067 – 0,164 0,097 1,7 d. 1,00 64 0,033 37 0,067 – 0,164 0,097 1,7 Keterangan: rata-rata error adalah nilai MSE terhadap curah hujan maksimum. Penggunaaan 7 parameter sebagai inputmasukan terhadap model memberikan hasil terbaik secara statistik adalah model yang menggunakan enam dan 10 simpul pada lapisan tersembunyi, sementara pada model dengan penggunaan 8 parameter sebagai input diperoleh hasil terbaik ditujukan oleh model dengan 10 simpul pada lapisan tersembunyi nH = 10 pada setiap level bobot awal. Model dengan prediksi yang memiliki akurasi rendah rata-rata memiliki karakter-karakter yang hampir sama, dalam hal nilai MSE per tahun, R 2 , kisaran model hingga rata-rata error setiap bulannya. Tabel 3. Rangkuman pengembangan model prediksi curah hujan di Stasiun Cigadung dengan delapan parameter pada lapisan input X 1 -X 8 , tiga level simpul lapisan antara dan empat nilai bobot awal No Jumlah simpul hidden layer H dan taraf bobot awal Iterasi MSE per tahun R 2 Kisaran prediksi Rata-rata error mmbulan 1. Jumlah simpul nH = 6 a. 0,25 343 0,012 77 0,000 – 0,367 0,367 0,2 b. 0,50 43 0,032 39 0,067 – 0,164 0,097 1,6 c. 0,75 41 0,033 38 0,067 – 0,167 0,094 1,7 d. 1,00 39 0,033 38 0,067 – 0,163 0,096 1,7 2 Jumlah simpul nH = 8 a. 0,25 225 0,022 60 0,000 – 0,325 0,325 1,1 b. 0,50 45 0,033 38 0,067 – 0,163 0,096 1,7 c. 0,75 22 0,033 38 0,067 – 0,163 0,096 1,7 d. 1,00 45 0,032 39 0,067 – 0,163 0,096 1,6 3. Jumlah simpul nH = 10 a. 0,25 2.473 0,001 99 0,003 – 0,568 0,565 0,0 b. 0,50 1.559 0,011 79 0,001 – 0,369 0,368 0,6 c. 0,75 1.160 0,014 73 0,000 – 0,366 0,366 0,7 d. 1,00 1.192 0,010 82 0,000 – 0,399 0,399 0,5 Keterangan: rata-rata error adalah nilai MSE terhadap curah hujan maksimum. Hasil training set pembentukan model prediksi curah hujan dengan tingkat akurasi tertinggi disajikan ringkasannya dalam Gambar 6. Penggunaan tujuh parameter input dan 6–8 simpul hidden layer pada nilai bobot masing-masing 0,25 dan 0,50 sebenarnya telah dapat menghasilkan model yang mempunyai tingkat akurasi yang hampir sama dengan tingkat akurasi pada model yang lebih rumit yang menggunakan 8 parameter input dan 10 simpul di hidden layer. Model dengan akurasi tertinggi ternyata tidak dapat memprediksi nilai-nilai curah hujan 0,0 mm yang ditunjukkan dengan kisaran model sebesar 0,003 – 0,565 Cigadung 1987 - 1995, X = 7, H = 6 bobot awal = 0.25

0.00 0.20

0.40 0.60

0.80 1.00

1987 1988 1989 1990 1991 1992 1993 1994 1995 Gambar 6. Hasil training pembentukan model prediksi curah hujan bulanan t+4 di Cigadung dengan akurasi tertinggi

4.1.2 Model Prediksi Curah Hujan di Stasiun Karawang.

Karawang merupakan stasiun pewakil yang dipilih untuk mewakili wilayah hujan IIA. Hasil training set pembentukan model prediksi curah hujan di stasiun Karawang disajikan dalam Tabel 4 dan 5 sementara hasil terbaik dari training set model tersebut disajikan dalam Gambar 7. N o e n in rm a liz d m o th ly r a fa ll AKTUAL PREDIKSI cigadung 1987 - 1995, X = 8, H = 10, bobot awal = 0.50

0.00 0.20

0.40 0.60

0.80 1.00

1987 1988 1989 1990 1991 1992 1993 1994 1995 al m y r l n o rm iz ed o nt h l ai n fa l aktual prediksi cigadung 1987 - 1995, X= 8, H = 10 bobot awal = 0.25

0.00 0.20

0.40 0.60

0.80 1.00

1987 1988 1989 1990 1991 1992 1993 1994 1995 n o rm al ized m o n th ly rai n fa ll aktual prediksi cigadung 1987 - 1995, X = 8, H = 10, bobot awal = 1.00

0.00 0.20

0.40 0.60

0.80 1.00

1987 1988 1989 1990 1991 1992 1993 1994 1995 n o rm a liz e d m o n th ly r a in fa ll aktual prediksi Cigadung 1987 - 1995, X = 8, H = 6 bobot awal = 0.25

0.00 0.20

0.40 0.60

0.80 1.00

1987 1988 1989 1990 1991 1992 1993 1994 1995 n o rm a liz e d m o n th ly r a in fa ll aktual prediksi Cigadung 1987 - 1995. X = 7, H = 10 bobot awal = 0.50

0.00 0.20

0.40 0.60

0.80 1.00

1987 1988 1989 1990 1991 1992 1993 1994 1995 N or m a li z e d m ont hl y ra inf a ll AKTUAL PREDIKSI Tabel 4. Rangkuman pengembangan model prediksi curah hujan di Stasiun Karawang dengan tujuh parameter input X 1 -X 7 , tiga level simpul pada lapisan tersembunyi dan empat nilai bobot awal yang berbeda No Jumlah simpul hidden layer H dan taraf bobot awal Iterasi MSE per tahun R 2 Kisaran prediksi Rata-rata error mmbulan 1. Jumlah simpul nH = 6 a. 0,25 343 0,067 55 0,000 – 0,644 0,644 3,9 b. 0,50 60 0,096 35 0,107 – 0,245 0,138 6,2 c. 0,75 21 0,096 35 0,107 – 0,245 0,138 6,2 d. 1,00 1263 0,069 53 0,000 – 0,317 0,317 4,1 2 Jumlah simpul nH = 8 a. 0,25 164 0,069 54 0,115 – 0,874 0,338 4,1 b. 0,50 661 0,067 56 0,000 – 0,326 0,333 3,9 c. 0,75 477 0,065 57 0,000 – 0,333 0,333 3,8 d. 1,00 116 0,073 52 0,000 – 0,322 0,322 4,3 3. Jumlah simpul nH = 10 a. 0,25 4832 0,047 69 0,000 – 0,915 0,915 2,8 b. 0,50 387 0,067 56 0,000 – 0,331 0,331 4,0 c. 0,75 735 0,055 64 0,000 – 0,396 0,396 3,3 d. 1,00 439 0,067 56 0,000 – 0,330 0,330 4,0 Keterangan: rata-rata error adalah nilai MSE terhadap curah hujan maksimum. Tabel 4 menunjukkan ada hubungan antara jumlah iterasi dengan ketelitian model. Makin tinggi jumlah iterasi maka model akan semakin teliti. Nilai bobot awal 0,25 memberikan prediksi yang paling akurat pada setiap tingkat lapisan tersembunyi. Model-model yang dibentuk dengan menggunakan tujuh parameter ini ternyata sebagian besar tidak mampu menduga nilai-nilai ekstrim tinggi yang terjadi. Model yang menambahkan anomali SST pada saat t+3 X 8 memberikan prediksi yang lebih akurat pada nilai bobot awal 0,25 untuk setiap taraf simpul lapisan tersembunyi. Model-model yang memiliki tingkat akurasi tertinggi untuk karawang adalah pada saat menggunakan delapan parameter input untuk nH = 6, nH = 8 dan pada saat nH = 10, ketiganya untuk bobot awal 0,25 Gambar 7. Tabel 5. Rangkuman pengembangan model prediksi curah hujan di Stasiun Karawang dengan delapan parameter input X 1 -X 8 , tiga tingkat simpul lapisan antara dan empat nilai bobot awal yang berbeda No Jumlah simpul lapisan antara H dan taraf inisialisasi bobot Iterasi MSE per tahun R 2 Kisaran prediksi Rata-rata error mmbulan 1. Jumlah simpul nH = 6 a. 0,25 1.605 0,017 0,885 0,000 – 0,931 0,931 1,0 b. 0,50 294 0,086 0,436 0,122 – 0,273 0,152 5,1 c. 0,75 60 0,086 0,433 0,121 – 0,273 0,151 5,1 d. 1,00 278 0,085 0,434 0,121 – 0,272 0,151 5,1 2 Jumlah simpul nH = 8 a. 0,25 1.508 0,031 0,791 0,001 – 0,633 0,632 1,9 b. 0,50 66 0,086 0,432 0,121 – 0,273 0,151 5,1 c. 0,75 91 0,090 0,405 0,121 – 0,272 0,151 5,3 d. 1,00 72 0,087 0,425 0,120 – 0,270 0,150 5,1 3. Jumlah simpul nH = 10 a. 0,25 6.232 0,034 0,775 0,000 – 0,990 0,990 2,0 b. 0,50 2.347 0,065 0,567 0,000 – 0,565 0,565 3,9 c. 0,75 1.352 0,069 0,540 0,000 – 0,306 0,306 4,1 d. 1,00 1.819 0,041 0,731 0,000 – 0,930 0,930 2,4 Keterangan: rata-rata error adalah nilai MSE terhadap curah hujan maksimum. Nilai bobot 0,25 dengan menggunakan 6 simpul lapisan tersembunyi dan 8 parameter input memberikan nilai MSE per tahun paling rendah dan R 2 tertinggi dibandingkan model-model lainnya. Gambar 7 memperlihatkan bahwa, model tersebut pada beberapa titik tidak mampu menduga nilai-nilai curah hujan sebesar 0 mm. Dengan menggunakan 8 simpul pada lapisan tersembunyi untuk nilai bobot awal yang sama diperoleh hasil R 2 tertinggi kedua setelah 6 lapisan tersembunyi. Pada penggunaan 8 simpul lapisan tersembunyi ini iterasi yang terjadi juga lebih sedikit dibandingkan dengan penggunaan 6 dan 10 simpul. Model ini dengan demikian menjadi lebih efisien dan memiliki laju pembelajaran yang cepat, sehingga menjadi lebih sederhana. Handoko 2004 menyebutkan bahwa kesederhanaan model merupakan hal yang cukup penting dalam aplikasi model oleh user. Model dengan 8 simpul pada lapisan tersembunyi inilah yang kemudian dianggap paling baik bagi Karawang dan akan dipergunakan untuk keperluan prediksi curah hujan yang akan datang. Hasil pengembangan model prediksi ini jauh lebih baik dibandingkan model prediksi curah hujan sebelumnya oleh Koesmaryono et al. 2007, yang memprediksi curah hujan tiga bulan ke depan di Karawang. Model tersebut dihasilkan setelah 81 iterasi dengan MSE per tahun 0,101 dan rata-rata error 6,0 mmbulan. Model tersebut juga tidak begitu mampu memprediksi nilai-nilai ekstrim rendah dan tinggi. Karawang 1990 - 2003, X = 8, H = 6, bobot awal = 0.25

0.00 0.20

0.40 0.60

0.80 1.00

1990 1992 1994 1996 1998 2000 2002 n o rm a liz e d m o n th ly r a in fa ll aktual prediksi Karawang 1990 - 2003, X = 8, H = 8 bobot awal = 0.25

0.00 0.20

0.40 0.60

0.80 1.00

1990 1992 1994 1996 1998 2000 2002 n o rm a liz e d m o n th ly r a in fa ll aktual prediksi Karawang 1990 - 2003, X= 8, H = 10 bobot awal = 0.25

0.00 0.20

0.40 0.60

0.80 1.00

1990 1992 1994 1996 1998 2000 2002 n o rm a liz e d m o n th ly r a in fa ll aktual prediksi Gambar 7. Hasil training pembentukan model prediksi curah hujan bulanan t+4 di Karawang dengan akurasi tertinggi

4.1.3 Model Prediksi Curah Hujan di Stasiun Rawamerta

Rawamerta dipilih untuk mewakili wilayah hujan IIB, yang dicirikan oleh curah hujan tahunan 1.750–2.250 mmtahun. Training set dilakukan dengan menggunakan data curah hujan bulanan periode 10 tahun 1990–1999. Hasil training set pembentukan model prediksi curah hujan bulanan di Rawamerta di sajikan dalam Tabel 6 dan Tabel 7. Tabel 6. Rangkuman pengembangan model prediksi curah hujan di Stasiun Rawamerta dengan tujuh parameter input X 1 -X 7 , tiga level simpul lapisan tersembunyi dan empat nilai bobot awal yang berbeda. No Jumlah simpul hidden layer H dan nilai bobot awal Iterasi MSE per tahun R 2 Kisaran prediksi Rata-rata error mmbulan 1. Jumlah simpul nH = 6 a. 0,25 296 0,067 44 0,000 – 0,393 0,393 5,3 b. 0,50 76 0,081 32 0,103 – 0,239 0,135 6,4 c. 0,75 39 0,083 30 0,101 – 0,234 0,133 6,6 d. 1,00 60 0,082 31 0,101 – 0,234 0,133 6,5 2 Jumlah simpul nH = 8 a. 0,25 568 0,062 49 0,003 – 0,586 0,584 4,9 b. 0,50 39 0,082 31 0,102 – 0,236 0,134 6,5 c. 0,75 39 0,083 31 0,101 – 0,233 0,132 6,5 d. 1,00 46 0,082 31 0,101 – 0,234 0,133 6,5 3. Jumlah simpul nH = 10 a. 0,25 1.282 0,045 63 0,000 – 0,687 0,687 3,5 b. 0,50 127 0,081 33 0,103 – 0,238 0,135 6,4 c. 0,75 26 0,083 31 0,101 – 0,233 0,133 6,6 d. 1,00 43 0,083 31 0,101 – 0,234 0,133 6,5 Keterangan: rata-rata error adalah nilai MSE terhadap curah hujan maksimum. Tabel 7. Rangkuman pengembangan model Prediksi Curah hujan di Stasiun Rawamerta dengan delapan parameter input X 1 -X 8 , tiga level simpul lapisan tersembunyi dan empat nilai bobot awal yang berbeda. No Jumlah simpul hidden layer H dan nilai bobot awal Iterasi MSE per tahun R 2 Kisaran prediksi Rata-rata error mmbulan 1. Jumlah simpul nH = 6 a. 0,25 552 0,066 49 0,000 – 0,389 0,389 5,2 b. 0,50 67 0,080 40 0,105 – 0,241 0,137 6,3 c. 0,75 46 0,081 39 0,104 – 0,240 0,136 6,4 d. 1,00 44 0,082 39 0,102 – 0,237 0,134 6,5 2 Jumlah simpul nH = 8 a. 0,25 1.370 0,036 71 0,000 – 0,922 0,632 2,8 b. 0,50 35 0,095 27 0,092 – 0,215 0,123 7,5 c. 0,75 314 0,067 49 0,001 – 0,392 0,391 5,3 d. 1,00 100 0,073 45 0,000 – 0,265 0,265 5,8 3. Jumlah simpul nH = 10 a. 0,25 3.423 0,044 63 0,000 – 0,591 0,591 3,5 b. 0,50 1.663 0,054 58 0,000 – 0,306 0,306 4,3 c. 0,75 1.939 0,044 64 0,000 – 0,400 0,400 3,5 d. 1,00 439 0,071 42 0,000 – 0,259 0,259 5,6 Keterangan: rata-rata error adalah nilai MSE terhadap curah hujan maksimum. Tabel 6 menunjukkan bahwa dengan menggunakan 7 parameter input, hasil terbaik diberikan oleh model dengan 10 simpul pada lapisan tersembunyi dengan bobot awal 0,25. Hasil terbaik ini ditunjukkan dengan nilai MSE per tahun 0,045 dan nilai R 2 sebesar 63 . Pada model dengan tingkat akurasi rendah rata-rata tidak mampu memprediksi curah hujan pada nilai 0 mmbulan. Kisaran nilai pada model-model tersebut rata-rata mempunyai lebar prediksi antara 0,132– 0,135. Gambar 8. Hasil training pembentukan model prediksi curah hujan bulanan t+4 di Rawamerta dengan akurasi tertinggi. Pembentukan model dengan menggunakan 8 parameter input dan 8 simpul hidden layer pada bobot awal 0,25 memberikan nilai MSE per tahun yang paling rendah. Akan tetapi model ini pada beberapa situasi tidak dapat memprediksi nilai-nilai kejadian hujan maksimum yang biasa dan lebih sering terjadi selama proses training set dan sebaliknya dapat memprediksi kejadian hujan ekstrim yang memiliki pola berbeda dengan kejadian hujan bulanan umumnya Gambar 8. Model dengan 7 parameter input, 10 simpul hidden layer dan bobot awal 0,25 sebaliknya mampu memprediksi curah hujan pada nilai-nilai yang tinggi, akan Rawamerta 1990 - 1999, X=8, H = 10 bobot awal = 0.25

0.00 0.20

0.40 0.60

0.80 1.00

1990 1991 1992 1993 1994 1995 1996 1997 1998 1999 no rmali z ed m ont h ly r a in fa ll aktual prediksi Rawamerta 1990 - 1999, X = 8, H = 10 bobot awal = 0.75

0.00 0.20

0.40 0.60

0.80 1.00

1990 1991 1992 1993 1994 1995 1996 1997 1998 1999 no rmali z ed m ont h ly r a in fa ll aktual prediksi Rawamerta 1990 - 1999, X = 8, H = 8 bobot awal = 0.25

0.00 0.20

0.40 0.60

0.80 1.00

1990 1991 1992 1993 1994 1995 1996 1997 1998 1999 n o rm ali z ed m o nt h ly rai n fa ll aktual prediksi Rawamerta 1990 - 1999, X = 7, H = 10 bobot awal = 0.25

0.00 0.20

0.40 0.60

0.80 1.00

1990 1991 1992 1993 1994 1995 1996 1997 1998 1999 N o rm a liz e d m o n th ly ra in fa ll AKTUAL PREDIKSI tetapi kurang dapat memprediksi kejadian-kejadian hujan dengan nilai yang rendah. Gambar 7 juga memperlihatkan bahwa pada model dengan 8 parameter input , 10 simpul hidden layer dan bobot awal 0,75 dapat memprediksi curah hujan dengan nilai-nilai yang rendah 0 mmbulan dan cukup baik untuk memprediksi kejadian curah hujan yang tinggi. Berdasarkan pertimbangan tersebut, maka model dengan bobot awal 0,75 inilah yang dipilih untuk dipergunakan dalam prediksi curah hujan satu tahun ke depan.

4.1.4 Model Prediksi Curah Hujan Stasiun Subang

Training set pembentukan model untuk stasiun Subang menggunakan data periode 1990–2003. Stasiun Subang sebagai stasiun pewakil daerah IIC memiliki rata-rata curah hujan tahunan 2.250–3.000 mmtahun. Hasil pembentukan model prediksi curah hujan dengan menggunakan teknik analisis Neural Network dirangkum dalam tabel 8 dan 9, sementara hasil training set yang memiliki model prediksi dengan tingkat akurasi tertinggi di sajikan dalam Gambar 9. Tabel 8. Rangkuman pengembangan model prediksi curah hujan di Stasiun Subang dengan tujuh parameter input X 1 -X 7 , tiga level simpul lapisan tersembunyi dan empat nilai bobot awal yang berbeda. No Jumlah simpul hidden layer H dan nilai bobot awal Iterasi MSE per tahun R 2 Kisaran prediksi Rata-rata error mmbulan 1. Jumlah simpul nH = 6 a. 0,25 1.115 0,034 70 0,002 – 0,759 0,752 3,4 b. 0,50 726 0,049 57 0,000 – 0,429 0,429 4,8 c. 0,75 702 0,033 71 0,000 – 0,937 0,937 3,2 d. 1,00 1.359 0,036 68 0,000 – 0,953 0,953 3,6 2 Jumlah simpul nH = 8 a. 0,25 1.132 0,044 61 0,000 – 0,449 0,584 4,3 b. 0,50 41 0,070 39 0,089 – 0,211 0,121 6,9 c. 0,75 44 0,071 38 0,088 – 0,207 0,120 7,0 d. 1,00 45 0,071 38 0,088 – 0,207 0,119 7,0 3. Jumlah simpul nH = 10 a. 0,25 935 0,020 83 0,000 – 0,917 0,917 2,0 b. 0,50 234 0,069 40 0,000 – 0,214 0,214 6,8 c. 0,75 107 0,073 37 0,087 – 0,206 0,119 7,2 d. 1,00 150 0,073 37 0,087 – 0,206 0,119 7,1 Keterangan: rata-rata error adalah nilai MSE terhadap curah hujan maksimum. Pembentukan model dengan menggunakan 7 parameter input menghasilkan model terbaik ditunjukkan pada model dengan 10 simpul pada hidden layer yang memberikan nilai MSE per tahun paling rendah serta memberikan nilai R 2 paling tinggi yaitu 83 . Akurasi model sangat baik sehingga menghasilkan rata-rata error terhadap curah hujan maksimun yang mungkin terjadi setiap bulan adalah 2,0 mm. Tabel 9. Rangkuman pengembangan model prediksi curah hujan di Stasiun Subang dengan delapan parameter input X 1 -X 8 , tiga level lapisan tersembunyi dan empat taraf nilai bobot awal yang berbeda. No Jumlah simpul hidden layer H dan nilai bobot awal Iterasi MSE per tahun R 2 Kisaran prediksi Rata-rata error mmbulan 1. Jumlah simpul nH = 6 a. 0,25 1.816 0,013 91 0,000 – 0,947 0,947 1,3 b. 0,50 188 0,066 55 0,090 – 0,213 0,122 6,5 c. 0,75 73 0,066 55 0,091 – 0,213 0,123 6,5 d. 1,00 168 0,066 55 0,090 – 0,213 0,122 6,5 2 Jumlah simpul nH = 8 a. 0,25 521 0,049 67 0,000 – 0,477 0,632 4,8 b. 0,50 70 0,066 55 0,091 – 0,213 0,122 6,5 c. 0,75 90 0,066 55 0,091 – 0,213 0,122 6,5 d. 1,00 72 0,067 55 0,091 – 0,213 0,123 6,5 3. Jumlah simpul nH = 10 a. 0,25 4.454 0,031 79 0,080 – 1,000 0,930 3,1 b. 0,50 3.813 0,017 89 0,000 – 0,949 0,949 1,7 c. 0,75 2.737 0,019 88 0,000 – 0,950 0,950 1,9 d. 1,00 1.779 0,036 75 0,000 – 0,346 0,346 3,6 Keterangan: rata-rata error adalah nilai MSE terhadap curah hujan maksimum. Penambahan anomali SST Nino 3,4 pada lag-1 sebagai parameter kedelapan memberikan nilai MSE terkecil pada model dengan 6 simpul hidden laye r untuk bobot awal 0,25. Gambar 8 menyajikan perbandingan antara model- model terbaik yang dihasilkan oleh analisis jaringan syaraf tiruan untuk prediksi curah hujan di stasiun Subang. Terlihat bahwa model dengan hasil R 2 tertinggi ternyata tidak begitu mampu memprediksi curah hujan pada nilai-nilai rendah. Hal ini sebagaimana hasil prediksi di stasiun Karawang yang memberikan nilai MSE terendah juga pada saat nX = 8 dan nH = 6 untuk bobot awal 0,25. Berdasarkan kenyataan ini dapat disimpulkan bahwa terdapat kecenderungan model dengan enam simpul lapisan tersembunyi untuk penggunaan delapan variabel input menyebabkan laju pembelajaran menjadi terlalu cepat sehingga tidak teliti. Hal ini menunjukkan penggunaan 6 simpul dalam lapisan tersembunyi untuk 8 variabel dalam lapisan input bukanlah jumlah simpul yang optimal bagi proses pembelajaran model dan bersesuaian dengan persamaan simpul ideal dalam lapisan tersembunyi. Berdasarkan persamaan tersebut maka penggunaan 8 variabel dalam lapisan input membutuhkan kisaran simpul yang direkomendasikan adalah 7-17 simpul Fletcher dan Goss 1993 dalam Kuligowski dan Baros 1998 Subang 1990 - 2003, X = 7, H = 10 bobot awal = 0.250

0.00 0.20

0.40 0.60

0.80 1.00

1990 1992 1994 1996 1998 2000 2002 N o rm al iz e d m ont hl y r a in fa ll AKTUAL PREDIKSI Subang 1990 - 2003, X = 8, H = 6 bobot awal = 0.25

0.00 0.20

0.40 0.60

0.80 1.00

1990 1992 1994 1996 1998 2000 2002 nor m a li z e d m o nt h ly ra in fa ll aktual prediksi Subang 1990 - 2003, X = 8, H = 10 inisialisasi bobot = 0.25 0.000 0.200 0.400 0.600 0.800 1.000 1990 1992 1994 1996 1998 2000 2002 nor m a li z ed m ont hl y ra in fa ll aktual prediksi Subang 1990 - 2003, X = 8, H = 10 bobot awal = 0.50 0.000 0.200 0.400 0.600 0.800 1.000 1990 1992 1994 1996 1998 2000 2002 nor m a li z e d m ont hl y r a inf a ll aktual prediksi Subang 1990 - 2003, X = 8, H = 10 bobot awal = 0.75

0.00 0.20

0.40 0.60

0.80 1.00

1990 1992 1994 1996 1998 2000 2002 nor m a li z e d m o nt h ly ra in fa ll aktual prediksi Gambar 9. Hasil training pembentukan model prediksi curah hujan bulanan t+4 di Subang dengan akurasi tertinggi. Model dengan 10 simpul pada hidden layer ketika nX = 8 memberikan hasil yang paling baik dengan jumlah iterasi yang paling tinggi pula dibandingkan model-model dengan jumlah lapisan antara yang lebih sedikit. Hal ini sejalan dengan pernyataan Habra 2005 bahwa secara umum penambahan simpul pada hidden layer dan parameter input akan menyebabkan jaringan syaraf untuk memperoleh pembelajaran yang lebih kompleks akan tetapi pada saat yang sama akan menurunkan kinerja model yaitu memberikan laju pembelajaran yang lebih lambat. Model yang dihasilkan dari penggunaan 10 simpul lapisan tersembunyi ketika nX = 8 ternyata menghasilkan rata-rata error perbulan yang hampir sama besar dengan model yang hanya menggunakan 7 paramerer input. Model dengan 7 parameter input dan 10 simpul lapisan tersenyembunyi ini di pilih sebagai model terbaik untuk dipergunakan dalam prediksi hujan bulanan yang akan datang dengan alasan cepatnya laju pembelajaran dan hasil prediksi yang baik.

4.1.5. Model Prediksi Curah Hujan di Sindanglaya.

Model terbaik diberikan oleh nilai bobot awal 0,25 untuk baik untuk penggunaan 7 maupun 8 parameter pada input layer pada penggunaan 10 simpul hidden layer. Dengan menggunakan tujuh parameter input dan dengan jumlah iterasi yang lebih sedikit, ternyata sudah dapat menghasilkan model dengan tingkat akurasi yang cukup baik, yang ditandai dengan nilai MSE = 0,012, R 2 = 96 dan rata-rata error terhadap curah hujan maksimum setiap bulan adalah 0,8 mmbulan. Tabel 10. Rangkuman pengembangan model prediksi curah hujan di Stasiun Sindanglaya dengan tujuh parameter input X 1 -X 7 , tiga level simpul lapisan tersembunyi dan nilai bobot awal No Jumlah simpul hidden layer H dan nilai bobot awal Iterasi MSE per tahun R 2 Kisaran prediksi Rata-rata error mmbulan 1. Jumlah simpul nH = 6 a. 0,25 710 0,111 61 0,000 – 0,501 0,501 7,5 b. 0,50 1.547 0,074 74 0,000 – 0,807 0,807 5,0 c. 0,75 39 0,186 35 0,196 – 0,398 0,202 12,6 d. 1,00 126 0,178 38 0,200 – 0,405 0,205 12,0 2 Jumlah simpul nH = 8 a. 0,25 1.475 0,045 85 0,000 – 0,866 0,866 3,0 b. 0,50 278 0,070 56 0,000 – 0,476 0,476 8,6 c. 0,75 42 0,071 38 0,198 – 0,401 0,203 12,3 d. 1,00 57 0,181 37 0,197 – 0,400 0,203 12,3 3. Jumlah simpul nH = 10 a. 0,25 2.261 0,012 96 0,000 – 0,960 0,917 0,8 b. 0,50 322 0,116 60 0,000 – 0,487 0,487 7,9 c. 0,75 265 0,126 56 0,000 – 0,476 0,476 8,5 d. 1,00 99 0,168 41 0,210 – 0,419 0,209 11,4 Keterangan: rata-rata error adalah nilai MSE terhadap curah hujan maksimum. Hasil terbaik umumnya diberikan pada penggunaan 10 simpul hidden layer untuk semua bobot awal. Hal ini dengan jelas menunjukkan bahwa penambahan lapisan antara meningkatkan ketelitian model untuk prediksi yang lebih kompleks. Model secara akurat dapat memprediksi nilai-nilai kejadian hujan pada kisaran rendah maupun tinggi. Berdasarkan Tabel 10 dan 11, serta dengan memperhatikan tampilan model pada Gambar 10, maka model dengan penggunaan 7 parameter input dan 10 lapisan antara dianggap paling layak untuk kepentingan prediksi. Model ini memiliki laju pembelajaran yang lebih cepat yang ditunjukkan oleh jumlah iterasi yang lebih sedikit dibandingkan model dengan R 2 tertinggi nX = 8 dan nH = 10, untuk bobot awal = 0,25, akan tetapi pada saat yang sama model menghasilkan rata-rata error per bulan terhadap curah hujan maksimum yang sama dengan model yang lebih rumit. Tabel 11. Rangkuman pengembangan model prediksi curah hujan di Stasiun Sindanglaya dengan delapan parameter input X 1 -X 8 , tiga level simpul lapisan tersembunyi dan empat nilai bobot awal yang berbeda. No Jumlah simpul hidden layer H dan bobot awal Iterasi MSE per tahun R 2 Kisaran prediksi Rata-rata error mmbulan 1. Jumlah simpul nH = 6 a. 0,25 861 0,092 71 0,000 – 0,688 0,688 6,2 b. 0,50 39 0,200 36 0,199 – 0,403 0,204 13,5 c. 0,75 40 0,201 36 0,198 – 0,402 0,204 13,6 d. 1,00 59 0,196 38 0,197 – 0,400 0,203 13,2 2 Jumlah simpul nH = 8 a. 0,25 655 0,096 69 0,000 – 0,635 0,635 6,5 b. 0,50 807 0,074 76 0,000 – 0,625 0,625 5,0 c. 0,75 25 0,201 36 0,196 – 0,399 0,203 13,6 d. 1,00 39 0,197 37 0,195 – 0,397 0,202 13,3 3. Jumlah simpul nH = 10 a. 0,25 6.215 0,012 96 0,000 – 0,933 0,930 0,8 b. 0,50 1.899 0,042 87 0,000 – 0,914 0,914 2,8 c. 0,75 1.638 0,049 84 0,000 – 0,758 0,758 3,3 d. 1,00 1.234 0,041 87 0,000 – 0,849 0,849 2,7 Keterangan: rata-rata error adalah nilai MSE terhadap curah hujan maksimum. Sindanglaya 1990-2000, X = 7, H = 8 bobot awal = 0.25

0.00 0.20

0.40 0.60

0.80 1.00

1990 1991 1992 1993 1994 1995 1996 1997 1998 1999 Gambar 10. Hasil training pembentukan model prediksi curah hujan bulanan t+4 di Sindanglaya dengan akurasi tertinggi.

4.1.6 Model Prediksi Curah Hujan di Stasiun Ciseuti

Stasiun Ciseuti merupakan stasiun pewakil wilayah IV, yang merupakan wilayah dengan rata-rata hujan tahunan tertinggi di wilayah pantai utara Jawa Barat. Training set pembentukan model dilakukan dengan menggunakan data periode 1990–2003. Hasil rangkuman analisis model prediksi curah hujan empat bulan ke depan di stasiun Ciseuti diringkas dalam Tabel 12 dan Tabel 13. N o n t i rm al iz ed m o h ly r a n fal l AKTUAL PREDIKSI Sindanglaya 1990-2000, X = 7, H = 10 bobot awal = 0.25

0.00 0.20

0.40 0.60

0.80 1.00

1990 1991 1992 1993 1994 1995 1996 1997 1998 1999 N o rm al iz ed m o nt h ly ra in fa ll AKTUAL PREDIKSI Sindanglaya 1990 - 2000, X = 8, H = 10, Bobot awal = 0.25

0.00 0.20

0.40 0.60

0.80 1.00

1990 1991 1992 1993 1994 1995 1996 1997 1998 1999 2000 nor m a li z e d m ont hl y r a inf a ll aktual prediksi sindanglaya 1990 - 2000, X = 8, H = 10 bobot awal = 0.50

0.00 0.20

0.40 0.60

0.80 1.00

1990 1991 1992 1993 1994 1995 1996 1997 1998 1999 2000 nor m a li z e d m ont hl y ra inf a ll aktual prediksi Sindanglaya 1990 - 2000, X = 8, H = 10 bobot awal = 0.75

0.00 0.20

0.40 0.60

0.80 1.00

1990 1991 1992 1993 1994 1995 1996 1997 1998 1999 2000 li o r l nor m a z e d m nt hl y a inf a l aktual prediksi sindanglaya 1990 - 2000, X = 8, H = 10 bobot awal = 1.000

0.00 0.20

0.40 0.60

0.80 1.00

1990 1991 1992 1993 1994 1995 1996 1997 1998 1999 2000 nor m a li z e d m o nt hl y r a inf a ll aktual prediksi Tabel 12. Rangkuman pengembangan model prediksi curah hujan di Stasiun Ciseuti dengan tujuh parameter input X 1 -X 7 , tiga level simpul lapisan tersembunyi dan empat nilai bobot awal No Jumlah simpul hidden layer H dan bobot awal Iterasi MSE per tahun R 2 Kisaran prediksi Rata-rata error mmbulan 1. Jumlah simpul nH = 6 a. 0,25 1.104 0,068 79 0,003 – 0,811 0,811 5,9 b. 0,50 514 0,157 52 0,000 – 0,452 0,452 13,7 c. 0,75 376 0,169 49 0,079 – 0,437 0,368 14,7 d. 1,00 1.059 0,114 65 0,065 – 0,666 0,602 10,0 2 Jumlah simpul nH = 8 a. 0,25 730 0,116 63 0,000 – 0,484 0,484 10,1 b. 0,50 299 0,116 64 0,000 – 0,484 0,484 10,1 c. 0,75 589 0,110 66 0,000 – 0,486 0,486 9,6 d. 1,00 1.019 0,111 65 0,000 – 0,469 0,469 9,7 3. Jumlah simpul nH = 10 a. 0,25 339 0,140 56 0,000 – 0,469 0,469 12,2 b. 0,50 307 0,134 58 0,000 – 0,459 0,487 11,7 c. 0,75 57 0,186 42 0,202 – 0,408 0,206 16,2 d. 1,00 967 0,084 74 0,000 – 0,961 0,961 7,3 Keterangan: rata-rata error adalah nilai MSE terhadap curah hujan maksimum. Umumnya model yang dibentuk dengan menggunakan tujuh parameter input tidak dapat memprediksi curah hujan dengan nilai-nilai yang tinggi, kecuali pada penggunaan 6 dan 10 simpul hidden layer masing-masing pada bobot awal 0,25 dan 1,00. Kisaran terlebar didapatkan pada penggunaan 10 hidden layer dengan bobot awal 1,0 yaitu dengan lebar kisaran 0,961. Pada pembentukan model dengan menggunakan delapan parameter input Tabel 13, terlihat adanya perbaikan akurasi model terutama pada penggunaan 10 hidden layer untuk setiap nilai bobot awal. Akurasi model yang tinggi ini terutama disebabkan oleh kemampuan model untuk melakukan iterasi yang lebih banyak sehingga laju pembelajaran yang lebih lambat. Jumlah iterasi yang tinggi berpengaruh terhadap ketelitian dan kekompleksan model yang dibentuk. Tabel 13. Rangkuman pengembangan model prediksi curah hujan di Stasiun Ciseuti dengan delapan parameter input X 1 -X 8 , tiga simpul level lapisan tersembunyi dan empat nilai bobot awal No Jumlah simpul hidden layer H dan bobot awal Iterasi MSE per tahun R 2 Kisaran prediksi Rata-rata error mmbulan 1. Jumlah simpul nH = 6 a. 0,25 219 0,105 67 0,000 – 0,509 0,509 9,1 b. 0,50 124 0,159 50 0,207 – 0,415 0,208 13,9 c. 0,75 74 0,164 48 0,212 – 0,423 0,211 14,3 d. 1,00 86 0,162 48 0,211 – 0,422 0,210 14,1 2 Jumlah simpul nH = 8 a. 0,25 865 0,088 73 0,000 – 0,690 0,690 7,6 b. 0,50 530 0,097 69 0,000 – 0,505 0,505 8,5 c. 0,75 660 0,049 85 0,000 – 0,993 0,993 4,2 d. 1,00 21 0,164 48 0,212 – 0,423 0,210 14,3 3. Jumlah simpul nH = 10 a. 0,25 4533 0,024 94 0,000 – 0,978 0,978 2,1 b. 0,50 2626 0,039 88 0,000 – 0,856 0,856 3,4 c. 0,75 2690 0,051 84 0,000 – 0,941 0,941 4,5 d. 1,00 1776 0,088 72 0,000 – 0,531 0,531 7,6 Keterangan: rata-rata error adalah nilai MSE terhadap curah hujan maksimum. Gambar 11 memperlihatkan tampilan model dengan akurasi tertinggi. Model dengan 7 parameter input dan 6 simpul hidden layer meskipun memiliki akurasi yang cukup baik ternyata pada beberapa titik tidak mampu memprediksi nilai-nilai kejadian hujan yang rendah. Model dengan delapan simpul hidden layer dan delapan parameter input sebaliknya cukup baik untuk memprediksi nilai-nilai rendah tapi cenderung buruk dalam memprediksi fluktuasi curah hujan bulanan dalam setahun. Hasil terbaik diberikan oleh nX = 8, nH = 10 dan bobot awal 0,25. Model yang dihasilkan memberikan nilai MSE pertahun paling kecil yaitu 0,024. Nilai R 2 yang dihasilkan model adalah sebesar 93 . Hal ini menunjukkan bahwa sekitar 93 keragaman curah hujan di Ciseuti dapat dijelaskan oleh fluktuasi curah hujan 4 bulan berturut-turut, anomali SST pada lag -4 dan lag -1 serta juga dipengaruhi oleh nilai SOI pada lag -4. Ciseuti 1990-2003, X = 7, H = 6, bobot awal = 0.25

0.00 0.20

0.40 0.60

0.80 1.00

1990 1992 1994 1996 1998 2000 2002 N o rm a liz e d m o n th ly r a in fa ll AKTUAL PREDIKSI Ciseuti 1990 - 2003, X = 8, H = 8, bobot awal = 0.75

0.00 0.20

0.40 0.60

0.80 1.00

1990 1992 1994 1996 1998 2000 2002 n o rm a liz e d m o n th ly r a in fa ll aktual prediksi Ciseuti 1990 - 2003, X = 8, H = 10 bobot awal = 0.50

0.00 0.20

0.40 0.60

0.80 1.00

1990 1992 1994 1996 1998 2000 2002 nor m a li z e d m ont hl y r a inf a ll aktual prediksi Ciseuti 1990 - 2003, X = 8, H = 10 bobot awal = 0.25

0.00 0.20

0.40 0.60

0.80 1.00

1990 1992 1994 1996 1998 2000 2002 nor m a li z e d m ont hl y r a inf a ll aktual prediksi Ciseuti 1990 - 2003, X = 8, H = 10 bobot awal = 0.75

0.00 0.20

0.40 0.60

0.80 1.00

1990 1992 1994 1996 1998 2000 2002 no rm a li z ed m ont h ly r a in fa ll aktual prediksi Gambar 11. Hasil training pembentukan model prediksi curah hujan bulanan t+4 di Ciseuti dengan akurasi tertinggi. Berdasarkan hasil analisis pada Tabel 12 dan Tabel 13, serta memperhatikan tampilan model pada Gambar 11 maka model dengan 8 parameter input dan 10 simpul lapisan antara dengan inisialisasi bobot 0,25 dipilih sebagai model untuk dipergunakan dalam kepentingan prediksi curah hujan empat bulan ke depan.

4.2 Perbandingan Model Prediksi Curah Hujan antar Stasiun

Tabel 14 dan Gambar 12 menyajikan rangkuman dan hasil pendugaan curah hujan dari model prediksi curah hujan dengan tingkat akurasi tertinggi di enam stasiun pewakil di wilayah Subang dan Karawang, serta perbandingannya dengan nilai aktual pada periode yang sama. Tabel 14. Rangkuman pembentukan model prediksi curah hujan terbaik dari stasiun-stasiun pewakil di wilayah Subang dan Karawang Stasiun NX nH Bobot awal Jumlah iterasi Kisaran Prediksi R 2 MSE per tahun Rata-rata error mmbulan Cigadung 7 6 0,250 814 0,000-0,568 0,565 87 0,007 0,4 Karawang 8 8 0,250 1508 0,001-0,633 0,632 79 0,031 1,9 Rawamerta 8 10 0,750 3432 0,000-0,591 0,591 64 0,044 3,5 Subang 7 10 0,250 935 0,000-0,917 0,917 83 0,020 2,0 Sindanglaya 7 10 0,250 2261 0,000-0,960 0,960 96 0,012 0,8 Ciseuti 8 10 0,250 4533 0,000-0,978 0,978 93 0,024 2,1 Keterangan: rata-rata error adalah nilai MSE terhadap curah hujan maksimum. Model dengan kisaran terlebar adalah Ciseuti dengan lebar nilai prediksi 0,978, disusul stasiun Sindanglaya dan Subang dengan lebar nilai prediksi masing-masing 0,960 dan 0,917. Ketiganya merupakan stasiun pewakil yang berada dalam wilayah administrasi Subang. Stasiun yang memiliki kisaran paling sempit adalah Cigadung, di Subang dan Rawamerta, di Karawang dengan lebar nilai prediksi masing-masing 0,565 dan 0,591. Berdasarkan besarnya akurasi R 2 dan kecilnya galat maka model yang memiliki nilai akurasi tertinggi adalah stasiun-stasiun pewakil yang terletak di wilayah administrasi Subang yaitu Cigadung, diikuti Ciseuti, Sindanglaya, dan Subang. Stasiun pewakil yang terletak di Kabupaten Karawang memberikan tingkat akurasi yang paling rendah yaitu Rawamerta dengan nilai galat per tahun 0,044 serta nilai R 2 sebesar 0,639 dan Stasiun Karawang dengan nilai galat pertahun 0,031 dan nilai R 2 adalah 0,791. Model pada tiga stasiun pewakil di kabupaten Subang yaitu stasiun Cigadung, stasiun Subang dan stasiun Sindanglaya dengan menggunakan 7 parameter input tanpa mengikutsertakan anomali SST Nino 3,4 lag-1 sebagai parameter input ke-8 ternyata telah mampu memberikan prediksi yang baik dengan tingkat akurasi yang cukup tinggi. Diduga tingginya nilai akurasi yang diberikan oleh kedua stasiun ini karena pola curah hujan di ketiga stasiun tersebut lebih banyak dipengaruhi oleh anomali SST pada lag -4 saja. Cigadung 1987 - 1995, X = 7, H = 6 bobot awal = 0.25

0.00 0.20

0.40 0.60

0.80 1.00

1987 1988 1989 1990 1991 1992 1993 1994 1995 N o rm a liz e d m o n th ly r a in fa ll AKTUAL PREDIKSI Karawang 1990 - 2003, X = 8, H = 8 bobot awal = 0.25

0.00 0.20

0.40 0.60

0.80 1.00

1990 1992 1994 1996 1998 2000 2002 nor m a li z e d m o nt hl y r a inf a ll aktual prediksi Rawamerta 1990 - 1999, X=8, H = 10 bobot awal = 0.25

0.00 0.20

0.40 0.60

0.80 1.00

1990 Gambar 12. Hasil training atau pembentukan model prediksi curah hujan menggunakan teknik analisis jaringan syaraf propagasi balik terhadap data curah hujan aktual di beberapa stasiun di Kabupaten Subang dan dan Karawang. Hal ini sebagaimana hasil penelitian Pramudia 2002, bahwa dari seluruh stasiun hujan yang ada di Subang 59 diantaranya memiliki korelasi nyata 1991 1992 1993 1994 1995 1996 1997 1998 1999 n o rm a liz e d m o n th ly r a in fa ll aktual prediksi Subang 1990 - 2003, X = 7, H = 10 bobot awal = 0.250

0.00 0.20

0.40 0.60

0.80 1.00

1990 1992 1994 1996 1998 2000 2002 N o rm al ized m o n th ly r ai n fal l AKTUAL PREDIKSI Sindanglaya 1990-2000, X = 7, H = 10 bobot awal = 0.25

0.00 0.20

0.40 0.60

0.80 1.00

1990 1991 1992 1993 1994 1995 1996 1997 1998 1999 N o rm a liz e d m o n th ly r a in fa ll AKTUAL PREDIKSI Ciseuti 1990 - 2003, X = 8, H = 10 bobot awal = 0.50

0.00 0.20

0.40 0.60

0.80 1.00

1990 1992 1994 1996 1998 2000 2002 no rm a li z e d m o nt h ly r a inf a ll aktual prediksi dengan anomali SST lag-1, dan terdapat 94 yang berkorelasi nyata dengan anomali SST lag-4. Sebaliknya di Kabupaten Karawang, jumlah stasiun yang berkorelasi nyata pada lag-1 dan lag-4 adalah 87 . Hal ini yang menyebabkan pada stasiun Rawamerta dan Karawang, penambahan anomali SST lag-4 sebagai parameter input ke-8 secara umum memberikan peningkatan akurasi model Tabel 5 dan Tabel 7.

4.3 Validasi Model