Sindanglaya, dimana intensitas curah hujan di bulan tersebut diprediksi jauh lebih tinggi dibandingkan nilai maksimumnya. Hal ini mengindikasikan adanya dugaan
overfitting pada model di stasiun tersebut, sehingga memungkinkan untuk
perbaikan model lebih lanjut dengan menggunakan teknik weight decay. Akan tetapi secara umum pola curah hujan di 3 stasiun yang terletak di Kabupaten
Subang tersebut dengan awal musim hujan yang lebih awal di bulan September, menunjukkan pola yang sama sebagaimana yang terjadi di tahun 2003. Pada tahun
tersebut di ketiga stasiun didapati bahwa curah hujan mulai meningkat dan berada pada kondisi Atas Normal AN dalam kisaran 160 – 405 lebih tinggi dari rata-
rata Normalnya. Stasiun-stasiun yang terletak di Kabupaten Karawang yaitu Cigadung dan
Karawang, memiliki curah hujan diatas rata-rata normalnya untuk periode musim kering. Hal ini terutama dipengaruhi oleh kondisi anomali SST pada tahun 2009
yang memiliki nilai-nilai negatif hampir sepanjang tahun 2009
2
dan menunjukkan bahwa stasiun-stasiun yang terletak di Kabupaten Karawang lebih dipengaruhi
secara nyata oleh anomali SST dibandingkan stasiun-stasiun di Subang sebagaimana hasil penelitian Pramudia 2002.
Penurunan anomali SST umumnya berdampak pada terjadinya peningkatan curah hujan. Hal ini sebagaimana hasil penelitian Boer, et al. 1999
dalam Estiningtyas dan Amin 2007 bahwa anomali suhu permukaan laut yang
bernilai negatif lebih kecil dari -0,5
o
C disebut La-Nina lemah, -1,1 sampai -1,5
o
C disebut La-Nina sedang dan nilai anomali SST yang lebih rendah -1,50
o
C disebut sebagai La-Nina kuat. Hal sebaliknya menunjukkan terjadinya El-Nino.
4.5 Model Prediksi Produksi padi
Hasil penelitian sebelumnya oleh Pramudia 2008 mengindikasikan adanya korelasi antara produksi padi bulanan dengan nilai-nilai curah hujan
selama musim pertanaman. Hasil survei langsung di lokasi penelitian mendapatkan bahwa umumnya masa tanam padi sejak penyiapan lahan hingga
panen adalah 4 bulan. Berdasarkan hal tersebut dan dengan mengasumsikan bahwa pertumbuhan dan perkembangan padi dipengaruhi oleh curah hujan selama
2
Hasil prediksi ASST 2009 dari Climate Forecast System CFS NOAA, www.cpc.noaa.govproductsanalysis_
monitoringlaninaensoforecast.shtml
musim tanam mulai dari persiapan lahan hingga panen, maka disusunlah suatu model pendugaan produksi padi sebagai fungsi curah hujan pada saat panen
CH
t+4
, pada saat fase pematangan CH
t+3
, pada saat fase vegetatif CH
t+2
serta pada saat persiapan lahan dan pertumbuhan awal CH
t+1
. Model yang dibangun dengan teknik jaringan syaraf ternyata mampu
memprediksi produksi padi dengan akurasi yang baik, ditandai dengan nilai R
2
untuk Subang dan Karawang masing-masing sebesar 58 dan 64 . Nilai error rata-rata untuk Subang dan Karawang masing-masing adalah 661 ton dan 235
ton. Kedua model ini didapatkan setelah melalui 460 iterasi untuk Subang dan 162 iterasi untuk Karawang. Nilai koefisien determinasi R
2
ini jauh lebih baik dari nilai R
2
model yang dibangun oleh Pramudia 2008 dengan teknik regresi berganda yaitu 37 untuk Karawang dan 26 untuk Subang.
Hasil training set pembentukan model pendugaan prediksi produksi padi disajikan dalam Gambar 15 dan
hasil prediksi potensi produksi padi tahun 2009 di Kabupaten Subang dan Karawang disajikan dalam Tabel 17. Nilai koefisien
pembobot wij dan vjk disajikan dalam lampiran 5.
PRODUKSI SUBANG 1994-2005
0.2 0.4
0.6 0.8
1 1.2
1994 1996
1998 2000
2002 2004
NO R
M ALI
Z ED YI
ELD
AKTUAL PREDIKSI
PRODUKSI KARAWANG 1990-2002
0.2 0.4
0.6 0.8
1
1990 1992
1994 1996
1998 2000
2002 N
O RM
ALI Z
ED R ICE
YI ELD
AKTUAL PREDIKSI
Gambar 15. Hasil training set pembentukan model prediksi produksi padi di Subang dan Karawang terhadap data aktual
Validasi model untuk Kabupaten Subang dan Karawang dilakukan dengan menggunakan data tahun 2006. Hasil validasi menunjukkan model di Kabupaten
Karawang memiliki tingkat akurasi dan kepercayaan yang lebih baik jika dibandingkan model di Subang. Koefisien determinasi validasi untuk Karawang
adalah 59 dan error maksimum adalah 4.221 ton sementara untuk Subang hasil
validasi memberikan koefisien determinasi sebesar 18 dengan error maksimum sebesar 102.707 ton .
Produksi padi di Subang tahun 2009 diperkirakan akan mencapai nilai tertinggi pada bulan Februari 2009 dengan nilai 299.294 ton. Sementara di
Karawang nilai tertinggi dihasilkan pada Maret yaitu 329.082 ton. Hal ini diduga disebabkan periode panen pertama yang umumnya berlangsung di bulan Februari
hingga Maret. Kondisi curah hujan yang cenderung berada pada kondisi Atas Normal AN di Kabupaten Karawang menyebabkan panen pada musim tanam
pertama jauh lebih tinggi dari rata-rata normalnya yaitu 237.760 ton di bulan Maret dan 194.930 ton di bulan April.
Model di daerah Subang meskipun memberikan koefisien determinasi yang lebih baik, tapi memiliki kemampuan prediksi yang lemah terhadap fluktuasi
produksi dalam periode tanam di musim kedua sehingga memberikan nilai yang cenderung sama.
Tabel 17. Prediksi potensi produksi padi tahun 2009 di Kabupaten Subang dan Karawang, Jawa Barat
Prediksi produksi ton No Bulan
Subang Karawang 1 Januari
33.079 73
2 Februari 299.294 99.664
3 Maret 93.345 329.082
4 April 93.347 217.768
5 Mei 88.072 19.265
6 Juni 93.345 76.009
7 Juli 93.345 40.729
8 Agustus 92.898 122.444
9 September 33.079 74.338
10 Oktober 33.267
58.015 11 November
33.078 35.987
12 Desember 33.079
70 Meskipun Karawang memiliki periode musim kering yang cenderung
basah produksi di kabupaten tersebut diprediksi masih berada di bawah kisaran panen pada musim tanam kedua yang rata-rata berkisar dari 32.000 hingga
158.000 ton. Di Subang kondisi curah hujan yang umumnya berada di kondisi Bawah Normal BN dalam periode kering April-September menyebabkan
produksi pada musim tanam kedua akan berada jauh dibawah rata-ratanya. Hal ini menunjukkan perlunya antisipasi irigasi yang intensif di bulan-bulan tersebut
untuk menghindari kehilangan hasil yang lebih besar. Secara keseluruhan pada tahun 2009 ini diprediksi total produksi padi di
Subang adalah 1.019.228 ton dan untuk Karawang sebesar 1.073.443 ton. Hasil prediksi di Subang ini tidak jauh berbeda dari produksi tahun 2008 yaitu sebesar
998.134 ton dan sedikit lebih rendah dibandingkan target tahun 2009 yaitu sebesar 1.048.041 ton Sutisna 2008
. Sementara di Karawang hasil prediksi ini jauh lebih rendah jika
dibandingkan total produksi Karawang 2007 sebesar 1,231 juta ton Baren 2008. Jika Departemen Pertanian umumnya mematok pertambahan produksi sebesar 5
setiap tahunnya maka jumlah prediksi produksi Karawang ini masih di bawah prediksi Departemen Pertanian dan Pemkab setempat untuk tahun 2009.
Antisipasi irigasi dapat dilakukan dengan peningkatan pasokan air irigasi untuk musim kemarau. Berdasarkan data irigasi di Subang dan Karawang, pada
kondisi musim kering periode April-Mei, jumlah air yang disuplai untuk musim tanam kedua biasanya akan meningkat lebih dari 100 dari rata-rata 88
literdetik di musim hujan, meningkat menjadi 188 literdetik pada musim kering
3
. Penurunan curah hujan pada musim kering dikhawatirkan berdampak pada suplai
irigasi yang berkurang. Kondisi curah hujan pada musim hujan yang umumnya berada pada
kondisi Bawah Normal BN hingga Normal N di Subang dan Atas Normal di Karawang AN perlu dikelola secara optimal. Hal yang dapat dilakukan untuk
mengantisipasi kekeringan tersebut adalah antara lain dengan pengadaan pompa dan pemanfaatan kantong-kantong air sehemat mungkin. Selanjutnya perlu adanya
analisa lanjut mengenai daerah-daerah di kedua kabupaten tersebut yang paling rawan dipengaruhi oleh kekeringan.
3
Tepasa Perum Jasa Tirta Kabupaten Subang dan Karawang.
BAB V SIMPULAN DAN SARAN
5.1 Simpulan