geisha, tetapi sering menolong menjamu tamu-tamu kalau geisha-geisha sibuk semua. Dia tinggal di rumah seorang guru tari yang lumpuh yang mempunyai seorang anak laki-laki yang
sakit dan hampir meninggal.
1.2. Batasan Masalah
Pada kertas karya ini pembahasan hanya di fokuskan secara instrinsik saja,yaitu terbatas pada penokohan ,alur cerita dan setting. Penulis tidak membahas mengenai gaya bahasa yang
ada pada novel ini.
1.3. Tujuan Penulisan
Tujuan Penulis mengangkat novel Yuki Guni sebagai judul kertas karya adalah:
1. Untuk memperkenalkan salah satu karya terbaik Kawabata Yasunari yaitu Yuki Guni
Pemenang hadiah novel untuk kesustraan tahun 1968,lahir di Osaka tahun 1899. Daerah Salju yang di terjemahkan dari Bahasa Jepang oleh Matsuoka Kunio dan Ajib
Rosidi ini merupakan Roman psikologi Cinta yang tak berkesudahan tapi memantulkan gerak-gerik kejiwaaan yang amat peka.
2. Untuk menambah wawasan penulis dalam menganalisis sebuah novel.
3. Untuk mengetahui kemampuan penulis tentang Bahasa Jepang.
4. Penulis berharap dapat menjadi sumber inspirasi yang positif bagi pembaca maupun
penulis sendiri dalam hal yang menyangkut cerita. 5.
Untuk menyampaikan pesan Kehidupan yang terdapat dalam Novel yang berjudul
Yuki Guni ini.
Universitas Sumatera Utara
1.4. Metode Penulisan
Dalam penulisan kertas karya ini, penulis menggunakan metode kepustakaan library research, yaitu suatu metode untuk mengumpulkan data dan informasi dengan cara
membaca buku referensi yang berhubungan dengan pembahasan dan masalah yang akan dibahas. Selanjutnya data-data tersebut di kumpulkan , dan kemudian dan di uraikan pada
setiap bab.
Universitas Sumatera Utara
Universitas Sumatera Utara
BAB II RINGKASAN CERITA
Shimamura adalah seorang pria Tokyo yang sudah berkeluarga yang sangat gemar melakukan hal-hal yang disukainya yakni mendaki gunung dan menulis tentang tarian barat
yang belum pernah dilihat dengan mata kepalanya sendiri. Dia bebas melakukan hal-hal yang disukainya dan pergi ke berbagai tempat terutama daerah pegunungan karena ia tidak
memiliki pekerjaan yang mengikat, hal tersebut semata-mata karena ia hidup hanya dari mengandalkan warisan orang tuanya. Ketika ia pergi untuk kedua kalinya pada bulan
Desember ke Daerah Salju yang terletak di bagian Utara Pulau Honshu di tepi Laut Jepang yang selalu tertutup salju pada musim dingin karena pantai itu selalu diterjang angin dingin
dari daratan Asia, di kereta api ia melihat seorang gadis yang cantik dan senantiasa memancarkan kesegaran dari wajahnya yang diketahuinya bernama yoko saat gadis itu
berbicara dengan kepala stasiun mengenai adik yoko yang baru dipindahkan ke stasiun tersebut. Ia selalu memperhatikan gadis tersebut dari kaca jendela yang memantulkan
bayangan orang yang duduk di seberang tempat duduknya. Ia sangat mengagumi gadis tersebut meskipun ia tidak mengetahui apakah gadis tersebut
sudah menikah atau belum. Ia melihat gadis itu bersama seorang pria yang sedang sakit yang selama diperjalanan selalu dirawatnya dengan penuh perhatian dan kelembutan sehingga
terlihat seperti seorang isteri yang sedang merawat suaminya. Ketika tiba di stasiun yang dituju oleh Shimamura, ternyata yoko dan pria itu juga turun
di stasiun yang sama. Ketika melihat kepala pelayan rumah penginapan yang menjemputnya mengenakan pakaian musim dingin yang lengkap untuk menahan salju seperti pemadam
kebakaran dan seorang wanita yang berada diruang tunggu stasiun mengenakan mantel biru
Universitas Sumatera Utara
dan mengenakan tudung mantelnya. Shimamura merasa kaget karena ia baru pertama kali datang ke tempat itu pada musim dingin. Kepala pelayan tersebut berceriata kepada
Shimamura tentang betapa dinginnya daerah tersebut pada musim dingin, terutama sebelum hari cerah setelah turunnya salju. Dan pada saat itu suhu udara sudah berada di bawah titik
beku. Pemandangan di sepanjang jalan menuju penginapan yang terlihat oleh Shimamura
hanyalah rumah penduduk yang ditutupi oleh salju setebal tiga puluh sentimeter. Kemudian Shimamura bertanya mengenai seorang gadis di rumah guru tari yang pernah ditemui
Shimamura kepada kepala pelayan dan kepala pelayan tersebut berkata kepada Shimamura bahwa gadis yang mengenakan mantel berwarna biru tersebut adalah orang yang dimaksud
oleh Shimamura yang datang ke stasiun untuk menjemput anak laki-laki guru tari tersebut. kemudian Shimamura meminta kepala pelayan untuk memanggilkan gadis tersebut. Gadis
tersebut adalah orang yang ditemui Shimamura pada saat musim semi kemarin. Pada saat itu Shimamura baru turun ke kampung setelah selama seminggu berada di gunung. Shimamura
meminta untuk dipanggilkan Geisha kepada pelayan penginapan. Tetapi karena pada saat itu tengah diselenggarakan pesta merayakan selesainya pembangunan jalan yang begitu meriah
sehingga gedung sandiwara yang juga digunakan sebagai gudang kepompong ulat sutera dipakai sebagai tempat perjamuan. Meskipun ada sekitar dua belas atau tiga belas orang
Geisha ternyata masih kurang untuk perjamuan tersebut, sehingga tidak ada seorang Geisha pun yang dapat memenuhi panggilan Shimamura. Tetapi ada kemungkinan gadis yang tinggal
bersama guru tari akan datang setelah mempertunjukkan dua-tiga tarian meskipun sebenarnya ia juga ikut diminta untuk membantu acara perjamuan tersebut. tetapi gadis tersebut tidak
dapat disebut sebagai seorang Geisha. Satu jam kemudian wanita tersebut datang bersama pelayan wanita. Tetapi wanita
tersebut tidak mau ditinggal berdua saja dengan Shimamura. Ketika Shimamura melihat
Universitas Sumatera Utara
wanita itu, wanita itu memiliki kesan yang sangat bersih sehingga menimbulkan perasaan yang ganjil dalam diri Shimamura. Caranya memakai kimono sangat mirip dengan Geisha,
tetapi memang tidak menyeret ujung kimononya. Wanita itu bercerita bahwa dirinya dilahirkan di daerah salju tersebut dan ketika bekerja sebagai pelayan di Tokyo untuk
melayani tamu-tamu minum sake ia menjadi piaraan seorang guru tari dan mendapatkan kesempatan untuk menjadi guru tarian Jepang dikemudian hari. Tetapi kira-kira satu setengah
tahun kemudian tuan yang memeliharanya tersebut meninggal. Gadis tersebut mengatakan bahwa usianya sembilan belas tahun. Tetapi dimata Shimamura gadis tersebut terlihat berusia
dua puluh satu atau dua puluh dua tahun. Setelah itu mereka berbicara tentang Kabuki, dan ternyata wanita tersebut lebih mengetahui seluk beluk Kabuki daripada Shimamura sehingga
Shimamura merasakan persahabatan dengan wanita tersebut. Keesokan harinya wanita itu datang kekamar Shimamura. Begitu ia duduk, Shimamura
meminta kepada wanita tersebut untuk memperkenalkan seorang Geisha kepadanya. Tetapi wanita tersebut menolak dengan mengatakan bahwa tidak ada Geisha seperti yang diinginkan
oleh Shimamura. Shimamura tidak ingin merusak hubungan mereka dengan merayu wanita itu. Shimamura hanya ingin wanita itu menjadi teman bicaranya. Apalagi Shimamura sedang
mencari tempat untuk liburan musim panas bersama keluarganya dan bermaksud untuk membawanya ke sumber air panas yang ada di daerah tersebut.
Karena Shimamura tidak memiliki pekerjaan yang mengikat, sehingga ia memiliki kecenderungan untuk menyesuaikan diri dengan warna daerah setempat dan mungkin hal
tersebut yang menyebabkan ia memiliki naluri yang peka terhadap sifat penduduk daerah yang dikunjunginya. Ketika bertanya di penginapan itu, Shimamura baru tahu bahwa
kampung itu merupakan kampung yang terkaya yang ada di daerah salju tersebut. Shimamura bertanya kepada wanita itu kira-kira berapa orang Geisha yang ada di tempat itu dan siapa
yang bagus. Shimamura bangkit dan menekan tombol untuk memanggil pelayan dan
Universitas Sumatera Utara
menyuruhnya memanggil Geisha. Tak lama kemudian datanglah seorang Geisha yang berusia tujuh belas atau delapan belas tahun. Shimamura kecewa dengan Geisha tersebut
karena Geisha tersebut tidak seperti yang diharapkannya. Tetapi Shimamura berusaha menghadapinya dengan mencoba untuk tidak memperlihatkan kekecewaannya. Kemudian
wanita itu pergi dari kamar Shimamura. Shimamura berpikir keras bagaimana caranya ia mengembalikan Geisha tersebut. kemudian ia teringat ada wesel telegram, maka ia keluar
bersama Geisha itu dengan alasan mesti ke kantor pos sebelum tutup. Kemudian Shimamura tertawa terbahak-bahak mengingat tingkahnya tersebut. dan kemudian ia menemui wanita itu
di dalam hutan pohon Sugi. Mereka berbincang tentang Geisha tersebut. Shimamura mengira kalau Geisha di kampung tersebut cantik-cantik seperti wanita itu tetapi ternyata tidak.
Shimamura sejak awal menyadari bahwa dirinya menginginkan wanita itu dan memperhatikan wajah wanita tersebut sedemikian rupa. Dimata Shimamura wanita itu
terlihat semakin cantik. Kira-kira pukul sepuluh pada malam itu wanita itu mabuk dan memanggil nama
Shimamura dengan suara yang keras. Ia berkata bahwa ia bertemu dengan pria yang telah dikenalnya dilapangan ski pada musim dingin ini dan mereka melakukan perjamuan bersama
Geisha, sehingga ia terpaksa minum terlalu banyak. Wanita tersebut berusaha untuk menyadarkan diri dan meminta Shimamura untuk tidur. Dan akhirnya wanita tersebut
berhasil mengembalikan kesadarannya dan sebelum fajar ia telah keluar dari penginapan tersebut menuju genkan. Dan pada hari itu pulalah Shimamura pulang ke Tokyo. Demikianlah
pertemuan pertama Shimamura dengan wanita tersebut. Pada bulan Desember ini adalah kunjungan kedua Shimamura ke kampung tersebut dan
juga untuk menemui wanita itu. Pada kunjungan kali ini wanita tersebut telah menjadi seorang Geisha. Tepat seratus sembilan puluh sembilan hari sejak pertemuan pertama mereka
seperti yang dituliskan didalam catatan hariannya. Wanita itu tidak hanya menuliskan
Universitas Sumatera Utara
kejadian-kejadian yang dialaminya, tetapi juga menuliskan tentang roman-roman yang dibacanya, siapa pengarangnya dan apa judulnya, tokoh-tokoh dalam roman tersebut serta
hubungan antara tokoh-tokohnya. Cerita wanita itu mengenai roman ternyata tidak memiliki sangkut paut dengan istilah kesusastraan yang dipakai sehari-hari. Ternyata ia sama sekali
tidak memiliki persahabatan dengan penduduk kampunng tersebut selain untuk bertukar- tukaran majalah wanita saja dengan penduduk kampung. Wanita itu bercerita dengan
riangnya tentang sandiwara atau film yang belum dilihatnya kepada Shimamura. Keesokan paginya, terdengarlah suara ketam dari tempat pembuatan alat ski yang kira-
kira tujuh-delapan rumah jauhnya. Disana ada lima-enam Geisha yang sedang berbicara sambil berdiri. Shimamura berpikir mungkin disana ada Komako yang baru pagi ini dia tahu
namanya dari perempuan pelayan rumah penginapan. Ternyata benar perkiraan Shimamura bahwa Komako ada disana. Shimamura berharap agar Komako bersikap acuh tak acuh
terhadap dirinya, tetapi wajah Komako sudah memerah sampai lehernya. Shimamura berusaha berjalan membelakangi Komako, tetapi Komako menggerakkan wajahnya sedikit
demi sedikit mengikuti jalan Shimamura. Shimamura juga merasa pipinya sudah mulai terasa terbakar, dan ia cepat-cepat melewati tempat itu tapi segera Komako datang mengejarnya.
Ketika sampai didepan rumahnya, Komako meminta Shimamura untuk singgah. Shimamura bertanya tentang Yoko dan anak guru tari yang sakit tersebut, tetapi Komako
tidak menjawabnya. Ketika menyalakan api, Komako hanya bercerita bahwa pria tersebut menderita TBC Usus dan kembali kekampung halaman untuk menghabiskan sisa hidupnya.
Komako juga bercerita bahwa pria itu tidak lahir di kampung ini. Tetapi kampung ini adalah kampung ibunya. Komako terus bercerita tentang pria tersebut tetapi tidak pernah bercerita
siapa wanita yang bersamanya. Setalah keluar dari rumah Komako, Shimamura berjalan-jalan melihat pemandangan dan
bertemu dengan wanita tukang pijit. Wanita itu bercerita tentang Komako kepada
Universitas Sumatera Utara
Shimamura. Dan dari cerita wanita itulah akhirnya Shimamura mengetahui bahwa Komako menjadi Geisha karena membiayai pria yang sakit tersebut dan menurut cerita wanita itu
Komako dan pria tersebut bertunangan. Shimamura sempat berpikir bahwa apabila Komako dan pria itu bertunangan maka Yoko dapat menjadi kekasihnya yang baru, tetapi ia berpikir
juga kenapa Komako sampai menjadi Geisha hanya untuk membiayai pria yang tidak lama lagi akan meninggal bukankah hal itu adalah hal yang sia-sia.
Pada hari itu Shimamura akan pulang ke Tokyo dengan kereta api pukul tiga sore dan kali ini Komako ikut mengantarnya sampai stasiun. Ketika Shimamura dan Komako duduk di
ruang tunggu, Yoko datang dan meminta Komako untuk cepat pulang. Tetapi Komako menolaknya. Yoko meminta bantuan kepada Shimamura untuk membujuk Komako pulang
dan sampai Shimamura masuk kedalam kereta api Komako tetap tidak ingin pulang. Pada musim gugur ini adalah ketiga kalinya Shimamura datang ke kampung itu. Ketika ia
sampai ke penginapan bertepatan dengan acara pelepasan seorang Geisha dan pada hari itu Komako datang terlambat. Komako bercerita kalau gurunya telah meninggal dan sekarang ia
tinggal dirumah Geisha dan orang-orang di rumah itu sangat menghargainya. Komako juga bercerita bahwa ikatan kerjanya di tempat itu adalah empat tahun dan ia meminta Shimamura
untuk mengunjunginya setahun sakali. Keesokan paginya ketika anak perempuan pemilik rumah mengantarkan pakaian ganti
untuk Komako, Shimamura teringat pada Yoko dan menanyakan keadaannya pada Komako. Komako bercerita bahwa sejak kematian pria sakit yang bernama Yukio itu, Yoko selalu
berziarah ke makamnya. Malam itu Komako tidak datang kekamar Shimamura tetapi ketika bangun keesokan paginya
Komako sudah ada di kamar Shimamura. Pagi itu Shimamura mengajak Komako berziarah ke makam Yukio dan ketika mereka kesana mereka bertemu dengan Yoko.
Universitas Sumatera Utara
Keesokan harinya, pelayan-pelayan rumah penginapan sedang menghiasi pintu masuk dengan dedaunan seperti kadomatsu, hal tersebut dilakukan untuk menyambut tamu-tamu
yang datang menikmati keindahan musim bertukarnya warna daun. Ketika Shimamura melihat kearah tempat penerimaan tamu, ia melihat Yoko. Shimamura
menanyakan tentang Yoko kepada pelayan tersebut, dan ternyata Yoko bekerja di penginapan tersebut karena mereka kekurangan tenaga, tetapi Yoko hanya bekerja di dapur saja.
Selain menyukai tarian, Shimamura juga menyukai Chijimi yaitu kain tenun hasil kerajinan tangan wanita dipedalaman selama turun salju. Chijimi yang berkualitas baik hanya
dapat ditenun oleh wanita muda yang berusia antara lima belas sampai enam belas tahun dan berusia dua puluh empat sampai dua puluh lima tahun dan mereka sudah mulai menenun
sejak kecil. Diantara Chijimi-chijimi yang dipakai oleh Shimamura, mungkin ada juga yang ditenun oleh gadis-gadis pada akhir zaman Edo sampai awal zaman Meiji. Biasanya Chijimi
putih dikelantang setelah di tenun, tetapi Chijimi yang berwarna dikelantang ketika masih berupa benang yang digulung pada sebuah Kase. Chijimi putih dikelantang langsung dan
dibentangkan diatas salju. Karena pengelantangan itu dilakukan pada bulan Januari dan Februari menurut kalender lama, terkadang sawah dan ladang yang ditutupi oleh salju
dipergunakan untuk itu. Tempat yang banyak menghasilkan Chijimi terletak di tempat yang datar di hilir sungai di
lembah yang semakin melebar dan tempat itu terlihat dari kamar Shimamura. Ketika Shimamura mendengar Yoko bernyanyi di dalam bak air, terpikir olehnya seandainya
saja gadis itu lahir di tahun silam, mungkin ia akan menyanyi sambil menenun Chijimi. Benang Rami yang lebih halus dari wol sukar diolah kalau tidak dalam cuaca lembab dari
salju alami. Shimamura tergerak hatinya untuk pergi ke tempat penghasil Chijimi. Tetapi ia tidak tahu
harus ke kota mana ia pergi. Karena ia tidak ingin melihat kota-kota besar yang berkembang
Universitas Sumatera Utara
menjadi penghasil tekstil, maka ia turun disebuah stasiun yang sepi. Setelah berjalan beberapa lama akhirnya ia tiba juga di rumah-rumah yang dulunya adalah penginapan. karena
rumah-rumah tersebut tersambung-sambung maka salju dari atap rumah terpaksa jatuh ke jalanan. Meskipun di daerah salju yang sama, namun di kampung sumber air panas tempat
tinggal Komako, rumah-rumah tidak berderetan dan sambung menyambung. Maka baru kali itulah ia melihat gan-gi yaitu rumah-rumah yang beratap menjulur ke bawah dengan deretan
tiang yang menunjang ujung-ujung atap tersebut. Shimamura melihat bahwa kehidupan para gadis penenun Chijimi tidaklah seterang dan sesegar Chijimi buatannya.
Shimamura kembali ke tempat sumber air panas dengan taksi. Ketika taksi tiba di tepi hutan sugi chinju terlihat olehnya sebuah rumah dengan lampu menyala. Dan didekat pintu
masuknya terlihat ada tiga-empat Geisha sedang berbincang-bincang. Begitu ia berpikir apakah Komako juga ada disitu, hanya Komako sajalah yang terlihat olehnya. Taksi berjalan
melambat hingga sampai di depan Komako. Tiba-tiba Komako memejamkan mata dan langsung melompat kedalam mobil. Mobil itu terus perlahan naik ke jalan mendaki tanpa
henti. Komako bergelantung menginjak tangga mobil dan berpegang pada pegangan pintu. Komako meloncat dan seperti melekat pada mobil, akan tetapi Shimamura merasakan
kehangatan yang berangsur-angsur meskipun perbuatan Komako itu sangatlah berbahaya.
Universitas Sumatera Utara
Universitas Sumatera Utara
BAB III ANALISIS CERITA
3.1. Tema