Hubungan curah hujan dengan produksi padi

lokasi Nino-3,4. Teknik pemodelan yang digunakan adalah pemodelan dengan logika fuzzy. Hasil pemodelan kemudian diterapkan untuk menentukan awal masa tanam padi Koesmaryono et al. 2007 telah memanfaatkan model ini untuk melakukan analisis dan prediksi curah hujan dan memanfaatkannya untuk pendugaan produksi padi dalam rangka antisipasi kerawanan pangan di sentra produksi pulau Jawa. Model prediksi curah hujan yang disusun tersebut memiliki sensitivitas yang beragam, berkisar dari 0.380 di Ngale Ngawi hingga 0.848 di Baros Serang, Model secara umum mampu menjelaskan 80-91 keragaman data dengan rata-rata kesalahan pendugaan 3,1-9,8 mm. Model tersebut juga memprediksikan bahwa pada Oktober 2007 hingga Februari-Maret 2008 terjadi peningkatan curah hujan hingga mencapai puncaknya pada Februari atau Maret 2008. Di Subang dan Karawang, diperkirakan akhir musim hujan 2007-2008 berada pada kondisi Normal–Atas Normal, musim kemarau 2008 dan musim hujan akhir tahun 2008 berada pada kondisi di Atas Normal.

2.5 Hubungan curah hujan dengan produksi padi

Curah hujan berperanan sangat penting bagi produksi padi di Indonesia, terutama karena Indonesia merupakan negara beriklim tropis yang memiliki suhu relatif konstan sepanjang tahun sehingga praktis fluktuasi produksi padi setiap tahunnya sangat dipengaruhi oleh kondisi curah hujan pada tahun tersebut Levine Yang 2006. Model-model empiris umumnya dapat digunakan dalam mengkaji hubungan curah hujan dengan produksi padi, sebagaimana yang dinyatakan oleh Sitompul 2004 bahwa model empiris hanya bekerja pada satu tingkat hierarki dari organisasi sistem keseluruhan, dan menurunkan satu persamaan yang menghubungkan satu komponen dengan komponen lain pada tingkat yang sama dalam sistem tersebut. Kelebihan dari model empiris adalah lebih mudah diturunkan dengan sedikit kendala atau dengan kata lain memerlukan input yang lebih sederhana dibandingkan model mekanistik Hubungan antara curah hujan dan produksi padi diperlihatkan oleh Yamamoto et al. 2003 yang menggunakan analisis multiregresi untuk menampilkan keterkaitan antara pola curah hujan dengan produksi padi. Dalam penelitian tersebut luas panen dan produksi padi disajikan sebagai variabel respon. Curah hujan rata-rata bulan Mei hingga Oktober digunakan untuk memprediksi luas panen, sedangkan curah hujan bulan Juli digunakan untuk memprediksi hasil. Korelasi yang didapatkan adalah masing-masing memiliki koefisien determinasi R 2 sebesar 95 dan 56 untuk luas panen dan produksi padi. Penelitian lain yang dilakukan oleh Levine dan Yang 2006 di beberapa kabupaten di Indonesia juga menunjukkan adanya hubungan yang erat antara curah hujan dengan produksi padi. Penelitian tersebut dilakukan dengan menggunakan analisis regresi OLS Ordinary Least Squere yang persamaannya untuk output produksi padi di kabupaten ke-i dan waktu ke-t adalah sebagai berikut: Variabel dependent Y adalah adalah log dari produksi padi dalam metrik ton untuk kabupaten-kabupaten di Indonesia dari tahun 1953-1999. Variabel bebas R it adalah deviasi dari curah hujan selama 1953-1999, persamaan tersebut juga melibatkan pengaruh dari kabupaten μ i dan tahun t ,sedangka it adalah nilai tengah error. Penelitian tersebut mendapatkan bahwa peningkatan curah hujan sebesar 10 dari keadaan normal akan meningkatkan produksi padi sebesar 0.4 dari rata-rata produksinya. Koesmaryono et al. 2007 membangun suatu model empiris antara produksi padi dengan curah hujan tiga bulan sebelumnya di Kabupaten Serang, Kabupaten Karawang, dan Kabupaten Subang. Hasil analisis tersebut menggambarkan hubungan yang positif antara curah hujan dengan produksi padi., namun model tersebut perlu dikembangkan agar menjadi model yang komprehensif. III METODA PENELITIAN 3.1 Lokasi dan Waktu Penelitian Lokasi penelitian adalah Kabupaten Subang dan Karawang yang terletak di pesisir utara Jawa Barat. Penelitian berlangsung selama delapan bulan dimulai dari bulan Mei 2008 hingga Desember 2008.

3.2 Bahan dan Alat