Analisis Pengukuran Linieritas Keluaran Pada Pesawat Sinar-X Radiografi Umum Di RSUD Langsa

(1)

ANALISIS PENGUKURAN LINIERITAS KELUARAN PADA

PESAWAT SINAR-X RADIOGRAFI UMUM DI RSUD LANGSA

Diajukan untuk memenuhi salah satu persyaratan dalam menyelesaikan pendidikan sarjana (S-1) pada

Departemen Fisika Sub Jurusan Fisika Medik

Diajukan oleh:

NIM : 100821016

Hadi SAPUTRA

DEPARTEMEN FISIKA

FAKULTAS MATEMATIKA DAN ILMU PENGETAHUAN ALAM UNIVERSITAS SUMATERA UTARA

MEDAN 2012


(2)

PERSETUJUAN

Judul : ANALISIS PENGUKURAN LINIERITAS

KELUARAN PADA PESAWAT SINAR – X RADIOGRAFI UMUM DI RSUD LANGSA ACEH

Kategori : SKRIPSI

Nama : HADI SAPUTRA

Nomor Induk Mahasiswa : 100821016

Program Studi : SARJANA (S1) FISIKA MEDIK

Departemen : FISIKA

Fakultas : MATEMATIKA DAN ILMU PENGETAHUAN

ALAM

Disetujui oleh Diketahui/disetujui oleh

Ketua Departemen Fisika FMIPA USU

Dr. Marhaposan Situmorang NIP: 19551030 198003 1 003

Pembimbing I

Tua Raja Simbolon, S.Si NIP: 197211152000121001


(3)

PERNYATAAN

ANALISIS PENGUKURAN LINIERITAS KELUARAN PADA PESAWAT SINAR – X RADIOGRAFI UMUM DI RSUD LANGSA ACEH

SKRIPSI

Saya mengakui bahwa skripsi ini adalah hasil kerja saya sendiri, kecuali beberapa kutipan dan ringkasan yang masing-masing disebutkan sumbernya.

Medan, Juli 2012

Hadi Saputra 100821016

PENGHARGAAN

Puji syukur penulis panjatkan kepada Allah SWT, oleh karena karunia-Nya penulis dapat menyelesaikan tugas akhir ini tepat pada waktunya.

Ucapan banyak terima kasih penulis ucapkan kepada Bapak Tua Raja Simbolon, Ssi selaku dosen pembimbing penulis, yang telah banyak memberikan bimbingan serta dalam penyelesaian tugas akhir ini, juga kepada Bapak Dekan FMIPA USU dan Bapak/Ibu Dosen Departemen Fisika FMIPA USUserta para staf pegawai yang turut memberikan dukungan dan saran untuk penyelesaian tugas akhir ini. Tidak lupa juga berterimakasih kepada teman-teman seperjuangan fisika Ekstensi stambuk 2010.

Terima kasih yang teristimewa juga kepada ibunda dan ayahanda tercinta, istri, dan anakku tercinta atas dukungan dalam bentuk do’a ataupun materi kepada penulis dalam menyelesaikan tugas akhir ini.


(4)

Penulis menyadari masih banyak kekurangan dalam penulisan dan penyusunan tugas akhir ini, oleh karena itu penulis sangat mengharapkan beserta kritik yang bersifat membangun untuk kessempurnaan tugas akhir ini. Akhir kata penulis berharap se3moga tugas akhir ini dapat berguna bagi pembaca.


(5)

ABSTRACT

In the present study to study, among other aircraft performance How X-ray radiography in the Installation General Hospital radiology Langsa.Apakah plane X-ray radiography in the Installation General Hospital radiology Langsa already operating according to the technical specifications of the Indonesian National Standard (pp. NO. 33 Years , 2007). Analysis of Aircraft Measurements Lenieritas Exodus In the X-ray radiography in the General Hospital in Langsa.Parameter the linearity test is the working voltage (kV), along irradiation time (sec) and strong currents (mA). Performance of the aircraft general radiographic X-ray Toshiba Brand aircraft type: DXB-0324CS-A No.Seri: 745 040 Tube voltage: 125 kVTube current: 500 mAWaktu Ekpose: 5 sec of installation: 2004 in General Hospital installation Langsa, Aceh: show baseline data according to three parameters that were tested from April


(6)

ABSTRAK

Penelitian ini membahas tentang bagaimana kinerja Pesawat Sinar-X Radiografi Umum di Instalasi radiologi RSUD Langsa. Apakah pesawat sinar-X radiografi umum di instalasi radiologi RSUD Langsa sudah beroperasi menurut spesifikasi teknis Standar Nasional Indonesia (PP. NO. 33 Tahun 2007). Dari analisis pengukuran lenieritas keluaran pada pesawat sinar –X radiografi umum di RSUD Langsa, peneliti melakukan pengujian linieritas tegangan kerja (kV), lama waktu penyinaran (sec) dan kuat arus (mA). Setelah dilakukan kenelitian kinerja pesawat sinar-X radiografi umum Merek pesawat Toshiba Tipe: DXB-0324CS-A No.Seri: 745040 Tube voltage : 125 kV Tube current: 500 mAWaktu Ekpose: 5 sec Tahun pemasangan: 2004 di Instalasi Rumah Sakit Umum Kota Langsa yang dilaksanakan dari bulan April sampai dengan Juni 2012 menunjukkan baseline data yang semuanya memenuhi batas toleransi dari tiga parameter yang diuji.


(7)

DAFTAR ISI

Halaman

Persetujuan ii

Pernyataan iii

Penghargaan iv

Abstrak v

Abstract vi

Daftar Isi vii

Daftar Tabel ix

Daftar Gambar xi

Bab 1 Pendahuluan 1

1.1 Latar Belakang 1

1.2 Perumusan Masalah 4

1.3 Batasan Manfaat 4

1.4 Tujuan Penelitian 4

1.5 Manfaat Penelitian 5

1.6 Tempat Penelitian 5

1.7 Sistematika Penulisan 5

Bab 2 Landasan Teori 7

2.1 Pengertian Sinar-X 7

2.1.1 Proses Terjadinya Sinar-X dari Tabung Roentgen 7

2.1.2 Sifat Fisik Sinar-X 11

2.1.3 Interaksi Sinar-X dengan Materi 11

2.2 Besaran Dan Satuan Radiasi 14

2.2.1 Satuan Untuk Paparan Radiasi 14

2.2.2 Satuan Kecepatan Pemaparan 15

2.2.3 Kalibrasi Alat Ukur Radiasi Surveymeter 15


(8)

2.4 Faktor Yang Mempengaruhi Kualitas Gambar 17 2.5Kendali Mutu Pesawat Sinar-X Radiografi Umum 17 2.5.1 Pengujian Kendali Mutu Pesawat sinar-X Radiografi Umum 18 2.5.2 Metode Uji Kesesuaian Pesawat Sinar-X Radiografi Umum 19

Bab 3 Metode Penelitian 24

3.1 Jenis Penelitian 24

3.2 Prosedur Penggunaan pesawat sinar-X radiografi umum. 26 3.3 Langkah-langkah pengambilan data Pengukuran 27

Bab 4 Hasil Dan Pembahasan 30

4.1 Analisis Data Pengukuran 30

4.1.1 Hasil pengukuran akurasi tegangan kerja 30 4.1.2 Hasil pengukuran akurasi waktu eksposi 33 4.1.3 Hasil Pengujian akurasi keluaran radiasi dengan variasi arus 36 4.2 Pembahasan batas toleransi penyinaran 38

Bab 5 Kesimpulan dan Saran 38

5.1 Kesimpulan 38

5.2 Saran 38

Daftar Pustaka 39


(9)

DAFTAR GAMBAR

Halaman

Gambar 2.1 Efek foto listrik 12

Gambar 2.2 Penghamburan compton suatu tumbukan lenting sempurna

antara sebuah foton dan sebuah elektron 13

Gambar 2.3 Efek produksi pasangan 14

Gambar 3.1 Pesawat Sinar-X Radiografi Umum 24 Gambar 3.2 Detektor Elektro meter keluaran tegangan kerja, keluaran arus

dan kualitas sinar-X 25

Gambar 3.3 Monitor Pembacaan Alat Detektor 25 Gambar 3.4 Papan kontrol pada pesawat sinar - X 26 Gambar 3.5 Kontrol table pesawat sinar - X 27 Gambar 3.6 Peneliti sedang meletakan detektor 28 Gambar 3.7 Peneliti sedang melakukan penyetingan dikontrol panel 28

Gambar 3.8 Hasil pembacaan alat ukur 29

Gambar 4.1 Grafik tegangan kerja 60 kV waktu penyinaran 0.057 detik, dan 200 mA yang diukur oleh piranha. 31 Gambar 4.2 Grafik tegangan kerja 70 kV waktu penyinaran 0.057 detik, dan

200 mA yang diukur oleh piranha. 31 Gambar 4.3 Grafik tegangan kerja 80 kV waktu penyinaran 0.057 detik, dan

200 mA yang diukur oleh piranha. 32 Gambar 4.4 Grafik tegangan kerja 90 kV waktu penyinaran 0.057 detik, dan

200 mA yang diukur oleh piranha. 32 Gambar 4.5 Grafik tegangan kerja 100 kV waktu penyinaran 0.057 detik, dan

200 mA yang diukur oleh piranha. 33 Gambar 4.6 Grafik lama waktu penyinaran 0,016 second yang dipilih pada

tegangan kerja 70 kV dan 200 mA diukur oleh piranha. 34 Gambar 4.7 Grafik lama waktu penyinaran 0,016 second yang dipilih pada

tegangan kerja 70 kV dan 200 mA diukur oleh piranha. 34 Gambar 4.8 Grafik lama waktu penyinaran 0,028 second yang dipilih pada

tegangan kerja 70 kV dan 200 mA diukur oleh piranha. 35 Gambar 4.9 Grafik lama waktu penyinaran 0,032 second yang dipilih pada

tegangan kerja 70 kV dan 200 mA diukur oleh piranha. 35 Gambar 4.10 Grafik lama waktu penyinaran 0,12 second yang dipilih pada


(10)

tegangan kerja 70 kV dan 200 mA diukur oleh piranha. 36

Gambar 4.11 Grafik kuat arus radiasi 100 mA,70 kV, 0,12 Sec keluaran

yang diukur oleh piranha 37

Gambar 4.12 Grafik kuat arus radiasi 200 mA,70 kV, 0,12 Sec keluaran


(11)

DAFTAR TABEL

Halaman

Tabel 4.1 Tegangan kerja yang dipilih pada panel dan tegangan kerja yang

dihasilkan yang diukur oleh barracuda. 30 Tabel 4.2 second yang dipilih pada panel dantegangan kerja yang dihasilkan

yang diukur oleh piranha 33

Tabel 4.3 kuat arus radiasi yang dipilih pada kontrol panel dan kuat arus


(12)

ABSTRACT

In the present study to study, among other aircraft performance How X-ray radiography in the Installation General Hospital radiology Langsa.Apakah plane X-ray radiography in the Installation General Hospital radiology Langsa already operating according to the technical specifications of the Indonesian National Standard (pp. NO. 33 Years , 2007). Analysis of Aircraft Measurements Lenieritas Exodus In the X-ray radiography in the General Hospital in Langsa.Parameter the linearity test is the working voltage (kV), along irradiation time (sec) and strong currents (mA). Performance of the aircraft general radiographic X-ray Toshiba Brand aircraft type: DXB-0324CS-A No.Seri: 745 040 Tube voltage: 125 kVTube current: 500 mAWaktu Ekpose: 5 sec of installation: 2004 in General Hospital installation Langsa, Aceh: show baseline data according to three parameters that were tested from April


(13)

ABSTRAK

Penelitian ini membahas tentang bagaimana kinerja Pesawat Sinar-X Radiografi Umum di Instalasi radiologi RSUD Langsa. Apakah pesawat sinar-X radiografi umum di instalasi radiologi RSUD Langsa sudah beroperasi menurut spesifikasi teknis Standar Nasional Indonesia (PP. NO. 33 Tahun 2007). Dari analisis pengukuran lenieritas keluaran pada pesawat sinar –X radiografi umum di RSUD Langsa, peneliti melakukan pengujian linieritas tegangan kerja (kV), lama waktu penyinaran (sec) dan kuat arus (mA). Setelah dilakukan kenelitian kinerja pesawat sinar-X radiografi umum Merek pesawat Toshiba Tipe: DXB-0324CS-A No.Seri: 745040 Tube voltage : 125 kV Tube current: 500 mAWaktu Ekpose: 5 sec Tahun pemasangan: 2004 di Instalasi Rumah Sakit Umum Kota Langsa yang dilaksanakan dari bulan April sampai dengan Juni 2012 menunjukkan baseline data yang semuanya memenuhi batas toleransi dari tiga parameter yang diuji.


(14)

BAB I

PENDAHULUAN

1.1 Latar Belakang

Wilhelm Conrad Roentgen seorang ahli fisika berkebangsaan Jerman, pertama kali menemukan sinar-X pada tahun 1895 sewaktu melakukan eksperimen dengan sinar katoda. Saat itu ia melihat timbulnya sinar fluoresensi yang berasal dari kristal barium platinosianida dalam tabung Crookes-Hittorf yang dialiri listrik. Ia segera menyadari bahwa fenomena ini merupakan suatu penemuan baru sehingga dengan gigih ia terus menerus melanjutkan penyelidikannya dalam minggu-minggu berikutnya. Tidak lama kemudian ditemukanlah sinar yang disebutnya sinar baru atau sinar-X. Baru dikemudian hari orang menamakan sinar tersebut sinar Roentgen sebagai penghormatan kepada Wilhelm Conrad Roentgen. Penemuan Roentgen ini merupakan suatu revolusi dalam dunia kedokteran karena ternyata dengan hasil penemuan itu dapat diperiksa bagian-bagian tubuh manusia yang sebelumnya tidak pernah dapat dicapai dengan cara-cara pemeriksaan konvensional.

Perkembangan ilmu pengetahuan teknologi bidang Radiologi berkembang begitu pesat, dengan dikembangkannya teknologi imajing yang terbukti sangat membantu mendiagnosa berbagai macam penyakit, khususnya radiodiagnostik. Di Indonesia, pemanfaatan radiasi untuk bidang kesehatan khususnya di bidang diagnostik, menjadi semakin luas dan penting. Berbagai jenis peralatan sinar-X diagnostik seperti pesawat sinar-X radiografi umum telah dimanfaatkan di berbagai Rumah sakit - rumah sakit besar, Klinik dan Puskesmas. Dengan dasar ini maka perlu dilakukan program kendali mutu (kontrol kualitas) pesawat rontgen untuk pemeliharaan dari mutu gambaran optimal. Tujuan dari program kendali mutu adalah untuk menjamin peralatan yang dipergunakan menghasilkan kualitas gambar yang baik dengan dosis radiasi yang diterima pasien seminimal mungkin.


(15)

Defenisi program kendali mutu dalam radiologi diagnostik berdasarkan organisasi kesehatan dunia (Wealth Health Organization, WHO) adalah suatu usaha yang tertata dengan baik oleh staf untuk memastikan gambar diagnostik yang dihasilkan memiliki kualitas tinggi sehingga dapat memberikan informasi diagnostik yang memadai secara konsiten, yang didapat dengan biaya dan paparan radiasi pasien seminimal mungkin. Pada saat pemeriksaan menggunakan sinar-X radiografi umum dosis radiasi yang diterima pasien cukup tinggi, sehingga mempunyai potensi untuk menimbulkan efek biologi tertentu walaupun pemanfaatan tersebut menggunakan azas justifikasi dan hubungan antara dosis radiasi dengan probabilitas resiko yang ditimbulkan pada kisaran dosis radiasi tersebut masih sulit untuk dievaluasi. Pada kongres Internasional Radiologi di Kopenhagen tahun 1953 dibentuk The International Committe on Radiation Protection, (ICRP) yang menetapkan peraturan-peraturan lengkap untuk proteksi radiasi sehingga diharapkan selama seseorang mengindahkan semua petunjuk tersebut maka, tidak perlu khwatir akan bahaya sinar-X.

Proteksi radiasi adalah suatu cabang ilmu pengetahuan yang berkaitan dengan upaya perlindungan yang perlu diberikan kepada seseorang atau sekelompok orang terhadap kemungkinan munculnya akibat negatif dari sumber radiasi pengion. Efek negatif dari radiasi pengion dikenal sebagai efek somatik apabila diderita oleh orang yang terkena radiasi dan disebut efek genetik apabila dialami oleh keturunannya. Waktu yang dibutuhkan sampai terlihatnya gejala efek somatik sangat bervariasi sehingga dapat dibedakan atas efek segera (accute effect) dan efek tertunda (late effect). Efek segera adalah kerusakan yang secara klinik sudah dapat teramati pada individu dalam waktu singkat setelah pemaparan seperti, epilasi (rontoknya rambut), eritema (memerahnya kulit), sterilitas dan sindroma radiasi akut. Sedangkan efek tertunda merupakan efek radiasi yang baru timbul setelah waktu yang lama setelah terkena paparan radiasi, seperti katarak dan kanker. Di Indonesia dikeluarkan Peraturan Pemerintah No.11 tahun 1975 tentang keselamatan kerja terhadap radiasi dan yang dilaksanakan lebih terinci dengan Surat Keputusan Direktur Jenderal BAPETEN No.01/Ka-BAPETEN/V-1999 yaitu tentang Ketentuan Keselamatan Kerja terhadap radiasi. Peraturan pemerintah ini masih berlaku berdasarkan pasal 45 UU No.10 tahun 1997 adapun isi dari


(16)

Peraturan Pemerintah No.11 tahun 1975 antara lain adalah Pengertian yang digunakan dalam hal keselamatan radiasi Nilai Batas yang diizinkan, Petugas dan Ahli Proteksi Radiasi, Kesehatan, Ketentuan Kerja dengan zat radioaktif dan atau sumber radiasi lainnya, pembagian daerah kerja dan pengurusan sampah-sampah radioaktif, kecelakaan dan ketentuan pidana. Nilai Batas Dosis yang ditetapkan dalam Surat Keputusan BAPETEN No.01/Ka-BAPETEN/V-99 adalah penerimaan dosis yang tidak boleh dilampaui oleh seorang pekerja radiasi dan anggota masyarakat selama jangka waktu 1 (satu) tahun, tidak bergantung pada laju dosis, baik dari penyinaran eksterna maupun interna. Nilai Batas Dosis bukan batas tertinggi yang apabila dilampaui seseorang akan mengalami akibat merugikan yang nyata. Meskipun demikian, setiap penyinaran yang tidak perlu harus dihindarkan dan penerimaan dosis harus diusahakan serendah-rendahnya. Menurut Keputusan Kepala BAPETEN No.01/Ka-BAPETEN/V-99 Nilai Batas Dosis ditetapkan sebagai berikut Nilai Batas Dosis untuk pekerja radiasi atas penyinaran seluruh tubuh adalah 50 mSv (5000 mRem) / tahun atau 416,67 mRem / bulan.

Uji linieritas keluaran pesawat sinar-X, mengacu pada metode pengujian di Australia Barat (Radiological Council of Western Australia, Diagnostik X-Ray Equipment Compliance Testing). Uji kesesuaian (compliance testing) adalah uji untuk memastikan bahwa pesawat sinar-X memenuhi persyaratan keselamatan radiasi dan memberikan informasi diagnosis atau pelaksanaan radiologi intervensional yang tepat dan akurat. Uji kesesuaian merupakan dasar dari suatu program jaminan mutu radiologi diagnostik yang mencakup sebagian uji program jaminan mutu, khususnya parameter yang menyangkut keselamatan radiasi. Setiap uji kesesuaian pesawat sinar-X menggunakan peralatan yang tepat untuk setiap pemeriksaan. Peralatan itu sendiri harus memiliki program pemeliharaan dan jaminan mutu. Prosedur pengukuran dan kondisi penyinaran harus sesuai dengan parameter uji kesesuaian. Pengukuran uji kesesuaian diharapkan memberikan estimasi terbaik terhadap parameter uji kesesuaian. Namun setiap pengukuran pasti memiliki ketidakpastian, bergantung pada teknik pengukuran dan peralatan yang digunakan. Oleh karena itu batas toleransi untuk parameter uji lenieritas keluaran harus dimasukkan ke dalam ketidakpastian pengukuran. Instalasi Radiologi RSUD Langsa menggunakan pesawat Sinar-X Radiografi Umum dan belum pernah


(17)

dilakukan penerapan uji Lenieritas Keluaran pada pesawat sinar-X radiografi umum.

1.2 Perumusan Masalah

Dalam penelitian ini memiliki rumusan masalah yang akan dilakukan pengujian, untuk mengetahui bagaimana kinerja Pesawat Sinar-X Radiografi Umum di Instalasi radiologi RSUD Langsa, apakah sudah beroperasi menurut spesifikasi teknis Standar Nasional Indonesia (PP. NO. 33 Tahun 2007).

1.3 Pembatasan Masalah

Adapun batasan masalah dalam penelitian ini adalah :

1. Analisis Pengukuran Linieritas Keluaran Pada Pesawat sinar –X Radiografi Umum di RSUD Langsa.

2. Parameter yang akan di uji adalah linieritas kiloVolt (kV), second (sec) dan Arus (mA).

1.4 Tujuan Penelitian

Penelitian yang akan dilaksanakan memilki tujuan sebagai berikut :

1. Sebagai patokan dasar data kendali mutu pada Pesawat Sinar-X Radiografi umum di Instalasi radiologi RSUD Langsa.

2. Untuk mengetahui nilai standar pesawat sinar-X radiografi umum di Instalasi radiologi RSUD Langsa.

3. Untuk mengetahui apakah nilai standar pesawat sinar-X radiografi umum di Instalasi radiologi RSUD Langsa sudah beroperasi menurut spesifikasi Standar Nasional Indonesia (PP. NO. 33 Tahun 2007).


(18)

1.5 Manfaat Penelitian

Penelitian yang akan dilaksanakan memiliki manfaat, antara lain :

1. Memberi informasi data kendali mutu pada Pesawat Sinar-X Radiografi umum di Instalasi radiologi RSUD Langsa.

2. Sebagai bahan masukan untuk instalasi Radiologi RSUD Langsa.

1.6 Tempat / Lokasi Penelitian

Penelitian dilaksanakan di instalasi Radiologi RSUD Langsa, provinsi NAD.

1.7 Sistematika Penulisan

Untuk penulisan Skripsi ini lebih sistematika, penulis menyusunnya menjadi beberapa Bab, yaitu :

Bab I : Pendahuluan

Dalam bab ini berisi uraian tentang Latar Belakang Masalah, Tujuan Penelitian, Batasan Masalah, Lokasi Penelitian dan Sistematika Penulisan.

Bab II : Landasan Teori

Bab ini berisi tentang Tinjaun Pustaka yang menguraikan teori-teori yang mendukung dalam penelitian ini.

Bab III : Rancangan Sistem

Bab ini membahas tentang peralatan, prosedur penelitian dan tata cara Pengukuran Lenieritas Keluaran pada pesawat sinar-X Radiografi Umum di RSUD Langsa.


(19)

Bab IV : Hasil Dan Pembahasan

Bab ini Menguraikan hasil eksperimen dan pembahasan yang mencakup hasil kerja alat dan analisisnya.

Bab V : Kesimpulan Dan Saran

Bab ini merupakan penutup, berisikan tentang kesimpulan yang diperoleh dari penelitian serta memberi


(20)

BAB II

LANDASAN TEORI

2.1 Pengertian Sinar-X

Sinar-X adalah pancaran gelombang elektromagnetik yang sejenis dengan gelombang radio, cahaya tampak (visible light) dan sinar ultraviolet, tetapi dengan panjang gelombang yang sangat pendek yaitu hanya 1/10.000 panjang gelombang cahaya yang kelihatan. Karena panjang gelombangnya yang pendek, maka sinar-X dapat menembus bahan yang tidak tertembus sinar yang terlihat (M. Akhadi, 2001).

2.1.1 Proses Terjadinya Sinar-X dari Tabung Roentgen

Katoda (filamen) dipanaskan sampai menyala dengan mengalirkan listrik yang berasal dari transformator sehingga elektron-elektron dari katoda (filamen) terlepas. Sewaktu dihubungkan dengan transformator tegangan tinggi, elektron-elektron akan dipercepat gerakannya menuju anoda dan dipusatkan ke alat pemusat (focusing cup). Filamen dibuat relatif negatif terhadap sasaran (target) dengan memilih potensial tinggi, awan-awan elektron mendadak dihentikan pada sasaran (target) sehingga terbentuk panas (>99%) dan sinar-X (<1%). Pelindung (perisai) timah akan mencegah keluarnya sinar-X dari tabung, sehingga sinar-X yang terbentuk hanya dapat keluar melalui jendela. Panas yang tinggi pada sasaran (target) akibat benturan elektron ditiadakan oleh radiator pendingin. Jumlah sinar-X yang dilepaskan setiap satuan waktu dapat dilihat pada alat pengukur miliampere (mA), sedangkan jangka waktu pemotretan dikendalikan oleh alat pengukur waktu. Untuk dapat menghasilkan sinax-X maka diperlukan bagian-bagian tabung sinar-X dan faktor pendukung dalam proses pembangkitan seperti tersebut di bawah ini:


(21)

1. Sumber elektron (filamen).

Sumber elektron adalah kawat pijar atau filamen (katoda) di dalam tabung sinar-X Pemanasan filamen dilakukan dengan suatu transformator khusus (Arif Jauhari, 2008).

2. Anoda.

Anoda terbuat dari tembaga sering kali berbentuk pejal dan mempunyai radiator di luar tabung yang membuat pendingin. Tabung sinar-X yang tinggi, mempunyai anoda yang cukup dan didinginkan oleh oli atau air yang mengalir melalui tabung tersebut (Arif Jauhari, 2008).

3. Katoda.

Katoda adalah sumber elektron dan terdiri dari filamen tungsten yang dipanaskan oleh arus listrik sampai memijar dan mengeluarkan elektron. Untuk mencapai target elektron, dipercepat dengan cara memberikan beda potensial yang tinggi antara anoda dan katoda.

4. Alat pemusat berkas elektron

Alat pemusat berkas elektron merupakan suatu lensa elektronik yang menyebabkan elektron-elektron tidak berpencar, tetapi diarahkan semua ke bidang fokus, dapat menimbulkan sinar-X di tempat lain atau memberi muatan listrik pada dinding bagian dalam dari kaca tabung sinar-X (Arif Jauhari, 2008).

5. Target.

Target merupakan bagian dari anoda yang terbuat dari bahan yang mempunyai Z (nomor atom) tinggi agar efisiensi produksi sinar-X sebaik mungkin. Walaupun efisiensinya tinggi, kurang dari 1% energi elektron berubah menjadi sinar-X. Selebihnya berubah menjadi panas sehingga target harus mempunyai titik lebur yang tinggi juga harus dapat menghilangkan panas. Ini diperoleh dengan membuat anoda dari tembaga yang membuat konduktivitas panas tinggi, dengan sebuah target terbuat dari tungsten yang ditempelkan berhadapan dengan katoda.

6. Tabung pembungkus.

Kaca yang digunakan untuk membungkus adalah kaca yang keras dan tahan panas seperti pada anoda tetap, perlu diperhatikan bahwa ruang hampa udara harus mendekati sempurna. Tabung kaca ini biasanya terbuat dari


(22)

kaca pyrex agar mampu menahan panas generator yang tinggi dan mampu memelihara isi bagian dari tabung hampa udara. Tabung ini memungkinkan produksi sinar-X yang lebih efisien dan daya tahan yang lebih lama (M. Akhadi, 2001).

7. Perisai tabung.

Perisai tabung terbuat dari bahan yang berupa lempengan timah yang tahan terhadap sinar-X dan tahan terhadap goncangan. Perisai seharusnya diberi isolasi listrik, hal ini biasanya dapat diperoleh dengan memasukkan minyak ke dalamnya. Jalan keluarnya pancaran sinar-X pada perisai tabung seharusnya sesuai dengan ukuran dan diberikan proteksi timbal yang serupa agar sinar guna yang mengenai daerah yang dibatasi ini tidak lebih dari dosis maksimal yang diperlukan (M. Akhadi, 2001).

8. Rumah tabung.

Tabung sinar-X selalu dipasang di dalam sebuah kotak timbal yang dirancang untuk mencegah bahaya serius yang sering terjadi pada masa awal radiologi yaitu adanya radiasi karena eksposi yang berlebihan dan sengatan listrik. Terjadinya kebocoran radiasi disebabkan karena adanya sinar-X yang menembus dinding perisai tabung. Radiasi ini tidak berperan dalam menghasilkan informasi diagnostik dan menghasilkan sinar-X yang tidak berguna bagi pasien (Krane, 2008).

9. Filter.

Aluminium dan tembaga merupakan bahan yang biasanya digunakan dalam radiologi diagnostik. Aluminiun dengan nomor atom 13 (tiga belas) merupakan bahan filter yang baik sekali untuk radiasi energi rendah juga baik untuk bahan filter dengan tujuan umum. Tembaga dengan nomor atom 29 (dua puluh sembilan) lebih baik untuk radiasi energi tinggi. Hal yang sulit dilakukan jika menukar filter pada setiap pemeriksan, yaitu jika lupa menukar filter. Untuk praktisnya, banyak ahli radiologi paling suka menggunakan bahan filter tunggal, biasanya aluminium. Tembaga sering digunakan sebagai suatu bahan campuran filter kombinasi dengan aluminium dan tidak digunakan sebagai filter tunggal


(23)

10. Pembatas sinar.

Pembatas sinar-X adalah suatu alat yang dilekatkan untuk membuka rumah tabung sinar-X guna mengatur ukuran dan bentuk sinar-X, misalnya kolimator. Kolimator terdiri dari tiga pasang shutter yaitu shutter terdepan, shutter tengah, dan shutter dalam. Shutter terdepan digunakan untuk mengatur lapangan sinar-X. Saat shutter terdalam mengeluarkan radiasi yang menyebar maka shutter tengah dari pipa pencegah berguna untuk menghentikan radiasi hambur. Alat pembatas sinar-X ini terdiri dari dua pasang shutter yang sama setiap pasang dan dapat digerakkan secara bersama-sama, sehingga antara kedua pasang shutter tersebut dapat difungsikan untuk mengurangi timbulnya penumbra. Dua shutter ini dapat digunakan sebagai sistem dia fragma yang dapat diatur sesuai dengan ukuran luas lapangan yang diinginkan dan biasanya dilengkapi dengan sistem cahaya tampak sedemikian rupa sehingga ukuran berkas sinar-X pada pasien kelihatan seperti sinar tampak.

Adapun bagian daripada kolimator adalah: - Lampu.

Lampu pada kolimator berperan memberikan petunjuk dalam menentukan luas lapangan penyinaran sinar-X sesuai dengan yang dibutuhkan. Lampu tersebut berada di dalam kotak kolimator. Ketika tombol lampu ditekan, maka garis persilangan di dalam lapangan cahaya menunjukkan pusat dari lapangan penyinaran. Berkas cahaya lampu yang keluar dari kotak kolimator tersebut menunjukkan ukuran lapangan penyinaran yang terkena radiasi primer.

- Cermin.

Pada kotak kolimator terdapat cermin yang dilekatkan di bawah sumber sinar-X dan membentuk sudut 45o terhadap berkas sinar-X. Cermin yang dilekatkan tersebut, ditempatkan sedemikian rupa sehingga berkas cahaya dari bola lampu searah dan berjarak sama dengan berkas sinar-X. cermin tersebut berguna untuk memantulkan cahaya lampu dalam kotak kolimator, sehingga menunjukkan ukuran sinar-X yang diperlukan dan tergambar pada lapangan penyinaran. Jarak lampu menuju cermin harus sama dengan jarak focus menuju cermin .


(24)

2.1.2 Sifat Fisik Sinar-X

Adapun sifat-sifat fisik sinar-X adalah

1. Daya Tembus.

Sinar-X dapat menembus bahan, dengan daya tembus sangat besar dan digunakan dalam radiografi. Makin tinggi tegangan tabung (besarnya KV) yang digunakan, makin besar daya tembusnya.

2. Pertebaran.

Apabila berkas sinar-X melalui suatu bahan atau suatu zat, maka berkas tersebut akan bertebaran ke segala jurusan, menimbulkan radiasi sekunder (radiasi hambur) pada bahan/zat yang dilaluinya.

3. Penyerapan.

Sinar-x dalam radiografi diserap oleh bahan/zat sesuai dengan berat atom atau kepadatan bahan/zat tersebut. Makin tinggi kepadatannya atau berat atomnya, makin besar penyerapannya.

4. Efek Fotografik.

Sinar-X dapat menghitamkan emulsi film (emulsi perak-bromida) setelah diproses secara kimiawi (dibangkitkan) di kamar gelap.

5. Pendar Fluor (Fluoresensi).

Sinar-X menyebabkan bahan-bahan tertentu seperti kalsium-tungstat atau zink-sulfid memendarkan cahaya (luminisensi), bila bahan tersebut dikenai radiasi sinar-X (Arif Jauhari, 2008).

2.1.3 Interaksi Sinar-X dengan Materi

Interaksi sinar-X dengan materi mengakibatkan kehilangan energi dari sinar-X pada saat melewati materi (zat) terjadi karena tiga proses utama, yaitu:

• Efek fotolistrik

• Efek Compton

• Efek produksi pasangan

Efek fotolistrik dan Efek Compton timbul karena interaksi antara sinar-X dengan elektron-elektron dalam atom dari materi (zat) itu, sedang efek


(25)

produksi pasangan timbul karena interaksi dengan medan listrik inti atom (Arif Jauhari, 2008).

Apabila I0 adalah intensitas sinar-X yang datang pada suatu permukaan materi (zat) dan Ix adalah intensitas sinar-X yang berhasil menembus lapisan setebal x materi tersebut maka akan terjadi pengurangan intensitas. Hubungan antara I0 dengan Ix adalah sebagai berikut:

Ix = I0 emx

( 2.1 )

m disebut koefisien absorbsi linier.

Oleh karena m tidak memiliki satuan, maka jika x dinyatakan dalam cm

haruslah m dinyatakan dalam 1/cm (cm-1). Seringkali lebih disukai untuk menggantikan x dengan (rx) dan dinyatakan dalam gram/cm2 yaitu yang menyatakan massa dari lapisan tebal x dengan penampang 1 cm2. Sedangkan m digantikan menjadi (m /r) dinyatakan dalam cm2/gram, disebut koefisien absorpsi massa.

Efek foto listrik.

Pada efek foto listrik energi foton diserap oleh atom, yaitu oleh elektron, sehingga elektron tersebut dilepaskan dari ikatannya dengan atom. Elektron yang dilepaskan oleh efek foto listrik disebut foto elektron. Proses efek foto listrik terutama terjadi pada foton yang berenergi rendah yaitu antara energi 0, 01 MeV hingga 0, 5 MeV bila energinya kecil.


(26)

Hamburan Compton

Penghamburan compton merupakan suatu tumbukan lenting sempurna antara sebuah foton dan sebuah elektron bebas. Dimana foton berinteraksi dengan elektron yang dianggap bebas (tenaga ikat elektron lebih kecil dari energi foton datang), seperti yang ditunjukkan pada gambar di bawah ini:

Gambar 2.2 Penghamburan compton: suatu tumbukan lenting sempurna antara sebuah foton dan sebuah elektron.

Dalam suatu tumbukan antara sebuah foton dan elektron bebas maka tidak mungkin semua energi foton dapat dipindahkan ke elektron jika momentum dan energi dibuat kekal. Hal ini dapat diperlihatkan dengan berasumsi bahwa reaksi semakin dimungkinkan. Jika hal itu memang benar, maka menurut hukum kekekalan semua energi foton diberikan kepada elektron .

Efek Produksi Pasangan

Proses produksi pasangan hanya terjadi bila energi datang lebih dari 1.02 MeV. Apabila foton semacam ini mengenai inti atom berat, foton tersebut lenyap dan sebagai gantinya timbul sepasang elektron-elektron. Positron adalah partikel yang massanya sama dengan elektron-elektron bermuatan listrik positif yang besarnya juga sama dengan muatan elektron. Proses ini memenuhi hukum kekekalan energi:

hv1 = (2 m0 c2) + (K+) + (K-) ( 2.2 )

K+ = Energi Kinetik positron


(27)

Oleh karena proses ini hanya bisa berlangsung bilamana energi foton datang minimal (2 m0c2) (1.02 MeV) m0 adalah massa diam elektron dan

c adalah kecepatan cahaya.

Gambar 2.3 Efek produksi pasangan.

2.2 Besaran dan Satuan Radiasi

Radiasi mempunyai satuan atau ukuran untuk menunjukkan besarnya paparan atau pancaran radiasi dari suatu sumber radiasi, maupun banyaknya dosis radiasi yang diberikan atau diterima oleh suatu medium yang terkena radiasi. Satuan radiasi ada beberapa macam tergantung pada kriteria penggunaannya yaitu:

2.2.1 Satuan untuk paparan radiasi.

Paparan radiasi adalah kemampuan sinar-X untuk menimbulkan ionisasi di udara dan digunakan untuk mendeskripsikan sifat emisi sinar-X dari sebuah sumber radiasi. Satuan ini mendeskripsikan keluaran radiasi dari sebuah sumber radiasi namun tidak mendeskripsikan energi yang diberikan pada sebuah objek yang disinari. Satuannya adalah Roentgen atau R

1 Roentgen (R) = 2.58 x 10-4Coulomb/kg udara 1 Roentgen (R) = 1.610 x 1012 pasangan ion/gr udara


(28)

2.2.2 Satuan Kecepatan Pemaparan (Exposure Rate)

Kecepatan pemaparan (ER) adalah besar pemaparan per satuan waktu. Satuannya adalah R/jam atau mR/jam;

1 mR = 10-3R.

2.2.3 Satuan untuk Dosis serap

Dosis serap (D) ialah perbandingan energi yang diberikan oleh radiasi pengion (E) kepada materi dalam elemen volume yang mempunyai massa (m). Satuan ini menggambarkan jumlah radiasi yang diterima oleh pasien. Satuannya adalah Roentgen Absorbed Dose (rad) dan gray (Gy).

1 Gy = 1J/kg = 100 rad

2.3 Dosimetri

Dosimetri radiasi dapat diartikan sebagai ilmu yang mempelajari besaran dan satuan dosis radiasi, sedang pengertian dosis adalah kuantisasi dari proses yang ditinjau sebgai akibat radiasi mengenai materi (Dwi Seno, 2008).

Besaran radiasi untuk pertana kali diperkenalkan adalah penyinaran (terjemahan dari istilah exposure) dengan simbol X, yang pada Kongres Radiologi pada tahun 1928 didefenisikan sebagai kemampuan radiasi sinar-X atau gamma untuk menimbulkan ionisasi di udara. Satuannya adalah roentgen atau R, di mana 1R adalah besarnya penyinaran yang dapat menyebabkan terbentuknya muatan listrik sebesar 1 esu (electro-static-unit) pada suatu elemen volume udara sebesar 1cc, pada kondisi temperatur dan tekanan normal (Dwi Seno, 2008).

Apabila radiasi mengenai bahan, maka akan terjadi penyerapan energi di dalam bahan tersebut melalui berbagai macam proses/interaksi. Dosis serap (D) didefenisikan sebagai energi rata-rata yang diserap bahan per satuan massa bahan


(29)

tersebut. Satuan yang digunakan sebelumnya adalah rad yang didefenisikan sebagai:

1 rad = 100 erg/g

Satuan baru yaitu gray (Gy) di mana: 1 gray (Gy) = 1 joule/kg

Dengan demikian dapat diperoleh hubungan: 1 gray (Gy) = 100 rad

Besaran dosis serap ini berlaku untuk semua jenis radiasi dan semua jenis bahan yang dikenainya, namun bila menyangkut akibat penyinaran terhadap mahluk hidup, maka informasi yang diperoleh tidak cukup. Jadi diperlukan besaran lain yang sekaligus memperhitungkan efek radiasi untuk jenis radiasi yang berbeda.

Dosis serap yang sama tetapi berasal dari jenis radiasi yang berbeda ternyata memberikan akibat/efek yang berbeda pada sistem tubuh mahluk hidup. Pengaruh interaksi yang terjadi sepanjang lintasan radiasi di dalam jaringan tubuh yang terkena radiasi terutama berasal dari besaran proses yang disebut sebagai alih energi linier. Yang paling berperan dalam hal ini adalah peristiwa ionisasi yang terjadi sepanjang lintasan radiasi di dalam materi yang dilaluinya. Dengan demikian, jenis radiasi yang memiliki daya ionisasi besar akan dapat menyebabkan akibat/kerusakan biologik yang besar pula. Besaran yang merupakan kuantisasi dari sifat tersebut dinamakan faktor kualitas (Q), maka dosis serap (H) yang disebut dosis ekivalen, yaitu perkalian antara dosis serap dan faktor kualitas radiasi Q atau faktor bobot radiasi Wr atau radiation weighting factor dapat ditulis :

H = D . Q . N ( 2.3 )

N merupakan suatu faktor modifikasi, misalnya pengaruh laju dosis, distribusi zat radioaktif dalam tubuh, dan sebagainya. Untuk keperluan Proteksi Radiasi: faktor N tersebut selalu dianggap N = 1


(30)

Satuan dosis ekivalen adalah rem, yang dalam falsafah baru – menurut Publikasi ICRP No.26 Tahun 1977, diganti menjadi sievert (Sv), dimana:

1 sievert (Sv) = 100 rem

Satuan sievert (Sv), menggantikan satuan lama rem (rontgen equivalent man).

2.4 Faktor Yang Mempengaruhi Kualitas Gambar

Pada Pesawat sinar-X radiografi umum dikenal beberapa faktor yang mempengaruhi kualitas gambar. Adapun faktor yang mempengaruhi kualitas gambar tersebut antara lain, faktor eksposi, kolimasi, faktor assesoris (perlengkapan untuk pemotretan, yaitu: film, kaset), faktor pencucian film dan faktor objek. Faktor eksposi adalah faktor-faktor yang meliputi tegangan tabung, arus tabung dan waktu eksposi. Tegangan tabung (kilo Voltage, kV) yaitu beda potensial antara tabung katoda dan anoda. Semakin tinggi awan elektron yang dihasilkan maka akan semakin kuat menembus anoda sehingga daya tembus yang dihasilkan akan semakin besar. Arus tabung (milli Ampere, mA) yaitu kuat lemahnya arus yang dihasilkan sinar-X, apabila arus tabung besar maka elektron yang dihasilkan akan semakin besar. Waktu (time, detik) yaitu lamanya waktu eksposi, sangat berpengaruh terhadap jumlah elektron, milli Ampere Second berpengaruh terhadap jumlah elektron dan kuantitas sinar-X.

2.5 Kendali Mutu Pesawat Sinar-X Radiografi Umum

Kendali Mutu dapat diartikan sebagai program berkala untuk menguji kinerja pesawat sinar-X radiografi umum dan membandingkan dengan standar yang ada. Kendali mutu merupakan bagian dari program jaminan mutu yang berhubungan dengan teknik yang digunakan dalam monitoring dan pemeliharaan dari unsur- unsur teknis dari sistem. Menguji kinerja sistem adalah hal penting untuk memelihara mutu gambaran yang optimal (BAPETEN, 2008). Kendali mutu mempengaruhi mutu gambaran. Oleh karena itu kendali mutu adalah bagian dari program jaminan mutu yang berhubungan dengan instrumentasi dan peralatan. Tujuan dari program pengendalian mutu adalah untuk memastikan bahwa peralatan imajing menghasilkan mutu gambaran terbaik dengan dosis penyinaran yang


(31)

diterima pasien seminimal mungkin. Sistem program jaminan mutu penting untuk memastikan kinerja sistem optimal dan mutu gambaran dengan jumlah dosis radiasi yang mengenai pasien seminimal mungkin. Jaminan mutu dirancang untuk menyediakan parameter-parameter kinerja tertentu untuk menentukan apakah spesifikasi suatu unit yang dipasang menyimpang dari spesifikasi awal dari pabrik setelah pemakaian. Suatu program jaminan mutu pesawat sinar-X radiografi umum diselenggarakan oleh tenaga yang berkualitas dari Fisikawan Medis dan Radiografer (BAPETEN, 2008).

2.5.1 Pengujian Kendali Mutu Pesawat sinar-X Radiografi Umum

Untuk melakukan pengujian kendali mutu pesawat sinar-X radiografi umum dilakukan beberapa pengujian yaitu:

Pengujian Penerimaan (Acceptance Testing).

Pengujian ini dilakukan setelah pemasangan alat pesawat sinar-X radiografi umum, dan mempunyai tujuan untuk memastikan bahwa peralatan yang dipasang sudah sesuai dengan spesifikasi pabrikan sebelum alat itu dipakai untuk pemeriksaan pasien.

Pengujian penerimaan ini terdiri dari pengukuran dosis radiasi dan kinerja elektro mekanik, kualitas gambar dan mengevaluasi sistem komponen. Hasilnya akan digunakan untuk mengidentifikasi sistem komponen yang memerlukan sedikit penyesuaian sedangkan bagian yang cacat harus diganti (Depkes RI, 2009).

Pengujian Rutin (Routine Testing).

Pengujian ini dilakukan setelah pemakaian selama periode tertentu. Untuk lebih konsisten di dalam pengukuran cara kerja dari alat pesawat sinar-X radiografi umum, maka penjual alat harus menyediakan alat untuk melaksanakan uji kendali mutu dengan beberapa parameter, variasi-variasi yang dapat diijinkan untuk parameter yang ditentukan, suatu metode untuk menyimpan dan merekam data jaminan mutu, dan informasi dosis dalam wujud suatu indeks dosis dari pesawat sinar-X.(Depkes RI, 2009).


(32)

2.5.2 Metode Uji Kesesuaian Pesawat Sinar-X Radiografi Umum

Untuk melakukan uji kesesuaian pesawat sinar-X radiografi umum memiliki metode uji kesesuaian yang harus dilakukan

 Registrasi pesawat sinar-X Radiografi Umum

Registrasi pesawat sinar-X Radiografi Umum meliputi : 1. Data Administratif.

Dapat dilakukan pencatatan data sebelum pesawat dioperasikan, berisi seluruh pemeriksaan dokumen perizinan atau permohonan izin. Bertujuan untuk memeriksa kecocokan identitas pemegang izin (penanggung jawab operasi) pada dokumen perizinan / permohonan izin dengan kenyataan di lapangan.

2. Data konfigurasi pesawat sinar-X.

Dapat dilakukan pencatatan data sebelum pesawat dioperasikan, berisi seluruh pemeriksaan konfigurasi (struktur komponen pesawat) dan kondisi umum pesawat termasuk pergerakan mekanik dari pesawat. Bertujuan juga untuk memeriksa kecocokan identitas pesawat (nomor seri dari pabrikan) pada dokumen dengan kenyataan di lapangan. Dapat diberi catatan bila ada kondisi atau cacat mekanik khusus yang berpotensi menggangu operasi pesawat (Depkes RI, 2009).

 Metode uji teknis.

Parameter uji kesesuaian pesawat sinar-X radiografi umum yaitu Pengukuran Lenieritas keluaran pesawat sianr-X radiografi umum. Telah diketahui bahwa sinar-X dihasilkan karena adanya tumbukan dari elektron-lektron yang dihasilkan oleh katoda yang mengarah pada anoda sehingga hasilnya adalah energi foton sinar-X yang jumlahnya hanya sekitar 1% dan sisanya berupa energi panas yang jumlahnya kurang lebih sampai dengan 99%. Sesuai dengan sifat fisika yang dimiliki maka foton sinar-X yang dipancarkan arahnya adalah menuju ke segala arah atau berbentuk bola. Selain itu foton sinar-X juga tidak dapat diidentifikasi dengan indra yang dimiliki manusia, karena spektrum panjang gelombangnya di luar rentang


(33)

spektrum sinar yang mampu terlihat oleh mata telanjang manusia, sehingga sangat tidak mungkin untuk mengetahui ada tidaknya sinar-X di lingkungan sekitarnya.

1. Keperluan pemeriksaan

Pemeriksaan radiologi khususnya radiodiagnostik hanya memerlukan sejumlah sinar-X untuk dapat menghasilkan gambaran radiografi. Karena luas permukaan tubuh yang menjadi objek pemeriksaan relatif tidak begitu luas, maka keluaran sinar-X perlu dibatasi. Karena sifat sinar-X yang tidak dapat di indra itulah maka dibutuhkan suatu alat bantu yang dapat menampilkan seolah-olah seperti luas sinar-X yang digunakan. Dalam hal ini proteksi radiasi memegang peranan penting dalam pembatasan luas lapangan sinar-X, karena harus melindungi organ-organ yang tidak diperiksa dari paparan radiasi. Untuk membatasi luas lapangan sinar-X yang akan digunakan maka pada tabung sinar-X diletakkan suatu alat yang disebut dengan kotak kolimator.

2. Fungsi kolimator

Dengan kolimator diharapkan sinar-X dapat digunakan secara efisien, artinya dapat diketahui dengan seksama berapa luas sebenarnya sinar-X yang akan dimanfaatkan untuk menghasilkan gambaran. Karena sinar-X itu tidak terlihat maka digunakan cahaya tampak yang diproyeksikan seperti arah dan luas sinar-X yang keluar dari tabung dan akan dimanfaatkan untuk pemeriksaan. Bila cahaya tampak yang terproyeksi keluar ukurannya 24 cm x 30 cm maka sinar-X yang keluar berukuran 24

cm x 30 cm juga.

3. Konstruksi Kolimator dan komponennya

Adapun kontruksi kolimator dan komponennya diantaranya: a. Pengatur bukaan dan skalaannya.

b. Tombol lampu kolimator.

c. Daun kolimator (arah kanan-kiri dan depan-belakang). d. Cermin kolimator yang bersudut 450.


(34)

4. Macam-macam kerusakan lampu kolimator

Ada beberapa macam kerusakan lampu kolimator diantaranya: a. Gerakan daun kolimator yang tidak simetris.

b. Macetnya daun kolimator di satu sisi. c. Berubahnya sudut cermin kolimator.

d. Tidak lenturnya kawat pengatur gerakan daun kolimator.

5. Pengaruh kolimator dalam pembuatan radiografi

Sesuai kebutuhan klinis maka diharapkan bahwa setiap radiograf yang dihasilkan hanya akan memuat gambaran anatomi dari organ yang diperiksa, tidak perlu menampakkan organ lainnya. Misalnya jika ingin membuat radiografi dada (thorax) maka hanya organ thorax saja yang tercakup dalam radiograf, tidak perlu menampakkan rongga perut (abdomen) dan daerah leher (cervical) karena hanya akan memberi beban dosis radiasi saja (Arif Jauhari, 2008).

Pengujian sistem kolimasi bertujuan untuk mengetahui tingkat kecerahan cahaya yang dihasilkan dari lampu kolimator. Cahaya kolimator perlu dilakukan karena target (arah dan luas) pengambilan gambar ditentukan oleh cahaya lampu kolimator. Kolimator yang kurang baik akan memungkinkan tersebarnya berkas sinar-X keluar dari berkas utama, sehingga menyebabkan kurang baiknya kualitas gambar.

Dalam praktek yang sering diabaikan adalah tingkat pencahayaan yang digunakan dalam perlengkapan pesawat sinar-X misalnya apabila cahaya matahari masuk ke dalam ruangan, berkas cahaya lampu kolimator menjadi tidak terlihat oleh mata, sehingga sulit memberikan petunjuk yang memuaskan mengenai luas berkas pada permukaan objek.

Ada kemungkinan lain mengenai berkas cahaya di bawah kondisi ini ialah suatu alat pengamat untuk pengaturan berkas yang memungkinkan terlihatnya gambar pasien yang dipantulkan melalui kolimator. Dengan alat semacam ini luas lapangan penyinaran dapat diatur sesuai dengan bagian tubuh yang akan disinari.


(35)

Generator adalah elemen dari sistem pembangkit sinar-X. Ketidak konsistenan produksi/keluaran sinar-X dari tabung sinar-X yang dibangkitkan suatu generator pembangkit, sangat dipengaruhi oleh parameter teknis. Besarnya keluaran sinar-X yang tidak konsisten akibat dari kinerja parameter teknis yang tidak baik, berpengaruh langsung terhadap variasi- variasi baik kualitas gambar, atau kuantitas sinar-X yang diproduksi dan dosis radiasi yang terjadi. Untuk itu sangatlah penting memonitor parameter-parameter tersebut khususnya tegangan kerja, kuat arus, waktu eksposi, kualitas radiasi, kedapatulangan dan kebocoran tabung sinar-X (Arif Jauhari, 2008).

Pengujian ketepatan keluaran tabung sinar-X bertujuan agar pesawat sinar-X dapat memproduksi sinar-X yang sesuai dengan faktor eksposi yang diatur pada panel pengontrol, serta dapat menghasilkan keluaran sinar-X yang berkualitas secara berkelanjutan sehingga diperoleh hasil radiograf yang terjaga kualitasnya, untuk itu sangat penting adanya kesesuaian antara panel pengontrol dengan keluaran tegangan tabung sinar-X. Dalam pengukuran keluaran tabung sinar-X, pengaturan nilai faktor eksposi sangat berpengaruh pada daya tembus, intensitas sinar-X yang diberikan dan dosis radiasi yang diterima oleh pasien. Selain itu faktor tegangan tabung, arus tabung dan waktu ekposi merupakan faktor dominan yang mempengaruhi kontras dan densitas pada film yang dihasilkan. Ketidaklinieran antara tegangan kerja yang diatur pada panel pengontrol dan besar energi penetrasi yang dihasilkan oleh tabung akan berpengaruh pada kontras dan densitas radiograf serta secara tidak langsung turut mempengaruhi dosis radiasi yang diterima oleh pasien. Arus tabung dan waktu penyinaran merupakan faktor yang saling terikat dalam menentukan intensitas sinar-X yang dipancarkan ke tubuh pasien yang akan ditangkap oleh film sehingga akan terbentuk gambaran organ yang diperiksa. Arus tabung merupakan jumlah arus listrik yang mengalir di katoda. Saat arus listrikmelewati kawat filamen maka terjadi pemanasan filamen yang diikuti pembentukan elektron-elekton di sekitar permukaan filamen, sedangkan waktu eksposi merupakan lamanya waktu arus listrik mengalir melewati filamen sehingga filamen dapat


(36)

terus menerus memproduksi awan-awan elektron dalam jangka waktu yang sesuai dengan lamanya waktu eksposi yang diatur. Perubahan arus tabung dan faktor waktu eksposi dapat memberikan rentang densitas yang berbeda pada film serta berpengaruh pada intensitas sinar-X yang dikeluarkan, juga dosis radiasi yang diterima oleh pasien akan semakin meningkat (Arif Jauhari, 2008).

Faktor-faktor yang menyebabkan ketidaksesuaian antara output sinar-X dengan faktor eksposi yang disetting. Pada umumnya ketidaksesuaian antara keluaran sinar-X dengan faktor eksposi yang diatur pada panel kontrol dapat disebabkan kondisi instrumentasi internal pesawat sinar-X itu sendiri yang diakibatkan berbagai faktor antara lain:

a. Efisiensi transformer, yaitu daya keluar dari transformator dibanding daya masuk pada transformator setiap unitnya.

b. Bergesernya pengatur tegangan kerja, arus tabung dan waktu ekspose pada panel kontrol, karena dimungkinkan tombol pengaturan tegangan kerja, arus tabung atau Waktu ekspose telah aus.

c. Kondisi tabung sinar-X yang normalnya hampa udara, mungkin terisi udara sehingga terjadi friksi (gesekan) yang berakibat energi foton akan berkurang.


(37)

BAB III

METODOLOGI PENELITIAN

3.1 Jenis Penelitian

Jenis penelitian yang digunakan dalam penyusunan skripsi ini adalah observasional. Pengujian dilakukan terhadap parameter survei peralatan pesawat sinar-X radiografi umum merek Toshiba di instalasi Radiologi Rumah Sakit Umum Daerah (RSUD) langsa, Aceh.

Alat / pesawat yang uji

Pesawat Sinar –X Radiografi umum yang akan diuji kendali mutunya adalah:

Nama: pesawat sinar-X Radiografi umum Merek pesawat Toshiba

Tipe : DXB-0324CS-A

No.Seri : 745040

Tube voltage : 125 kV Tube current : 500 mA Waktu Ekpose : 5 sec Tahun pemasangan : 2004


(38)

Gambar 3.1 pesawat sinar-X radiografi umum yang diuji

Alat ukur uji

Pada pengukuran/ pengujian peneliti menggunakan alat x-ray analyzer, alat yang digunakan adalah Piranha RTI dan menggunakan phantom untuk menyerap dosis hambur

Gambar 3.2 Detektor Elektro meter (Piranha RTI Eletronic AB) keluaran tegangan kerja, keluaran arus dan kualitas sinar-X.


(39)

Gambar 3.3 Tampilan / Monitor Pembacaan Alat Detektor

3.2 Prosedur Penggunaan pesawat sinar-X radiografi umum.

Prosedur penggunaan pesawat sinar-X radiografi umum adalah sebagai berikut:

 Tekan tombol Power dari generator

 Tekan tombol On/Off, untuk menghidupkan pesawat sinar-X radiografi

 Tekan pilihan untuk radiografi atau untuk fluoroskopi (dalam hal ini pilihan yang dipilih adalah radiografi)

 Pilih tegangan kerja (kilo Voltage, kV), arus tabung (milli Ampere, mA) dan waktu eksposi (time, t) untuk menentukan kebutuhan objek yang akan difoto

 Tempatkan kaset berisi film di bawah objek yang akan difoto atau pada bucky yang tersedia di bawah meja pemeriksaan

 Tempatkan kaset berisi film di bawah objek yang akan difoto atau pada bucky yang tersedia di bawah meja pemeriksaan

 Atur jarak penyinaran dari fokus ke film yaitu 100 cm

 Posisikan titik fokus dari tabung pesawat sinar-X pada pusat objek yang akan diperiksa


(40)

 Atur luas lapangan yang hendak disinari dengan pengatur kolimasi dari lampu kolimator

 Lakukan eksposi (penyinaran)

 Proses pencucian film dikamar gelap dengan teknik pencucian otomatis

 selesai

Penampilan gambar yang baik tergantung kualitas gambar yang dihasilkan sehingga aspek klinis dari gambar tersebut dapat dimanfaatkan untuk menegakkan diagnosa.

Gambar 3.4 Papan Kontrol Pada Pesawat Sinar - X

Gambar 3.5 Kontrol Table Pesawat Sinar - X


(41)

Dalam melakukan pengukuran/ pengujian keluaran dan linieritas tegangan kerja (kV), waktu penyinaran (Sec) kuat arus (mA). Memiliki instruksi kerja yang disusun untuk memberikan petunjuk dalam melakukan pengujian keluaran radiasi pada beberapa kondisi penyinaran dan

linearitas arus yang dihasilkan oleh tabung sinar-X. Instruksi kerja ini menguraikan tata cara melakukan pengujian keluaran radiasi pada beberapa kondisi penyinaran dan linearitas arus yang dihasilkan oleh tabung sinar-X.

Metodologi (cara pengambilan data)

 Meja pemeriksaan diposisikan horizontal dengan menggunakan waterpass.

 Pesawat sinar-X dipanaskan sesuai dengan prosedur pemanasan alat.

 Letakkan detektor di tengah lapangan sinar-X, dan atur jarak sumber ke detektor 100 cm.

Gambar 3.6 Peneliti Sedang Meletakan Detektor


(42)

dilakukan.

 Atur mA dan waktu untuk melakukan eksposi, kemudian lakukan eksposi dan catat mA dan waktu yang dihasilkan.

Gambar 3.7 Peneliti Sedang Melakukan Penyetingan Dikontrol Panel

 Lakukan variasi penyinaran dengan tegangan kerja(kV) waktu penyinaran (Sec) dan kuat arus (mA) yang ada.

Gambar 3.8 Hasil Pembacaan Alat Ukur

Evaluasi


(43)

BAB IV

HASIL DAN PEMBAHASAN

4.1 Analisis Data Pengukuran

Dari analisis data pengukuran dengan menggunakan alat ukur yang ada kemudian melakukan beberapa perubahan tegangan kerja (kV), lama waktu penyinaran (Sec) dan kuat arus (mA), maka diperoleh beberapa hasil.

4.1.1 Hasil pengukuran akurasi tegangan kerja.

Penyinaran dilakukan menggunakan tegangan kerja antara 60 kV sampai 100 kV,

serta melakukan kenaikan-kenaikan tegangan kerja 10 kV, menggunakan waktu penyinaran 0.057 detik, dan arus yang digunakan 200 mA, maka diperoleh hasil kemudian dicatat hasil perubahan tegangan kerja

.

Tabel 4.1 Tegangan kerja yang dipilih pada panel dan tegangan kerja yang dihasilkan yang diukur oleh Piranha RTI.

kV Tegangan yang terukur pada alat (Piranha)

ΣkV Rata-Rata

% Δ kV

(Cv)

STD Deviasi

Panel 1 2 3 4 5

60 57.62 57.64 57.64 57.66 57.66 288.22 57.644 0.029 0.0167 70 67.49 67.51 67.51 67.54 67.65 336.74 67.348 0.095 0.0640 80 77.67 77.67 77.68 77.72 77.78 388.77 77.754 0.061 0.0472 90 88.44 88.45 88.44 88.48 88.52 442.67 88.534 0.039 0.0344 100 98.48 98.51 98.55 98.56 98.56 492.72 98.544 0.036 0.0356

Tegangan kerja yang terukur pada pengaturan 60 kV lama waktu penyinaran 0,057 detik dan kuat arus 200 mA pada pengukuran pertama dari 5 kali pengukuran


(44)

Gambar 4.1 Grafik tegangan kerja 60 kV waktu penyinaran 0.057 detik, dan 200 mA yang diukur oleh piranha.

Tegangan kerja yang terukur pada pengaturan 70 kV lama waktu penyinaran 0,057 detik dan kuat arus 200 mA pada pengukuran ke 2

Gambar 4.2 Grafik tegangan kerja 70 kV waktu penyinaran 0.057 detik, dan 200 mA yang diukur oleh piranha.

Tegangan kerja yang terukur pada pengaturan 80 kV lama waktu penyinaran 0,057 detik dan kuat arus 200 mA pada pengukuran ke3


(45)

Gambar 4.3 Grafik tegangan kerja 80 kV waktu penyinaran 0.057 detik, dan 200 mA

yang diukur oleh piranha.

Tegangan kerja yang terukur pada pengaturan 90 kV lama waktu penyinaran 0,057 detik dan kuat arus 200 mA pada pengukuran ke 4

Gambar 4.4 Grafik tegangan kerja 90 kV waktu penyinaran 0.057 detik, dan 200 mA

yang diukur oleh piranha.

Tegangan kerja yang terukur pada pengaturan 100 kV lama waktu penyinaran 0,057 detik dan kuat arus 200 mA pengukuran ke 5


(46)

Gambar 4.5 Grafik tegangan kerja 100 kV waktu penyinaran 0.057 detik, dan 200 mA

4.1.2 Hasil pengukuran akurasi waktu eksposi.

Penyinaran dilakukan dengan menggunakan tegangan kerja 70 kV dan 200

mA, dilakukan beberapa variasi perubahan waktu penyinaran 0.016 sec, 0.028 sec, 0,032 sec, 0.57 sec, 0.12 sec, maka diperoleh hasil perubahan yang kemudian dicatat.

Tabel 4.2 lama waktu ekspose (second) yang dipilih pada panel dan tegangan kerja yang dihasilkan yang diukur oleh piranha.

second panel

second yang terukur pada alat (Piranha)

Σ second Rata-Rata

%Δ sec

(Cv)

STD Deviasi

1 2 3 4 5

0.016 0.0172 0.0172 0.0175 0.0176 0.0176 0.087100 0.01742 1.1765 0.00020 0.028 0.0279 0.028 0.0281 0.0285 0.0287 0.141200 0.02824 1.2164 0.00034 0.032 0.0319 0.0319 0.032 0.0323 0.0323 0.160400 0.03208 0.6388 0.00020 0.057 0.0571 0.0572 0.0575 0.0577 0.0582 0.287700 0.05754 0.7635 0.00044 0.120 0.119 0.119 0.120 0.130 0.122 0.610000 0.12200 3.8007 0.00464

Lama waktu penyinarandengan setingan teganganpada pengaturan 70 kV, kuat arus 200 mA dan waktu 0,016 detik pada pengukuran pertama dari 5 kali pengukuran


(47)

Gambar 4.6 Grafik lama waktu penyinaran 0,016 second yang dipilih pada tegangan kerja 70 kV dan 200 mA diukur oleh piranha.

Lama waktu penyinarandengan setingan teganganpada pengaturan 70 kV, kuat arus 200 mA dan waktu 0,028 detik pada pengukuran ke 2 dari 5 kali pengukuran

Gambar 4.7 Grafik lama waktu penyinaran 0,028 second yang dipilih pada tegangan kerja 70 kV dan 200 mA diukur oleh piranha.

Lama waktu penyinarandengan setingan teganganpada pengaturan 70 kV, kuat arus 200 mA dan waktu 0,032 detik pada pengukuran ke 3 dari 5 kali pengukuran


(48)

Gambar 4.8 Grafik lama waktu penyinaran 0,032 second yang dipilih pada tegangan kerja 70 kV dan 200 mA diukur oleh piranha.

Lama waktu penyinarandengan setingan teganganpada pengaturan 70 kV, kuat arus 200 mA dan waktu 0,057 detik pada pengukuran ke 4 dari 5 kali pengukuran

Gambar 4.9 Grafik lama waktu penyinaran 0,057 second yang dipilih pada tegangan kerja 70 kV dan 200 mA diukur oleh piranha.

Lama waktu penyinarandengan setingan teganganpada pengaturan 70 kV, kuat arus 200 mA dan waktu 0,12 detik pada pengukuran ke 5 dari 5 kali pengukuran


(49)

Gambar 4.10 Grafik lama waktu penyinaran 0,12 second yang dipilih pada tegangan kerja 70 kV dan 200 mA diukur oleh piranha.

4.1.3 Hasil Pengujian akurasi keluaran radiasi dengan variasi arus Penyinaran dilakukan dengan mengatur Tegangan kerja pada 70 kV

dan waktu 0.12 detik kemudian lakukan penyinaran dengan perubahan variasi kuat arus yaitu 100 mA, 200 mA.

Tabel 4.3 Kuat arus radiasi yang dipilih pada kontrol panel dan kuat arus radiasi keluaran yang diukur oleh Piranha.

mA panel

Arus yang terukur pada alat (Piranha)

ΣmA Rata-Rata

% Δ mA

(Cv)

STD Deviasi

1 2 3 4 5

100 92 93 95 95 97 472 94.4 2.065 1.949


(50)

Arus (mA) yang terukur pada pengaturan tegangan 70 kV lama waktu penyinaran 0,12 detik dan kuat arus 100 mA

Gambar 4.11 Grafik kuat arus radiasi 100 mA,70 kV, 0,12 Sec keluaran yang diukur oleh piranha.

Arus (mA) yang terukur pada pengaturan tegangan 70 kV lama waktu penyinaran 0,12 detik dan kuat arus 200 mA

Gambar 4.12 Grafik kuat arus radiasi 200 mA,70 kV, 0,12 Sec keluaran yang diukur oleh piranha.


(51)

Dari tiga parameter yang telah diuji (tegangan kerja, lama waktu dan kuat arus) maka diperoleh beberapa hasil pengukuran, dari semua pengukuran yang dilakukan terdapat beberapa penyimpangan yang masih diperbolehkan, penyimpangan maksimum yang diperbolehkan adalah 10% sesuai dengan batas toleransi dari PP. N0. 33 Tahun 2007, dari analisa data pengukuran dapat dinyatakan alat tersebut masih layak digunakan menurut ketentuan perundang-undangan sebagai alat pelayanan Radiologi diagnostic di RS Kota Langsa, Aceh.


(52)

BAB V

KESIMPULAN DAN SARAN

5.1 Kesimpulan

Kinerja pada pesawat sinar - X radiografi umum Merek pesawat Toshiba Tipe: DXB-0324CS-A No. Seri: 745040 Tube voltage : 125 kV Tube current: 500 mA Waktu Ekpose : 5 sec Tahun pemasangan: 2004 di instalasi Rumah Sakit Umum Daerah Langsa, yang dilaksanakan dari bulan April sampai dengan Juni 2012 menunjukkan baseline data yang semuanya memenuhi batas toleransi dari tiga parameter yang diuji.

5.2 Saran

Sebaiknya dilakukan pengujian kendali mutu dengan parameter yang bersifat reguler (misalnya satu tahun sekali) sebagai pembanding terhadap data baseline

yang berguna untuk mereduksi kemungkinan terjadinya perubahan kualitas gambar dan data kinerja / performance alat di masa yang akan datang.

Sebaiknya melakukan kalibrasi secara berkala sesuai waktu yang telah direkomendasi oleh Badan Pengawas Tenaga Nuklir.


(53)

DAFTAR PUSTAKA

ARIF JAUHARI, “Berkas Sinar –X dan Pembentukan Gambar”. Puskaradim, Jakarta, 2008.

BAPETEN. 2008. Petugas Proteksi Radiasi Radiodiagnostik. Jakarta

BAPETEN. 2008. Peraturan perundang-undangan ketenaganukliran bidang fasilitas radiasi dan zat radioaktif. Jakarta

DWI SUSENO, K.S, “Workshop Tentang Batas Toleransi Pengukuran Uji Kesesuaian Pesawat Sinar-x “ Fisika Universitas Indonesia 2008

KREANE.KS. “Fisika Modern” Penerbitan Unifersitas Indonesia1992


(1)

Gambar 4.8 Grafik lama waktu penyinaran 0,032 second yang dipilih pada tegangan kerja 70 kV dan 200 mA diukur oleh piranha.

Lama waktu penyinarandengan setingan teganganpada pengaturan 70 kV, kuat arus 200 mA dan waktu 0,057 detik pada pengukuran ke 4 dari 5 kali pengukuran

Gambar 4.9 Grafik lama waktu penyinaran 0,057 second yang dipilih pada tegangan kerja 70 kV dan 200 mA diukur oleh piranha.

Lama waktu penyinarandengan setingan teganganpada pengaturan 70 kV, kuat arus 200 mA dan waktu 0,12 detik pada pengukuran ke 5 dari 5 kali pengukuran


(2)

Gambar 4.10 Grafik lama waktu penyinaran 0,12 second yang dipilih pada tegangan kerja 70 kV dan 200 mA diukur oleh piranha.

4.1.3 Hasil Pengujian akurasi keluaran radiasi dengan variasi arus Penyinaran dilakukan dengan mengatur Tegangan kerja pada 70 kV dan waktu 0.12 detik kemudian lakukan penyinaran dengan perubahan variasi kuat arus yaitu 100 mA, 200 mA.

Tabel 4.3 Kuat arus radiasi yang dipilih pada kontrol panel dan kuat arus radiasi keluaran yang diukur oleh Piranha.

mA panel

Arus yang terukur pada alat (Piranha)

ΣmA Rata-Rata

% Δ mA (Cv)

STD Deviasi

1 2 3 4 5

100 92 93 95 95 97 472 94.4 2.065 1.949


(3)

Arus (mA) yang terukur pada pengaturan tegangan 70 kV lama waktu penyinaran 0,12 detik dan kuat arus 100 mA

Gambar 4.11 Grafik kuat arus radiasi 100 mA,70 kV, 0,12 Sec keluaran yang diukur oleh piranha.

Arus (mA) yang terukur pada pengaturan tegangan 70 kV lama waktu penyinaran 0,12 detik dan kuat arus 200 mA

Gambar 4.12 Grafik kuat arus radiasi 200 mA,70 kV, 0,12 Sec keluaran yang diukur oleh piranha.


(4)

Dari tiga parameter yang telah diuji (tegangan kerja, lama waktu dan kuat arus) maka diperoleh beberapa hasil pengukuran, dari semua pengukuran yang dilakukan terdapat beberapa penyimpangan yang masih diperbolehkan, penyimpangan maksimum yang diperbolehkan adalah 10% sesuai dengan batas toleransi dari PP. N0. 33 Tahun 2007, dari analisa data pengukuran dapat dinyatakan alat tersebut masih layak digunakan menurut ketentuan perundang-undangan sebagai alat pelayanan Radiologi diagnostic di RS Kota Langsa, Aceh.


(5)

BAB V

KESIMPULAN DAN SARAN

5.1 Kesimpulan

Kinerja pada pesawat sinar - X radiografi umum Merek pesawat Toshiba Tipe: DXB-0324CS-A No. Seri: 745040 Tube voltage : 125 kV Tube current: 500 mA Waktu Ekpose : 5 sec Tahun pemasangan: 2004 di instalasi Rumah Sakit Umum Daerah Langsa, yang dilaksanakan dari bulan April sampai dengan Juni 2012 menunjukkan baseline data yang semuanya memenuhi batas toleransi dari tiga parameter yang diuji.

5.2 Saran

Sebaiknya dilakukan pengujian kendali mutu dengan parameter yang bersifat reguler (misalnya satu tahun sekali) sebagai pembanding terhadap data baseline yang berguna untuk mereduksi kemungkinan terjadinya perubahan kualitas gambar dan data kinerja / performance alat di masa yang akan datang.

Sebaiknya melakukan kalibrasi secara berkala sesuai waktu yang telah direkomendasi oleh Badan Pengawas Tenaga Nuklir.


(6)

DAFTAR PUSTAKA

ARIF JAUHARI, “Berkas Sinar –X dan Pembentukan Gambar”. Puskaradim, Jakarta, 2008.

BAPETEN. 2008. Petugas Proteksi Radiasi Radiodiagnostik. Jakarta

BAPETEN. 2008. Peraturan perundang-undangan ketenaganukliran bidang fasilitas radiasi

dan zat radioaktif. Jakarta

DWI SUSENO, K.S, “Workshop Tentang Batas Toleransi Pengukuran Uji Kesesuaian Pesawat

Sinar-x “ Fisika Universitas Indonesia 2008

KREANE.KS. “Fisika Modern” Penerbitan Unifersitas Indonesia1992