19
BAB I PENDAHULUAN
1.1.Latar Belakang
Tingkat pertumbuhan penduduk sebesar 1,3 persen per tahun bukan saja merupakan lampu kuning bagi pemerintah. Kondisi ini memberi dampak luas bagi
penyediaan pangan, pendidikan, kesehatan dan lapangan kerja. Belum lagi jumlah penduduk miskin dan pengangguran masih tinggi. Masalah yang muncul dari
pengangguran tidak hanya terbatas pada aspek ekonomi dan ketenagakerjaan tetapi
berimplikasi lebih luas, mencakup aspek sosial, psikologis dan bahkan politik. Peningkatan pengangguran berpengaruh besar terhadap kondisi negara secara
keseluruhan, antara lain meningkatnya jumlah penduduk miskin. Berdasarkan data Badan Pusat Statistik jumlah angkatan kerja
menganggur pada tahun 2005 adalah 10,26 persen, sedangkan pada tahun 2007 diperkirakan bertambah 12,6 juta jiwa.
Dengan demikian, jumlah penduduk miskin diperkirakan mencapai 45,7 juta jiwa. Angka ini berasal dari 1,6 juta
pengangguran baru, menambah jumlah pengangguran yang sudah ada sebesar 11 juta. Angka 1,6 juta pengangguran itu berasal dari angkatan kerja yang tidak
tertampung oleh kesempatan kerja pada 2007 sebesar 1,4 juta orang BPS, 2005 .
Angka pengangguran tahun 2010 diperkirakan masih tinggi, berkisar antara 8- 10. Pertumbuhan ekonomi Indonesia tahun 2010 yang diproyeksikan 5 persen,
Universitas Sumatera Utara
20 dinilai tidak cukup menyerap seluruh tenaga kerja yang memasuki usia kerja.
“Tingkat pengangguran dan kemiskinan masih sangat tinggi, yaitu sebesar 8 hingga 10 persen untuk pengangguran dan 12 persen sampai 14 persen untuk tingkat
kemiskinan,”. Untuk menjaga tingkat kemiskinan dan pengagguran pemerintah harus
memperhatikan beberapa hal, antara lain adalah inflasi harus berkisar antara 4 persen sampai 6 persen. “Selain itu, suku bunga acuan Bank Indonesia BI Rate yang harus
relatif rendah, yakni 5-7 persen, kemudian Defisit APBN yang mencapai 1 persen sampai 2 persen. Disamping itu, pemerintah juga harus menjaga nilai tukar rupiah Rp
9.700 – Rp 10.200 per USD. Dengan kondisi ekonomi yang stabil, tingkat pengangguran dan kemiskinan dapat ditekan. Hal lainnya
strategi pembangunan perlu diarahkan untuk penyediaan lapangan kerja, sehingga masalah kemiskinan dan
pengangguran yang masih di atas 8 persen saat ini dapat diatasi secara mendasar dan martabat bangsa dapat benar-benar ditegakkan BPS, 2010 .
Masalah pengangguran saat ini masih memprihatinkan. Penyebab pengangguran di Indonesia antara lain adalah terletak pada masalah sumber daya
manusia itu sendiri dan keterbatasan lapangan pekerjaan. Indonesia menempati urutan ke-133 dalam hal tingkat pengangguran di dunia. Semakin rendah peringkatnya maka
semakin banyak pula jumlah pengangguran yang terdapat di negara tersebut. Fenomena pengangguran juga berkaitan erat dengan terjadinya pemutusan hubungan
kerja, yang disebabkan antara lain: perusahaan yang menutup atau mengurangi volume usahanya akibat krisis ekonomi atau keamanan yang kurang kondusif,
peraturan yang menghambat inventasi, hambatan dalam proses ekspor impor, dan lain-lain Susanto, 2000.
Universitas Sumatera Utara
21 Pada umumnya pengangguran umumnya disebabkan oleh jumlah angkatan
kerja yang tidak sebanding dengan jumlah lapangan kerja. Pengangguran seringkali menjadi masalah dalam perekonomian karena dengan adanya pengangguran,
produktivitas dan pendapatan masyarakat akan berkurang sehingga menimbulkan kemiskinan dan masalah-masalah sosial lainnya. Angkatan kerja yang sedang mencari
pekerjaan tidak mampu memenuhi persyaratan-persyaratan yang diminta oleh dunia kerja.
Selain itu juga kurang efektifnya informasi pasar kerja bagi para pencari kerja. Rendahnya kualitas Sumber Daya Manusia SDM merupakan salah satu akar
dari kemiskinan. Untuk mengatasi permasalahan tersebut, maka harus diambil langkah-langkah jangka panjang seperti, membangun dan mengembangkan mental
SDM yang mandiri, dan berjiwa kompetitif. Pendidikan merupakan salah satu sarana mewujudkan upaya pengembangan SDM tersebut. Oleh sebab itu pemerintah perlu
menjadikan pengembangan pendidikan sebagai prioritas utama dalam merencanakan program kerja pembangunan di masa mendatang Danim, 2002: 89.
Selama ini pemerintah telah melakukan berbagai upaya peningkatan mutu pendidikan, antara lain melalui penyempurnaan kurikulum, pengadaan buku ajar,
peningkatan mutu guru dan tenaga kependidikan, pengadaan fasilitas pendidikan seperti perpustakan, laboratorium, serta perbaikan dan peningkatan manajemen
pendidikan, namun berbagai indikator menunjukka n bahwa mutu pendidikan masih belum meningkat secara signifikan.
Bukti tentang kebenaran laporan UNDP ini dapat dilihat dari tingginya angka drop out pendidikan di Indonesia. Untuk tahun 2001, dari sekitar 38,4 juta yang
terdaftar di SD dan Madrasah, hanya 9,4 juta yang masuk ke SLTP, 5,6 juta kemudian
Universitas Sumatera Utara
22 masuk ke SLTA dan akhirnya hanya sekitar 1,6 juta yang bisa meneruskan ke
perguruan tinggi. Angka ini belum termasuk mereka yang kemudian drop out di tengah jalan. Masalah yang cukup serius adalah bahwa sebagian besar dari mereka
yang drop-out tidak terserap oleh lapangan kerja yang tersedia. Salah satu penyebabnya adalah karena mereka tidak memiliki keterampilan memadai yang sesuai
dengan tuntutan lapangan kerja yang tersedia http:www.datastatistikindonesia.com
Salah satu institusi yang berkaitan langsung dengan peningkatan kualitas sumber daya manusia adalah Panti Asuhan. Panti asuhan tidak hanya sebagai tempat
menimba ilmu, tetapi juga tempat peningkatan keterampilan. Hal ini bisa terlaksana karena panti asuhan memiliki kelebihan dari sekolah umum yang ada pada umumnya,
antara lain: content890056 diakses pada tanggal 26 Mei 2010 pada pukul 13.30
a. Penyelengaraan pendidikan asuhan dalam bentuk asrama memungkinkan para
anak asuh belajar disiplin, menjalin kebersamaan, tenggang rasa, toleransi, mandiri, dan sederhana karena fasilitas yang tersedia amat terbatas.
b. Selain memperoleh pendidikan agama dan budi pekerti anak asyh, juga
memperoleh pendidikan umum, meskipun kadarnya masih sangat rendah jika dibandingkan dengan sekolah-sekolah umum.
c. Di panti asuhan diajarkan beberapa keterampilan sebagai bekal hidup mandiri,
meski belum tentu sesuai dengan kebutuhan masyarakat yang sedang berubah serta model pembangunan ekonomi yang disebutkan sebelumnya. Dengan
demikian, para lulusan pondok panti asuhan maupun mereka yang drop out lebih mandiri ketika kembali ke lingkungan masyarakatnya.
Universitas Sumatera Utara
23 d.
Sistem yang dikembangkan panti asuhan lebih memungkinkan para anak asuh berkompetisi secara realistis, dalam prestasi belajar berusaha dan bekerja.
Pengembangan sikap egalitarian di kalangan para santri merupakan ciri dan kelebihan pondok panti asuhan.
e. Panti asuhan menciptakan ikatan persaudaraan antara para santri tanpa paksaan,
dengan jangkauan yang luas dan panjang menjadi modal dasar terpenting dalam membangun masyarakat madani.
f. Sistem panti memungkinkan timbulnya semangat belajar tanpa henti. Mereka
belajar agar mampu mengatasi persoalan-persoalan hidupnya Soetomo, 2006 : 38.
Jika dilihat kelebihan panti asuhan dibandingkan dengan lembaga pendidikan lain maka program keterampilan hidup life skill sangat cocok untuk diterapkan
dalam pendidikan di panti asuhan. Dengan memberikan keterampilan kepada anak asuh diharapkan dapat mengurangi angka pengangguran.
Melihat pentingnya program life skill ini, Pimpinan Yayasan Al Jam’iyatul Washliyah Binjai mencoba menjalankan program life skil tersebut di Yayasan Al
Jam’iyatul Washliyah Binjai. Bimbingan life skill yang dilakukan Yayasan Al Jami’atul Washliyah Binjai ini adalah keterampilan komputer dan sablon.
Keterampilan yang diberikan diharapkan menjadi bekal bagi anak asuh untuk memperoleh pekerjaan sehingga mampu menjalankan fungsional.. Hal inilah yang
membuat peneliti tertarik melakukan penelitian di Yayasan Al Jam’iyatul Washliyah
Binjai, dengan judul “Pengaruh Program Life Skill Yayasan Al Jam’iyatul Washliyah Binjai Terhadap Keberfungsian Sosial Anak Asuh.”
Universitas Sumatera Utara
24
1.2 Perumusan Masalah