Ragam Bahasa Ilmiah Wacana

23

2.2.1.1 Ragam Bahasa Ilmiah

Dari sudut pandang jenis pemakaian bahasa, ragam bahasa dapat dibedakan menjadi ragam berikut, yaitu ragam dari sudut pandangan bidang atau persoalan, ragam menurut sarananya, dan ragam yang mengalami gangguan pencampuran Moeliono, 1988:5. Ragam bahasa dari sudut bidang itu mencakup bidang ilmu, teknologi, ekonomi, hukum, sedangkan dari sarananya terdiri dari bahasa lisan dan tulis. Ragam yang ketiga menunjukkan adanya pengaruh bahasa lain, seperti bahasa daerah dan bahasa asing. Semuanya itu mencerminkan adanya keanekaragaman pemakaian bahasa Indonesia. Ragam bahasa yang digunakan dalam tugas akhir menunjukkan bahasa yang sesuai dengan bidangnya, yaitu ragam keilmuan. Sudah selayaknya bahasa yang dipakai adalah bahasa Indonesia baku. Ciri bahasa baku sebagaimana dikemukakan Meoliono 1988:13 adalah a mempunyai kemantapan dinamis, artinya kaidah bahasa itu bersifat tetap dan tidak berubah setiap saat, b sifat kecendekiaanya, artinya perwujudan satuan bahasa yang mengungkapkan penalaran yang teratur dan logis, dan c adanya proses penyeragaman kaĆ­dah bukan penyamaan ragam bahasa, atau penyeragaman variasi bahasa. Djuharie dan Sumerli 2001:78 mengutip pendapat Sapory bahwa ragam bahasa keilmuan memiliki karakteristik yang berbeda dengan ragam lain, misalnya penggunaan kata-kata menunjukan karakteristik yang khas, antara lain maknanya yang konstan, kekuatan, dan kenetralan dari emosi Karakteristik yang ditonjolkan oleh Sapory adalah kekhasan kata-kata yang digunakan dalam bahasa keilmuan bukan pada gaya penulisnya. 24 Bahasa keilmuan juga menuntut penerapan aturan logika yang benar. Hal ini menandakan pengguna bahasa logika yang sempurna, yang berarti bahwa pemakaian kata dan kalimat haruslah tepat sehingga setiap kata hanya mempunyai satu fungsi tertentu dan setiap kalimat hanya mewakili suatu keadaan faktual Mustansyir dalam Djuharie dan Sumerli, 2001:79. Fungsi bahasa keilmuan dijalankan oleh bahasa jika ada ragam tulisannya yang dapat dipakai untuk merekam penelitian atau pengkajian dalam bidang ilmu pengetahuan dan teknologi selanjutnya disebut iptek dan untuk komunikasi ilmiah pada umumnya. Selanjutnya, fungsi itu mensyaratkan langgam dan kosa kata khusus. Dengan demikian, adanya timbal balik antara kemajuan iptek dan daya ungkap bahasa yang harus merekam kemajuan itu untuk menjelaskannya dan menyampaikannya kepada masyarakat luas. Moeliono 1994:14 menyebutkan ciri yang menonjol dalam bahasa keilmuan terletak pada kecendekiaannya. Pencedekiaan diartikan proses penyesuaian menjadi bahasa yang mampu membuat pernyataan yang tepat, seksama, dan abstrak. Bentuk kalimatnya menunjukkan ketelitian penalaran yang objektif dan logis. Lebih lanjut Moeliono 1994:18 menyebutkan ragam bahasa di bidang keilmuan ditandai dengan ciri-ciri berikut. a. Kelugasan dan kecermatan yang menghindari segala kesamaran dan ketaksaan. b. Keobjektifan yang sedapat-dapatnya tidak menunjukkan selera perseorangan. c. Pembedaan dengan teliti nama, ciri, atau kategori yang mengacu pada objek penelitian agar tercapai ketertiban berpikir. d. Penjauhan emosi agar tidak mencampuradukan makna kata dan ungkapannya dan gaya pemerian berdasarkan perjanjian. 25 e. Langgamnya tidak meluap-luap atau dogmatis. f. Penggunaan kata dan kalimat secara ekonomis agar tidak lebih banyak daripada yang diperlukan. Holimin 1994 mengemukakan tujuh ciri bahasa yang baik dan benar untuk keperluan komunikasi keilmuan yang resmi, yaitu a logis, b lugas, c bermakna tunggal, d kuantitatif, e denotatif, f baku, dan g runtun. Harjasujana dalam Djuharie dan Sumerli, 2001: 79 menegaskan bahwa ciri utama bahasa ragam keilmuan adalah lugas, lurus, monosemantik, dan ajeg. Bahasa yang lugas dalam tulisan ilmiah ditandai dengan penyusunan paragraf yang runtut, kalimat yang efektif, pemilihan kata yang tepat, pemakaian ejaan yang cermat Arifin,1993:

2.2.1.2 Paragraf