Pengaruh Program Life Skill Yayasan Al Jam’iyatul Washliyah Binjai Terhadap Keberfungsian Sosial Anak Asuh

(1)

PENGARUH PROGRAM LIFE SKILL YAYASAN AL JAM’IYATUL

WASHLIYAH BINJAI TERHADAP KEBERFUNGSIAN SOSIAL

ANAK ASUH

SKRIPSI

Diajukan Guna Memenuhi Persyaratan untuk Menyelesaikan Pendidikan Strata 1 (S1) di Fakultas Ilmu Sosial dan Ilmu Politik

Disusun oleh :

DEWI MARIANA 060902015

DEPARTEMEN ILMU KESEJAHTERAAN SOSIAL

FAKULTAS ILMU SOSIAL DAN ILMU POLITIK

UNIVERSITAS SUMATERA UTARA

M E D A N


(2)

UNIVERSITAS SUMATERA UTARA

FAKULTAS ILMU SOSIAL DAN ILMU POLITIK DEPARTEMEN ILMU KESEJAHTERAAN SOSIAL

HALAMAN PENGESAHAN

Skripsi ini telah dipertahankan di depan penguji skripsi Departemen Ilmu Kesejahteraan Sosial Fakultas Ilmu Sosial dan Ilmu Politik Universitas Sumatera Utara pada :

Nama : Dewi Mariana NIM : 060902015

Judul : Pengaruh Program Life Skill Yayasan Al - Jam’iyatul Washliyah Binjai Terhadap Keberfungsian Sosial Anak Asuh.

Yang dilaksanakan pada : Hari/Tanggal :

Pukul : Tempat :

TIM PENGUJI Tanda Tangan

Ketua Penguji : (………..)

Penguji I : (………..)

Penguji II : (………..)

UNIVERSITAS SUMATERA UTARA


(3)

HALAMAN PERSETUJUAN

Skripsi ini disetujui untuk dipertahankan oleh :

Nama : Dewi Mariana NIM : 060902015

Departemen : Ilmu Kesejahteraan Sosial

Judul : Pengaruh Program Life Skill Yayasan Al Jam’iyatul Washliyah Binjai Terhadap Keberfungsian Sosial Anak Asuh

Medan, Maret 2011 PEMBIMBING

(Drs. Matias Siagian, M.Si) NIP : 1963 0313 199303 1 001

KETUA DEPARTEMEN ILMU KESEJAHTERAAN SOSIAL

(Hairani Siregar, S.Sos, M.SP) NIP : 1971 0927 199801 2 001

DEKAN

FAKULTAS ILMU SOSIAL DAN ILMU POLITIK UNIVERSITAS SUMATERA UTARA

(Prof. Dr. Badaruddin, M.Si) NIP : 1968 0525 199203 1 002 UNIVERSITAS SUMATERA UTARA FAKULTAS ILMU SOSIAL DAN ILMU POLITIK DEPARTEMEN ILMU KESEJAHTERAAN SOSIAL


(4)

DEWI MARIANA 060902015

ABSTRAK

PENGARUH PROGRAM LIFE SKILL YAYASAN AL JAM’IYATUL WASHLIYAH KOTA BINJAI TERHADAP KEBERFUNGSIAN SOSIAL

ANAK ASUH

(Skripsi terdiri dari 6 bab 79 halaman, 31 tabel, 2 bagan, 24 kepustakaan serta lampiran)

Masalah pengangguran di Indonesia kondisinya saat ini sangat memprihatinkan. Indonesia menempati urutan ke-133 dalam hal tingkat pengangguran di dunia. Program kecakapan hidup merupakan suatu upaya yang baik dalam membantu pemerintah mengurangi pengangguran. Salah satunya adalah Yayasan Al Jam’iyatul Washliyah Binjai yang melaksanakan program tersebut kepada anak asuhnya. Tujuannya adalah untuk meningkatkan keterampilan, pengetahuan dan sikap warga belajar di bidang pekerjaan tertentu sesuai dengan bakat, bermanfaat agar mereka memiliki bekal kemampuan untuk bekerja/berusaha mandiri yang dapat dijadikan bekal untuk meningkatkan kualitas hidupnya. Dilatarbelakangi hal tersebut maka penulis tertarik untuk mengadakan penelitian yan berjudul ”Pengaruh Program Life Skill Terhadap Keberfungsian Anak Asuh”.

Penelitian ini berbentuk Eksplanasi yaitu untuk menguji apakah suatu variabel berasosiasi ataukah tidak dengan variabel lainnya. Untuk menguji pengaruh tersebut, penulis menggunakan analisis data product moment dan koefisien determinasi. Penelitian dilaksanakan di Yayasan Al Jam’iyatul Washliyah Binjai Jalan Jenderal. Ahmad Yani No. 35 Binjai dengan jumlah populasi sebanyak 20 orang anak asuh.

Dari hasil perhitungan diperoleh rxy = 0,518 dengan kata lain kofisien korelasi bernilai positif yang artinya kenaikan variabel yang satu akan diikuti oleh kenaikan variabel yang lainnya. Hasil perhitungan melalui uji hipotesis pada tabel kofisien korelasi product moment taraf signifikan 5% (0,444) untuk n = 20 diperoleh bahwa ternyata r-hitung lebih besar dari r-tabel atau 0,518 > 0,444 sehingga hipotesis alternatif diterima dan hipotesis nol ditolak yang berarti terdapat pengaruh program life skill yayasan Al Jam’iyatul Washliyah Binjai terhadap Keberfungsian Sosial Anak asuh. Maka berdasarkan ketentuan Bungin, koefisien korelasi r sebesar 0,518 mempunyai arti bahwa pengaruh Program Life Skill Yayasan Al Jami’iyatul Binjai terhadap Keberfungsian Sosial Anak Asuh menunjukkan hubungan positif yang mantap. Hasil perhitungan koefisien determinasi yang digunakan untuk mengetahui sekaligus membuktikan hipotesis, diperoleh tingkat pengaruh sebesar 26,8%.

Kata Kunci : Program Life Skill, Keberfungsian Sosial.

UNIVERSITY OF NORTH SUMATERA FACULTY OF SOCIAL AND POLITICAL SCIENCE


(5)

DEPARTMENT OF SOCIAL WELFARE DEWI MARIANA

06092015

ABSTRACT

THE INFLUENCE OF LIFE SKILL AT YAYASAN AL JAM’IYATUL WASHLIYAH BINJAI TO THE SOCIAL FUNCTIONING OF

THE CARED CHILD

(Thesis consist of 6 chapters, 79 pages, 31 tables, 2 charts, 24 bibliographies and annexes)

The problem of unemployment in Indonesia is currently very poor condition. Indonesia ranks 133 in terms of unemployment rates in the world. Life skills program is a good effort in helping the government to reduce unemployment. One is the foundation of Al Jam'iyatul Washliyah Binjai that implement these programs to foster children. The aim is to improve the skills, knowledge and attitudes of citizens to study in certain occupations according to their talents, they would get the benefit for the ability to work / seek independent that can be equipped to improve the quality of life. Background of these two authors are interested to conduct research yan entitled "Influence Life Skill Program on Functionality of Foster Children. "

This research is an explanation study, namely by test whether one of variable has or not association to the other ones. In order to test the influence, the writer applies the data product moment analysis and coefficient determination. This research was conducted at Yayasan Al Jam’iyatul Washliyah Binjai Jalan Jenderal Ahmad Yani No. 35 Binjai with the number of population is 20 persons.

Based on the calculation, it obtain rxy = 0.518 or in another word the

correlation coefficient is positive means the increasing of one variable will followed by the increasing of another variable. The results of calculation through hypothesis test on product moment correlation coefficient in significant level of 5% (0.444) for n = 20 indicates that r-calculated is bigger than r-table or 0.518 > 0.444. Therefore, the alternative hypothesis is accepted and the null hypothesis is rejected means there is an influence of the life skill program at Yayasan Al Jam’iyatul Washliyah Binjai to the social Functioning of the cared child. Based on the Bungin term, the correlation coefficient r for 0.518 means that the influence of Life Skill Program at Yayasan Al Jam’iyatul Binjai to the social functioning of the cared child has a robust positive relationship. The calculation of coefficient determination to prove the hypothesis is 26.8%.


(6)

KATA PENGANTAR

Bismillaahirrohmaanirrohiim

Sesungguhnya segala puji hanya milik Allah ‘Azzawajalla, hanya kepada-Nya kita memuji, memohon pertolongan, dan pengampunan. Kepada-Nya pula kita berlindung dari segala kejahatan diri dan buruknya amal perbuatan. Barangsiapa yang diberikan Allah ‘Azzawajalla hidayah, maka tiada seorang pun yang mampu memberinya petunjuk. Aku bersaksi bahwa tiada Illah yang berhak diibadahi dengan benar kecuali Allah ‘Azzawajalla dan aku bersaksi bahwa Muhammad Sholallohu ‘Alaihi wa Sallam adalah hamba dan utusan-Nya.

Alhamdulillah, atas segala limpahan Rahmad dan Karunia-Nya, segala kemudahan yang diberikan Allah ‘ Azzawajalla kepada penulis baik berupa dukungan dari orang tua, keluarga, serta teman-teman maupun bantuan yang tidak terhingga dari berbagai pihak akhirnya karya ilmiah sederhana inidapat diselesaikan. Penulis menyadari, bahwa karya ilmiah sederhana ini masih jauh dari sempurna. Kesalahan dan kekurangan dalam tulisan maupun dalam penggunaan kaidah ilmiah sebuah penelitian menjadikan skripsi ini layak untuk dikoreksi dan ditinjau kembali kearah yang lebih baik. Oleh karena itu penulis memohon maaf atas segala kekhilafan dan mengharapkan masukan yang membangun bagi kesempurnaan skripsi ini.


(7)

Sepatutnya penulis menyampaikan terima kasih dan penghargaan kepada berbagai pihak yang turut membantu dan telah memberikan dukungan yang luar biasa, diantaranya :

1. Bapak Rektor Universitas Sumatera Utara yang telah memberikan kesempatan kepada penulis untuk mengikuti pendidikan di Universitas Sumatera Utara. Semoga Allah Subhanahu wa Ta’ala membalas bapak dan keluarga dengan segala kebaikan.

2. Bapak Prof. Dr. Badaruddin, M.Si, selaku Dekan Fakultas Ilmu Sosial dan Ilmu Politik Universitas Sumatera Utara yang telah memberikan kesempatan kepada penulis untuk mengikuti pendidikan di Fakultas Ilmu Sosial dan Ilmu Politik Universitas Sumatera Utara. Semoga Allah Subhanahu wa Ta’ala membalas bapak dan keluarga dengan segala kebaikan.

3. Kepada Ibu Hairani Siregar, S.Sos, M.SP selaku Ketua Departemen Ilmu Kesejahteraan Sosial Fakultas Ilmu Sosial dan Ilmu Politik Universitas Sumatera Utara Medan.

4. Kepada Bapak Drs. Matias Siagian, M.Si selaku dosen pembimbing. Pembimbingan yang beliau sampaikan dengan bijak dan sabar dalam mengarahkan dan mendorong dalam penyelesaian skripsi ini, sangat menambah referensi keilmuan penulis.

5. Kepada H. Nizamuddin, SH, Amiruddin Batubara dan staf-staf lainnya yang telah memberikan izin untuk penelitian di Yayasan Al Jam’iyatul Washliyah Binjai.


(8)

6. Kepada adik-adikku di Yayasan Al Jam’iyatul Washliyah Binjai yang telah merelakan waktu dan pikirannya untuk membantu penulis dalam mengisi kuesioner. Tanpa bantuan kalian maka skripsi ini tidak akan pernah selesai.

7. Kepada Bapak dan Ibu seluruh staff pengajar, terkhusus Departemen Ilmu Kesejahteraan Sosial FISIP USU, peranan bapak dan ibu sekalian selama proses perkuliahan yang penulis ikuti sangat menambah keilmuan penulis dalam bidang sosial dan bidang keilmuan lainnya. Semoga ilmu yang bapak dan ibu berikan kepada kami menjadi amal baik di sisi Allah Subhanahu wa Ta’ala.

8. Kepada Ibu Zuraida dan seluruh staff administrasi FISIP USU yang telah menjalankan tugas dan fungsi dengan baik, penulis mengucapkan terima kasih atas segala pelayanan yang telah bapak dan ibu berikan serta permohonan maaf penulis atas segala kesalahan selama berurusan berkaitan dengan administrasi.

9. Kepada ayahanda Bripka. Sunarto dan Ibunda tercinta Tina Melinda Hutagalung, S.Sos, yang telah membesarkan penulis dan selalu memberikan dukungan moril maupun materil dari masa kecil hingga sekarang, bersusah payah dan tanpa pamrih berbuat yang terbaik demi kemajuan anak-anaknya yang tidak akan mungkin penulis lupakan sampai akhir hayat.

10.Terkhusus buat sahabat ku de’Qhueba yaitu bhe, tante (moniq), opunk (diah), banyak pelajaran yang bisa penulis ambil selama satu geng bersama kalian. Terima kasih dan permohonan maaf penulis kepada kalian semua, terlalu banyak guyonan kita yang menorehkan luka, betapa banyak


(9)

canda tawa kita yang meruntuhkan wibawa yang semoga bisa kita ambil hikmah dan pelajaran.

11.Buat seluruh teman-teman di Ilmu Kesejahteraan Sosial terkhusus stambuk 2006 mulai dari nomor awal hingga akhir, seperti Ade, Gugus, Anang, Edo, Rahmad, Demol, Amad, Immanuel, Ananta, Hermanto. Dan juga teman yang sudah saya anggap saudara Alm. mas Agung, mas Dwinanda dan rekan lainnya yang tidak tersebutkan yang menjadi bagian yang tidak akan terpisahkan dalam hidup penulis.

12.Buat adikku, Reny Sasmitha dan Budhi Handoko, dan juga kakak sepupu ku kak Devi Panggabean yang senantiasa memberikan semangat kepada penulis selama penyelesaian skripsi ini. Dan buat kedelapan kucing ku yang telah memberikan kesenangan kepada penulis selama penyelesaian skripsi ini.

13.Terima kasih penulis ucapkan kepada semua pihak yang tidak dapat penulis sebutkan satu persatu, yang telah bersedia meluangkan waktu, tenaga dan pikirannya guna membantu penyelesaian skripsi ini. Kepada orang-orang yang dahulu sempat mengisi hari-hari penulis dan sempat memberikan warna abstrak pada kehidupan penulis, penulis memohon maaf atas segala kekhilafan yang pernah dilakukan.


(10)

Penulis menyadari bahwa skripsi ini masih jauh dari kesempurnaan, untuk itu penulis dengan segala kerendahan hati mengharapkan saran-saran maupun kritikan yang sifatnya membangun, akhirnya penulis sekali lagi mengucapkan terima kasih yang sebesarnya atas semua bantuannya. Penulis berharap, karya sederhana ini dapat memberikan manfaat bagi pembaca. Amin.

Medan, Maret 2011 Penulis,


(11)

DAFTAR ISI

Halaman HALAMAN PERSETUJUAN

ABSTRAK……….i

KATA PENGANTAR………...………...vii

DAFTAR ISI………..…..….viii

DAFTAR TABEL………..…….ix

DAFTAR GAMBAR………...xii

DAFTAR LAMPIRAN………....xiii

BAB I. PENDAHULUAN………...…1

1.1. Latar Belakang………..….1

1.2. Perumusan Masalah………....6

1.3. Tujuan Dan Manfaat Penelitian………...…...6

1.3.1 Tujuan Penelitian………..….6

1.3.2 Manfaat Penelitian………...6

1.4. Sistematika Penulisan………..…..6

BAB II. TINJAUAN PUSTAKA………..8

2.1. Life Skill……...………...……..8

2.1.1. Pengertian Life Skill……....………..………....8

2.1.2. Ciri Pendidikan Life Skill..………...11

2.1.3. Tujuan Life Skill………...12

2.1.4. Kriteria dan Sasaran Life Skill..………...13

2.1.5. Manfaat Life Skill...………...14

2.2. Panti Asuhan Sebagai Lembaga Sosial……….………..15


(12)

2.4. Keterampilan dan Keberfungsian Sosial...22

2.5. Kesejahteraan Sosial...25

2.6. Kerangka Pemikiran...27

2.7. Hipotesis...29

2.8. Defenisi Konsep...30

2.9. Defenisi Operasional...31

BAB III. METODE PENELITIAN…...………...33

3.1. Tipe Penelitian………...33

3.2. Lokasi Penelitian………...…...33

3.3. Populasi Penelitian...………....33

3.4. Teknik Pengumpulan Data………...34

3.5. Teknik Analisa Data………..…..35

BAB IV. DESKRIPSI LOKASI PENELITIAN………....36

4.1. Sejarah Singkat Berdirinya Yayasan……...………...36

4.2. Letak dan Kedudukan Lembaga……..………....37

4.3. Struktur Organisasi Lembaga………….………...37

4.4. Sumber Daya dan Sumber Dana Pengelolaan Yayasan ….…………...39

4.4.1.Jumlah Pengurus/Personil Panti...39

4.4.2.Sumber Dana /Keuangan Lembaga...40

4.5. Fasilitas Yayasan...…....………..41

4.6. Keadaan Umum Anak Asuh di Yayasan ………...……..42

4.6.1. Jumlah Anak Asuh...42

4.6.2. Identifikasi/Kategori Penerimaan Anak Asuh...43

4.7. Tujuan dan Kegiatan Pelayanan Yayasan...44


(13)

4.7.2. Kegiatan dalam Yayasan...44

4.8. Peran dan Fungsi Yayasan...46

4.9. Fungsi Panti Asuhan...47

4.10.Hubungan panti Asuhan dengan Lingkungan Sekitar...48

BAB V. ANALISA DATA..………..49

5.1. Karakteristik Umum Responden………..……...……….49

5.2. Pelaksanaan Program Kecakapan Hidup bagi Warga Binaan..…..……..55

5.3. Keberfungsian Sosial Setelah Mengikuti Program Kecakapan Hidup...64

5.4. Hipotesis...74

BAB VI. PENUTUP………..77

6.1.Kesimpulan ……….………...77

6.1.1.Saran………...78 DAFTAR PUSTAKA


(14)

DAFTAR TABEL

Halaman

Tabel 4.1. Jumlah Pengurus dan Personil Yayasan..………...38

Tabel 4.2. Fasilitas Yayasan Al Jam’iyatul Washliyah Binjai...40

Tabel 4.3. Klasifikasi Anak asuh Berdasarkan Tingkat Usia dan Pendidikan...41

Tabel 4.4. Identifikasi/Kategori Anak Asuh Berdasarkan Latar Belakang Menjadi Anak Asuh...42

Tabel 5.1. Distribusi Responden Berdasarkan Usia...48

Tabel 5.2. Distribusi Responden Berdasarkan Jenis kelamin...49

Tabel 5.3. Distribusi Responden Berdasarkan Suku Bangsa...50

Tabel 5.4. Distribusi Responden Berdasarkan Latar Belakang...51

Tabel 5.5. Distribusi Responden Berdasarkan Pekerjaan Orang Tua...52

Tabel 5.6. Distribusi Responden Berdasarkan Penghasilan Orang Tua...53

Tabel 5.7. Distribusi Responden Mengikuti Program Keterampilan...54

Tabel 5.8. Distribusi Responden mengenai Kecukupan Lama Waktu Pelatihan Program Life Skill...55

Tabel 5.9. Distribusi Responden Mengenai Cara Mengajar yang Dilakukan oleh pengajar...56

Tabel 5.10. Distribusi Responden Mengenai Kejelasan Materi yang Diajarkan Tenaga Pengajar...56

Tabel 5.11. Distribusi Responden Mengenai Kelengkapan Buku Panduan/Diklat yang Diberikan Yayasan...57


(15)

Tabel 5.12. Distribusi Responden Mengenai Frekuensi Bertanya Responden

Terhadap Materi yang Kurang Mengerti...58 Tabel 5.13. Distribusi Responden Mengenai Tingkat Kesulitan yang Dialami

dalam Mengikuti Program Life Skill...59 Tabel 5.14. Distribusi Responden Mengenai Keterampilan yan Lebih Disukai

Responden...60 Tabel 5.15. Pandangan Responden atas Penggunaan Komputer Satu Unit Setiap

Orang saat Pelatihan...61 Tabel 5.16. Pandangan Responden Terhadap Kelengkapan Peralatan untuk

Pelatihan Sablon...62 Tabel 5.17. Pandangan Responden Mengenai Kualitas Peralatan

Komputer/Sablon...63 Tabel 5.18. Pandangan Responden Mengenai Kesesuaian Keterampilan dengan

Kebutuhan... 64 Tabel 5.19. Distribusi Responden Berdasarkan Pekerjaan Sekarang... 65 Tabel 5.20. Kontribusi Keterampilan Dalam Upaya Memperoleh

Pekerjaan...67 Tabel 5.21. Kesesuaian Pekerjaan Responden dengan Keterampilan yang

Diperoleh...68 Tabel 5.22. Kesesuaian Pekerjaan dengan Bakat yang Dimiliki...68 Tabel 5.23. Distribusi Responden Berdasarkan Penghasilan...69 Tabel 5.24. Distribusi Responden Mengenai Kepada Siapa Penghasilan

Diberikan...70 Tabel 5.25. Distribusi Responden Berdasarkan Cukup Tidaknya Penghasilan


(16)

Tabel 5.26. Distribusi Responden Berdasarkan Pemenuhan Empat Sehat Lima Sempurna...72 Tabel 5.27. Perbandingan Kondisi Kehidupa n Saat Ini dengan Sebelum

Memperoleh


(17)

DAFTAR GAMBAR

Gambar 2.1 Kerangka Pemikiran…………...………..28 Gambar 4.6 Struktur Pemerintahan Dan Kepemimpinan Di Kelurahan Dataran


(18)

DAFTAR LAMPIRAN

1. Surat Keputusan Tentang Dosen Pembimbing Penulisan Proposal/Penelitian Skripsi

2. Surat Permohonan Izin Penelitian Kepada Kepala Yayasan Al Jam’iyatul Washliyah Binjai.

3. Surat Balasan dari Yayasan Al Jam’iyatul Washliyah Binjai. 4. Berita Acara Seminar Proposal Penelitian

5. Lembar Kegiatan Bimbingan Penelitian Penulisan Skripsi 6. Kuesioner Penelitian

7. Hitungan Variabel X 8. Hitungan Variabel Y 9. Kalkulasi Variabel X dan Y


(19)

DEWI MARIANA 060902015

ABSTRAK

PENGARUH PROGRAM LIFE SKILL YAYASAN AL JAM’IYATUL WASHLIYAH KOTA BINJAI TERHADAP KEBERFUNGSIAN SOSIAL

ANAK ASUH

(Skripsi terdiri dari 6 bab 79 halaman, 31 tabel, 2 bagan, 24 kepustakaan serta lampiran)

Masalah pengangguran di Indonesia kondisinya saat ini sangat memprihatinkan. Indonesia menempati urutan ke-133 dalam hal tingkat pengangguran di dunia. Program kecakapan hidup merupakan suatu upaya yang baik dalam membantu pemerintah mengurangi pengangguran. Salah satunya adalah Yayasan Al Jam’iyatul Washliyah Binjai yang melaksanakan program tersebut kepada anak asuhnya. Tujuannya adalah untuk meningkatkan keterampilan, pengetahuan dan sikap warga belajar di bidang pekerjaan tertentu sesuai dengan bakat, bermanfaat agar mereka memiliki bekal kemampuan untuk bekerja/berusaha mandiri yang dapat dijadikan bekal untuk meningkatkan kualitas hidupnya. Dilatarbelakangi hal tersebut maka penulis tertarik untuk mengadakan penelitian yan berjudul ”Pengaruh Program Life Skill Terhadap Keberfungsian Anak Asuh”.

Penelitian ini berbentuk Eksplanasi yaitu untuk menguji apakah suatu variabel berasosiasi ataukah tidak dengan variabel lainnya. Untuk menguji pengaruh tersebut, penulis menggunakan analisis data product moment dan koefisien determinasi. Penelitian dilaksanakan di Yayasan Al Jam’iyatul Washliyah Binjai Jalan Jenderal. Ahmad Yani No. 35 Binjai dengan jumlah populasi sebanyak 20 orang anak asuh.

Dari hasil perhitungan diperoleh rxy = 0,518 dengan kata lain kofisien korelasi bernilai positif yang artinya kenaikan variabel yang satu akan diikuti oleh kenaikan variabel yang lainnya. Hasil perhitungan melalui uji hipotesis pada tabel kofisien korelasi product moment taraf signifikan 5% (0,444) untuk n = 20 diperoleh bahwa ternyata r-hitung lebih besar dari r-tabel atau 0,518 > 0,444 sehingga hipotesis alternatif diterima dan hipotesis nol ditolak yang berarti terdapat pengaruh program life skill yayasan Al Jam’iyatul Washliyah Binjai terhadap Keberfungsian Sosial Anak asuh. Maka berdasarkan ketentuan Bungin, koefisien korelasi r sebesar 0,518 mempunyai arti bahwa pengaruh Program Life Skill Yayasan Al Jami’iyatul Binjai terhadap Keberfungsian Sosial Anak Asuh menunjukkan hubungan positif yang mantap. Hasil perhitungan koefisien determinasi yang digunakan untuk mengetahui sekaligus membuktikan hipotesis, diperoleh tingkat pengaruh sebesar 26,8%.

Kata Kunci : Program Life Skill, Keberfungsian Sosial.

UNIVERSITY OF NORTH SUMATERA FACULTY OF SOCIAL AND POLITICAL SCIENCE


(20)

DEPARTMENT OF SOCIAL WELFARE DEWI MARIANA

06092015

ABSTRACT

THE INFLUENCE OF LIFE SKILL AT YAYASAN AL JAM’IYATUL WASHLIYAH BINJAI TO THE SOCIAL FUNCTIONING OF

THE CARED CHILD

(Thesis consist of 6 chapters, 79 pages, 31 tables, 2 charts, 24 bibliographies and annexes)

The problem of unemployment in Indonesia is currently very poor condition. Indonesia ranks 133 in terms of unemployment rates in the world. Life skills program is a good effort in helping the government to reduce unemployment. One is the foundation of Al Jam'iyatul Washliyah Binjai that implement these programs to foster children. The aim is to improve the skills, knowledge and attitudes of citizens to study in certain occupations according to their talents, they would get the benefit for the ability to work / seek independent that can be equipped to improve the quality of life. Background of these two authors are interested to conduct research yan entitled "Influence Life Skill Program on Functionality of Foster Children. "

This research is an explanation study, namely by test whether one of variable has or not association to the other ones. In order to test the influence, the writer applies the data product moment analysis and coefficient determination. This research was conducted at Yayasan Al Jam’iyatul Washliyah Binjai Jalan Jenderal Ahmad Yani No. 35 Binjai with the number of population is 20 persons.

Based on the calculation, it obtain rxy = 0.518 or in another word the

correlation coefficient is positive means the increasing of one variable will followed by the increasing of another variable. The results of calculation through hypothesis test on product moment correlation coefficient in significant level of 5% (0.444) for n = 20 indicates that r-calculated is bigger than r-table or 0.518 > 0.444. Therefore, the alternative hypothesis is accepted and the null hypothesis is rejected means there is an influence of the life skill program at Yayasan Al Jam’iyatul Washliyah Binjai to the social Functioning of the cared child. Based on the Bungin term, the correlation coefficient r for 0.518 means that the influence of Life Skill Program at Yayasan Al Jam’iyatul Binjai to the social functioning of the cared child has a robust positive relationship. The calculation of coefficient determination to prove the hypothesis is 26.8%.


(21)

BAB I

PENDAHULUAN

1.1.Latar Belakang

Tingkat pertumbuhan penduduk sebesar 1,3 persen per tahun bukan saja merupakan lampu kuning bagi pemerintah. Kondisi ini memberi dampak luas bagi penyediaan pangan, pendidikan, kesehatan dan lapangan kerja. Belum lagi jumlah penduduk miskin dan pengangguran masih tinggi. Masalah yang muncul dari pengangguran tidak hanya terbatas pada aspek ekonomi dan ketenagakerjaan tetapi berimplikasi lebih luas, mencakup aspek sosial, psikologis dan bahkan politik. Peningkatan pengangguran berpengaruh besar terhadap kondisi negara secara keseluruhan, antara lain meningkatnya jumlah penduduk miskin.

Berdasarkan data Badan Pusat Statistik jumlah angkatan kerja menganggur pada tahun 2005 adalah 10,26 persen, sedangkan pada tahun 2007 diperkirakan bertambah 12,6 juta jiwa. Dengan demikian, jumlah penduduk miskin diperkirakan mencapai 45,7 juta jiwa. Angka ini berasal dari 1,6 juta pengangguran baru, menambah jumlah pengangguran yang sudah ada sebesar 11 juta. Angka 1,6 juta pengangguran itu berasal dari angkatan kerja yang tidak

tertampung oleh kesempatan kerja pada 2007 sebesar 1,4 juta orang (BPS, 2005 ).

Angka pengangguran tahun 2010 diperkirakan masih tinggi, berkisar antara 8-10%. Pertumbuhan ekonomi Indonesia tahun 2010 yang diproyeksikan 5 persen,


(22)

dinilai tidak cukup menyerap seluruh tenaga kerja yang memasuki usia kerja. “Tingkat pengangguran dan kemiskinan masih sangat tinggi, yaitu sebesar 8 hingga 10 persen untuk pengangguran dan 12 persen sampai 14 persen untuk tingkat kemiskinan,”. Untuk menjaga tingkat kemiskinan dan pengagguran pemerintah harus memperhatikan beberapa hal, antara lain adalah inflasi harus berkisar antara 4 persen sampai 6 persen. “Selain itu, suku bunga acuan Bank Indonesia (BI Rate) yang harus relatif rendah, yakni 5-7 persen, kemudian Defisit APBN yang mencapai 1 persen sampai 2 persen. Disamping itu, pemerintah juga harus menjaga nilai tukar rupiah Rp 9.700 – Rp 10.200 per USD. Dengan kondisi ekonomi yang stabil, tingkat pengangguran dan kemiskinan dapat ditekan. Hal lainnyastrategi pembangunan perlu diarahkan untuk penyediaan lapangan kerja, sehingga masalah kemiskinan dan pengangguran yang masih di atas 8 persen saat ini dapat diatasi secara mendasar dan martabat bangsa dapat benar-benar ditegakkan (BPS, 2010 ).

Masalah pengangguran saat ini masih memprihatinkan. Penyebab pengangguran di Indonesia antara lain adalah terletak pada masalah sumber daya manusia itu sendiri dan keterbatasan lapangan pekerjaan. Indonesia menempati urutan ke-133 dalam hal tingkat pengangguran di dunia. Semakin rendah peringkatnya maka semakin banyak pula jumlah pengangguran yang terdapat di negara tersebut. Fenomena pengangguran juga berkaitan erat dengan terjadinya pemutusan hubungan kerja, yang disebabkan antara lain: perusahaan yang menutup atau mengurangi volume usahanya akibat krisis ekonomi atau keamanan yang kurang kondusif, peraturan yang menghambat inventasi, hambatan dalam proses ekspor impor, dan lain-lain (Susanto, 2000).


(23)

Pada umumnya pengangguran umumnya disebabkan oleh jumlah angkatan kerja yang tidak sebanding dengan jumlah lapangan kerja. Pengangguran seringkali menjadi masalah dalam perekonomian karena dengan adanya pengangguran, produktivitas dan pendapatan masyarakat akan berkurang sehingga menimbulkan kemiskinan dan masalah-masalah sosial lainnya. Angkatan kerja yang sedang mencari pekerjaan tidak mampu memenuhi persyaratan-persyaratan yang diminta oleh dunia kerja.Selain itu juga kurang efektifnya informasi pasar kerja bagi para pencari kerja.

Rendahnya kualitas Sumber Daya Manusia (SDM) merupakan salah satu akar dari kemiskinan. Untuk mengatasi permasalahan tersebut, maka harus diambil langkah-langkah jangka panjang seperti, membangun dan mengembangkan mental SDM yang mandiri, dan berjiwa kompetitif. Pendidikan merupakan salah satu sarana mewujudkan upaya pengembangan SDM tersebut. Oleh sebab itu pemerintah perlu menjadikan pengembangan pendidikan sebagai prioritas utama dalam merencanakan program kerja pembangunan di masa mendatang (Danim, 2002: 89).

Selama ini pemerintah telah melakukan berbagai upaya peningkatan mutu pendidikan, antara lain melalui penyempurnaan kurikulum, pengadaan buku ajar, peningkatan mutu guru dan tenaga kependidikan, pengadaan fasilitas pendidikan seperti perpustakan, laboratorium, serta perbaikan dan peningkatan manajemen pendidikan, namun berbagai indikator menunjukka n bahwa mutu pendidikan masih belum meningkat secara signifikan.

Bukti tentang kebenaran laporan UNDP ini dapat dilihat dari tingginya angka drop out pendidikan di Indonesia. Untuk tahun 2001, dari sekitar 38,4 juta yang terdaftar di SD dan Madrasah, hanya 9,4 juta yang masuk ke SLTP, 5,6 juta kemudian


(24)

masuk ke SLTA dan akhirnya hanya sekitar 1,6 juta yang bisa meneruskan ke perguruan tinggi. Angka ini belum termasuk mereka yang kemudian drop out di tengah jalan. Masalah yang cukup serius adalah bahwa sebagian besar dari mereka yang drop-out tidak terserap oleh lapangan kerja yang tersedia. Salah satu penyebabnya adalah karena mereka tidak memiliki keterampilan memadai yang sesuai dengan tuntutan lapangan kerja yang tersedia

Salah satu institusi yang berkaitan langsung dengan peningkatan kualitas sumber daya manusia adalah Panti Asuhan. Panti asuhan tidak hanya sebagai tempat menimba ilmu, tetapi juga tempat peningkatan keterampilan. Hal ini bisa terlaksana karena panti asuhan memiliki kelebihan dari sekolah umum yang ada pada umumnya, antara lain:

/content/890056 diakses pada tanggal 26 Mei 2010 pada pukul 13.30)

a. Penyelengaraan pendidikan asuhan dalam bentuk asrama memungkinkan para anak asuh belajar disiplin, menjalin kebersamaan, tenggang rasa, toleransi, mandiri, dan sederhana karena fasilitas yang tersedia amat terbatas.

b. Selain memperoleh pendidikan agama dan budi pekerti anak asyh, juga memperoleh pendidikan umum, meskipun kadarnya masih sangat rendah jika dibandingkan dengan sekolah-sekolah umum.

c. Di panti asuhan diajarkan beberapa keterampilan sebagai bekal hidup mandiri, meski belum tentu sesuai dengan kebutuhan masyarakat yang sedang berubah serta model pembangunan ekonomi yang disebutkan sebelumnya. Dengan demikian, para lulusan pondok panti asuhan maupun mereka yang drop out lebih mandiri ketika kembali ke lingkungan masyarakatnya.


(25)

d. Sistem yang dikembangkan panti asuhan lebih memungkinkan para anak asuh berkompetisi secara realistis, dalam prestasi belajar berusaha dan bekerja. Pengembangan sikap egalitarian di kalangan para santri merupakan ciri dan kelebihan pondok panti asuhan.

e. Panti asuhan menciptakan ikatan persaudaraan antara para santri tanpa paksaan, dengan jangkauan yang luas dan panjang menjadi modal dasar terpenting dalam membangun masyarakat madani.

f. Sistem panti memungkinkan timbulnya semangat belajar tanpa henti. Mereka belajar agar mampu mengatasi persoalan-persoalan hidupnya (Soetomo, 2006 : 38).

Jika dilihat kelebihan panti asuhan dibandingkan dengan lembaga pendidikan lain maka program keterampilan hidup (life skill) sangat cocok untuk diterapkan dalam pendidikan di panti asuhan. Dengan memberikan keterampilan kepada anak asuh diharapkan dapat mengurangi angka pengangguran.

Melihat pentingnya program life skill ini, Pimpinan Yayasan Al Jam’iyatul Washliyah Binjai mencoba menjalankan program life skil tersebut di Yayasan Al Jam’iyatul Washliyah Binjai. Bimbingan life skill yang dilakukan Yayasan Al Jami’atul Washliyah Binjai ini adalah keterampilan komputer dan sablon. Keterampilan yang diberikan diharapkan menjadi bekal bagi anak asuh untuk memperoleh pekerjaan sehingga mampu menjalankan fungsional.. Hal inilah yang membuat peneliti tertarik melakukan penelitian di Yayasan Al Jam’iyatul Washliyah Binjai, dengan judul “Pengaruh Program Life Skill Yayasan Al Jam’iyatul Washliyah Binjai Terhadap Keberfungsian Sosial Anak Asuh.”


(26)

1.2 Perumusan Masalah

Berdasarkan uraian pada latar belakang, penulis merumuskan masalah penelitian sebagai berikut: Sejauh mana pengaruh program life skill Yayasan Al Jam’iyatul Washliyah Binjai terhadap keberfungsian sosial anak asuh ?

1.3Tujuan dan Manfaat Penelitian 1.3.1 Tujuan Penelitian

Adapun tujuan penelitian ini adalah untuk mengetahui pengaruh program life skill terhadap keberfungsian sosial anak asuh di Yayasan Al Jam’iyatul Washliyah Binjai.

1.3.2 Manfaat Penelitian

Hasil penelitian ini diharapkan dapat dijadikan sebagai refrensi dalam rangka memperbaiki kebijakan penanggulangan kemiskinan, acuan model pelaksanaan program pelatihan dalam rangka meningkatkan kualitas sumber daya manusia, khususnya mereka yang tidak memasuki perguruan tinggi.

1.4 Sistematika Penulisan

Penulisan penelitian ini disajikan dalam enam bab dengan sistematika sebagai berikut:

BAB I : PENDAHULUAN

Berisi latar belakang, perumusan masalah, tujuan dan manfaat penelitian, serta sistematika penulisan.


(27)

BAB II : TINJAUAN PUSTAKA

Bab ini berisikan uraian dan konsep yang berkaitan dengan masalah dan objek yang diteliti, kerangka pemikiran, defenisi konsep dan defenisi operasional.

BAB III : METODE PENELITIAN

Bab ini berisikan tipe penelitian, lokasi penelitian, teknik pengumpulan data, serta teknik analisa data.

BAB IV : DESKRIPSI LOKASI PENELITIAN

Bab ini berisikan sejarah singkat serta gambaran umum lokasi penelitian dan data-data lain yang turut memperkaya karya ilmiah ini. BAB V : ANALISA DATA

Bab ini berisikan tentang uraian data yang diperoleh dari hasil penelitian berserta dengan analisisnya.

BAB VI : PENUTUP

Bab ini berisikan kesimpulan dan saran yang bermanfaat sehubungan dengan penelitian yang telah dilakukan.


(28)

BAB II

TINJAUAN PUSTAKA

2.1. Life skill

2.1.1. Pengertian Life Skill

Menurut Tatang Amirin istilah skill diartikan sebagai keterampilan, padahal keterampilan mempunyai makna yang sama dengan kecakapan fisik dan pekerjaan tangan. Hal ini menyebabkan life skill sering dimaknai hanya sebagai vocational skill, keterampilan kerja-kejuruan (pertukangan) atau kemampuan yang perlu dimiliki oleh peserta didik agar mereka dapat segera bekerja mencari nafkah untuk kehidupannya. Pemahaman ini juga didukung oleh Muchlas Samani yang menyatakan: “Pengertian kecakapan hidup lebih luas dari keterampilan untuk bekerja. Baik orang yang bekerja maupun yang tidak bekerja tetap memerlukan kecakapan hidup, karena mereka pun menghadapi berbagai masalah yang harus dipecahkan. Setiap orang selalu menemui masalah yang memerlukan pemecahan (http://www.pkbmpls.wordpress.com /categorylife-skills,diakses pada tanggal 30 Oktober 2009 pukul 15.15).

Menurut Dirjen Pendidikan Luar Sekolah dan Pemuda pengertian life skill dapat dibagi menjadi dua kategori yaitu :


(29)

Life skill adalah interaksi berbagai pengetahuan dan kecakapan yang sangat penting dimiliki oleh seseorang sehingga mereka dapat hidup mandiri. Life skill di kelompokkan ke dalam tiga kelompok kecakapan sebagai berikut :

1. Kecakapan hidup sehari-hari, antara lain meliputi :

Pengelolaan kebutuhan pribadi, pengelolaan keuangan pribadi, pengelolaan rumah pribadi, kesadaran kesehatan, kesadaran keamanan, pengelolaan makanan bergizi, pengelolaan pakaian, kesadaran pribadi sebagai warga negara, pengelolaan waktu luang, rekreasi dan kesadaran lingkungan.

2. Kecakapan hidup sosial/pribadi, antara lain meliputi :

Kesadaran diri (minat, bakat, sikap, kecakapan), percaya diri, komunikasi dengan orang lain, tenggang rasa dan kepedulian dan pemecahan masalah, menemukan dan mengembangkan kebiasaan positif, kemandirian dan kepemimpinan.

3. Kecakapan hidup bekerja, antara lain meliputi:

Kecakapan memilih pekerjaan, perencanaan kerja, persiapan keterampilan kerja, latihan keterampilan, penguasaan kompetensi, menjalankan suatu profesi, kesadaran untuk menguasai dan menerapkan teknologi, merancang dan melaksanakan proses pekerjaan, dan menghasilkan produk barang dan jasa (Dirjen PLSP, Direktorat Tenaga Teknis, 2004: 4 ).

WHO (1997) mengemukakan kecakapan hidup adalah berbagai keterampilan/kemampuan untuk dapat beradaptasi dan berperilaku positif, yang memungkinkan seseorang mampu menghadapi berbagai tuntutan dan tantangan dalam hidupnya sehari-hari secara efektif. WHO mengelompokkan kecakapan hidup ke


(30)

dalam lima kelompok yaitu, kecakapan mengenal diri atau kecakapan pribadi, kecakapan sosial, kecakapan berpikir, kecakapan akademik, serta kecakapan kejuruan (Dirjen PLSP, Direktorat Tenaga Teknis, 2004: 5).

Berdasarkan uraian tersebut, dapat diketahui bahwa hakikat pendidikan kecakapan hidup dalam pendidikan nonformal adalah upaya meningkatkan keterampilan pengetahuan, sikap dan kemampuan yang memungkinkan warga belajar dapat hidup mandiri.

b. Pengertian Operasional

Istilah life skills menurut pengertian operasional adalah kecakapan yang dimiliki seseorang untuk mau dan berani menghadapi problema hidup dan penghidupan secara wajar tanpa merasa tertekan, kemudian secara proaktif dan kreatif mencari serta menemukan solusi sehingga akhirnya mampu mengatasinya.

Secara operasional, program kecakapan hidup dalam pendidikan non formal dipilih menjadi empat jenis yaitu:

1. Kecakapan pribadi (personal skill), yang mencakup kecakapan mengenal diri sendiri, kecakapan berpikir rasional, dan percaya diri.

2. Kecakapan sosial (social skill), seperti kecakapan melakukan kerjasama, bertenggang rasa, dan tanggungjawab sosial.

3. Kecakapan akademik (academic skill), seperti kecakapan dalam berfikir secara ilmiah, melakuka n penelitian, dan percobaan dengan pendekatan ilmiah.

4. Kecakapan vokasional (vocational skill) adalah kecakapan yang dikaitkan dengan bidang pekerjaan tertentu yang terdapat di masyarakat, seperti di bidang


(31)

jasa (perbengkelan, jahit menjahit), dan produksi barang tertentu seperti peternakan, pertanian, perkebunan (Dirjen PLSP, Direktorat Tenaga Teknis, 2004: 7).

2.1.2. Ciri Pendidikan Life Skill

Ada beberapa ciri pembelajaran pendidikan kecakapan hidup menurut Departemen Pendidikan Nasional (Depdiknas) yaitu sebagai berikut :

a. Terjadi proses identifikasi kebutuhan belajar. b. Terjadi proses penyadaran untuk belajar bersama.

c. Terjadi keselarasan kegiatan belajar untuk mengembangkan diri, belajar usaha mandiri dan usaha bersama.

d. Terjadi proses penguasaan kecakapan personal, sosial, vokasional, akademik, manajerial serta kewirausahaan.

e. Terjadi proses pemberian pengalaman melakukan pekerjaan dengan benar, hingga menghasilkan produk bermutu.

f. Terjadi proses interaksi saling belajar dari para ahli. g. Terjadi proses penilaian kompetensi.

h. Terjadi pendampingan teknis untuk bekerja atau membentuk usaha bersama ( Depdiknas, 2010)

Apabila dihubungkan dengan pekerjaan tertentu, life skill dalam lingkup pendidikan nonformal ditujukan pada penguasaan vokasional skills yang intinya terletak pada penguasaan keterampilan secara khusus. Apabila dipahami dengan baik,


(32)

maka dapat dikatakan bahwa life skills dalam konteks kepemilikan keterampilan secara khusus diperlukan oleh setiap orang. Ini berarti bahwa program life skill dalam pemaknaan program pendidikan nonformal diharapkan dapat menolong mereka memiliki harga diri mencari nafkah dalam konteks peluang yang ada di lingkungan.

2.1.3. Tujuan Life Skill

Dalam pelaksanaan program kecakapan hidup terdapat dua tujuan, yaitu : a. Tujuan Umum

Pendidikan kecakapan hidup yang diselenggarakan melalui jalur pendidikan non formal bertujuan meningkatkan keterampilan, pengetahuan dan sikap warga belajar di bidang pekerjaan/usaha tertentu sesuai dengan bakat, minat perkembangan fisik dan jiwa serta potensi lingkungan, sehingga mereka memiliki bekal kemampuan untuk bekerja atau berusaha mandiri yang dapat dijadikan bekal untuk meningkatkan kualitas hidupnya.

b. Tujuan Khusus

Memberikan pelayanan pendidikan kecakapan hidup kepada warga belajar agar: 1. Memiliki keterampilan, pengetahuan dan sikap yang dibutuhkan dalam

memasuki dunia kerja baik, bekerja mandiri (wirausaha) dan/atau bekerja pada suatu perusahaan produksi/jasa dengan penghasilan yang semakin layak untuk memenuhi kebutuhan hidupnya.

2. Memiliki motivasi dan etos kerja yang tinggi serta dapat menghasilkan karya-karya yang unggul dan mampu bersaing di pasar global.


(33)

3. Memiliki kesadaran yang tinggi tentang pentingnya pendidikan untuk dirinya sendiri maupun anggota keluarganya (Dirjen PLSP, Direktorat Tenaga Teknis, 2004: 9).

Mempunyai kesempatan yang sama untuk memperoleh pendidikan sepanjang hayat (life long education) dalam rangka mewujudkan keadilan di setiap lapisan masyarakat.

2.1.4. Kriteria dan Sasaran Life Skill a. Kriteria

Kriteria penyelenggaraan Program Pendidikan Kecakapan Hidup ini harus meliputi:

1. Penggalian berdasarkan karakteristik masyarakat dan potensi daerah setempat. 2. Pengembangan berdasarkan hasil identifikasi kebutuhan kelompok sasaran. 3. Adanya dukungan dari pemerintah setempat.

4. Prospektif untuk berkembang dan berkesinambungan.

5. Ketersediaan nara sumber teknis dan prasarana untuk praktek keterampilan yang memadai.

6. Memiliki dukungan lingkungan (perusahaan, lembaga pendidikan, dan lain-lain). 7. Memiliki potensi untuk mendapatkan dukungan pendanaan dari berbagai sektor. 8. Berorientasi pada peningkatan kompetensi keterampilan berusaha.


(34)

b. Sasaran

Adapun sasaran penyelenggaraan Program Pendidikan Kecakapan Hidup (life skill) ini adalah sebagai berikut:

1. Diprioritaskan bagi masyarakat usia 16 - 44 tahun yang tidak sekolah dan tidak bekerja.

2. Warga belajar binaan SKB (Sanggar Kegiatan Belajar) atau warga masyarakat putus atau tamat SD/SLTP.

3. Berasal dari keluarga miskin atau tidak mampu.

4. Memiliki minat dan bakat tertentu (Dirjen PLSP, Direktorat Tenaga Teknis, 2004: 14).

2.1.5. Manfaat Life Skill

Penyelenggaraan pendidikan kecakapan hidup (life skill) diarahkan pada pengentasan kemiskinan dan upaya memecahkan masalah pengangguran. Oleh karena itu, pemilihan keterampilan yang akan dipelajari oleh warga belajar didasarkan atas kebutuhan masyarakat, potensi lokal dan kebutuhan pasar, sehingga diharapkan memberikan manfaat yang positif bagi warga belajar, masyarakat sekitar dan pemerintah.

a. Manfaat bagi warga belajar

1. Memiliki keterampilan, pengetahuan, kemampuan dan sikap sebagai bekal berusaha sendiri atau bekerja pada perusahaan yang terkait.

2. Memiliki penghasilan yang dapat digunakan untuk menghidupi diri sendiri dan keluarganya.


(35)

3. Memiliki penghasilan yang dapat digunakan untuk meningkatkan profesionalisme dan atau melanjutkan pendidikan ke jenjang yang lebih tinggi.

4. Memiliki keterampilan, pengetahuan, kemampuan dan sikap positif bermanfaat, yang dapat ditularkan kepada sesama.

b. Manfaat bagi masyarakat 1. Pengangguran berkurang.

2. Tumbuhnya aneka mata pencaharian baru yang diusahakan oleh masyarakat sekitar.

3. Berkurangnya kesenjangan sosial. 4. Keamanan masyarakat membaik. c. Manfaat bagi pemerintah

1. Meningkatnya kualitas sumber daya manusia. 2. Produktivitas bangsa meningkat.

3. Mencegah urbanisasi.

4. Tumbuhnya kegiatan usaha ekonomi masyarakat.

5. Mencegah kerawanan sosial (Dirjen PLSP, Direktorat Tenaga Teknis, 2004: 11).

2.2. Panti Asuhan Sebagai Lembaga Sosial

Sebagai wadah pelaksanaan usaha-usaha kesejahteraan sosial, lembaga sosial memiliki tujuan, sasaran dan misi sesuai dengan bidang kegiatannya. Oleh karena itu


(36)

lembaga sosial memiliki klasifikasi dan karakteristik masing-masing sehingga bentuk-bentuk intervensi sosial berbeda satu sama lainnya (Nurdin, 1989:41).

Lembaga sosial adalah suatu sistem norma untuk mencapai suatu tujuan atau kegiatan yang oleh masyarakat dianggap penting atau secara formal, sekumpulan kebiasaan dan tata kelakuan yang berkisar pada suatu kegiatan pokok manusia (Horton, 1987:224).

Dari pengertian tersebut, dapat diketahui bahwa lembaga sosial mempunyai tujuan memenuhi kebutuhan masyarakat, dimana lembaga sosial tersebut, baik lembaga agama, politik, ekonomi, pendidikan mempunyai nilai-nilai atau norma-norma yang merupakan aturan dan pedoman tingkah laku yang mengatur kegiatan-kegiatan masyarakat untuk mencapai tujuan tertentu. Dimana norma dan nilai tersebut merupakan pola-pola perilaku yang harus dituruti dan dilaksanakan.

Panti asuhan, merupakan sebuah lembaga sosial, yang berfungsi : 1. Memberikan pedoman tingkah laku bagi anggota-anggotanya 2. Menjaga keutuhan masyarakat yang bersangkutan

3. Memberikan pegangan kepada masyarakat untuk mengadakan sistem pengendalian sosial (social control), yakni sistem pengawasan oleh masyarakat terhadap tingkah laku anggota-anggotanya ( Horton, 1987: 251).

Menurut John Lewis Gillin dan Jhon Philip Gillin ada enam ciri lembaga sosial, yaitu :

1. Lembaga sosial merupakan himpunan pola-pola pemikiran dan tingkah laku yang dicerminkan dalam kegiatan kemasyarakatan dan hasil-hasilnya. 2. Lembaga sosial mempunyai taraf kekelan tertentu.


(37)

3. Lembaga sosial mempunyai satu atau lebih tujuan.

4. Lembaga sosial mempunyai berbagai sarana untuk menepati tujuannya. 5. Lembaga sosial mempunyai simbol yang khas.

4. 6. Lembaga sosial mempunyai tradisi lisan maupun tertulis yang berisikan rumusan tujuan, sikap, dan tindak tanduk individu yang mengikuti lembaga tersebut ( Horton, 1987: 251).

Demikian halnya dengan lembaga sosial sebagai wadah pelaksanaan usaha kesejahteraan sosial yang memiliki tujuan dan sasaran dengan bidang kegiatannya. Lembaga atau organisasi sosial sebagai wadah kegiatan-kegiatan sosial merupakan salah satu unsur penting dalam proses intervensi sosial, di samping adanya pekerja sosial, profesi-profesi lain yang bekerja dalam bidang kesejahteraan sosial.

Lembaga sosial pada dasarnya merupakan perwujudan fungsi-fungsi kesejahteraan sosial yang melahirkan bentuk-bentuk program pelayanan yang bervariasi. Hal ini dapat dilihat dari bidang pelayanan sosial dalam praktek pekerja sosial. Dalam menjalankan fungsi-fungsinya, lembaga sosial dapat memberikan sanksi-sanksi dan sumber-sumber yang diperlukan oleh pekerja sosial dan profesi lainnya yang terkait dalam menjalankan kegiatan praktek (Nurdin, 1989: 41).

Sumber-sumber yang disediakan lembaga sosial adalah dana, tempat, tenaga kerja dan fasilitas-fasilitas lainnya. Dalam hal ini, lembaga kesejahteraan sosial mempunyai tujuan dan misi yang berbeda dengan lembaga sosial lainnya.


(38)

Sebagai organisasi formal yang menjalankan fungsi dan tugasnya, lembaga kesejahteraan sosial perlu dilengkapi prasarana dan sarana yang merupakan isi standar, yaitu:

1. Tempat, gedung dan peralatan sera fasilitas-fasilitas yang memadai.

2. Tenaga administrasi yang cakap dan tersedianya tenaga profesional yang bertanggung jawab terhadap pelayanan kepada klien.

3. Program kegiatan yang jelas, baik yang menyangkut jangka panjang atau jangka pendek.

4. Tata laksana kesejahteraan sosial yang teratur dan tertib (Sumarnonugroho, 1987: 57).

Salah satu fungsi lembaga kesejahteraan sosial adalah kesejahteraan anak, yaitu bimbingan sosial dan pelayanan panti untuk anak, yang mencakup anak-anak terlantar yang tergantung pada bantuan orang lain, anak-anak-anak-anak di luar pernikahan yang sah yang menjalani persoalan perilaku yang serius (Sumarnonugroho, 1987: 46).

Dari batasan di atas dapat diketahui bahwa pelayanan panti asuhan merupakan wujud dari fungsi lembaga kesejahteraan sosial dalam menangani berbagai masalah kesejahteraan anak, khususnya anak-anak terlantar dan salah satu lembaga sosial yang biasa menangani anak terlantar adalah panti asuhan.

Panti asuhan adalah lembaga atau unit kerja pelayanan kesejahteraan bagi pembinaan anak yatim piatu, anak yatim, anak piatu, anak terlantar atau kurang terurus dalam pemenuhan kebutuhan jasmani, rohani dan sosialnya secara wajar (Marpaung, 1988: 52).


(39)

Adapun fungsi dari panti asuhan adalah sebagai berikut: 1.Fungsi perlindungan

Menghindarkan anak dari keterlantaran, perlakuan kekejaman atau semena-mena dari orang tua atau walinya.

2. Fungsi Pendidikan

Membimbing dan mengembangkan kepribadian anak asuh secara wajar melalui berbagai keahlian, teknik dan penggunaan fasilitas-fasilitas sosial untuk tercapainya pertumbuhan dan perkembangan fisik, rohaniah dan sosial anak asuh. 3. Fungsi Pengembangan

Mengembangkan kemampuan atau potensi anak asuh sesuai dengan situasi dan kondisi lingkungan yang baik sehingga anak tersebut dapat menjadi anggota masyarakat yang hidup layak dan penuh tanggungjawab terhadap dirinya, keluarga maupun masyarakat.

4. Fungsi Pencegahan

Menghindarkan anak asuh dari pola-pola tingkah laku sosial yang bersifat menghambat atau negatif dengan mendorong lingkungan sosialnya untuk mengembangkan pola-pola tingkah laku yang wajar melalui kegiatan penyuluhan dan bimbingan sosial (Marpaung, 1988: 69).

2.3. Keberfungsian Sosial

Istilah keberfungsian sosial mengacu pada cara-cara yang dipakai oleh individu akan kolektivitas seperti keluarga dalam bertingkah laku agar dapat melaksanakan tugas-tugas kehidupannya serta dapat memenuhi kebutuhannya. Juga dapat diartikan sebagai kegiatan-kegiatan yang dianggap penting dan pokok bagi


(40)

penampilan beberapa peranan sosial tertentu yang harus dilaksanakan oleh setiap individu sebagai konsekuensi dari keanggotaannya dalam masyarakat. Penampilan dianggap efektif di antarannya jika suatu keluarga mampu melaksanakan tugas-tugasnya, keberfungsian sosial adalah kemampuan seseorang dalam melaksanakan tugas dan peranannya selama berinteraksi dalam situasi social tertentu berupa adanya rintangan dan hambatan dalam mewujudkan nilai dirinnya mencapai kebutuhan hidupnya.

Keberfungsian sosial keluarga mengandung pengertian pertukaran dan kesinambungan, serta adaptasi resprokal antara keluarga dengan anggotannya, dengan lingkungannya, dengan tetangganyadan lain-lain. Kemampuan berfungsi sosial secara positif dan adaptif bagi sebuah keluarga salah satunya jika berhasil dalam melaksanakan tugas-tugas kehidupan, peranan dan fungsinya terutama dalam sosialisasi terhadap anggota keluarganya (htp://www.keberfungsian-sosialpage 1 htm, di akses pada tanggal 4 juni 2010 pukul 10.45)

Keberfungsian sosial di bagi kedalam beberapa kriteria yaitu : a. Dapat melaksanakan peran

b. Dapat memenuhi kebutuhan c. Dapat memecahkan masalah d. Dapat mewujudkan aspirasi

Keberfungsian sosial sering dipandang sebagai kemampuan dalam melaksanakan peranan sosial. Keberfungsian sosial dapat dipandang sebagai


(41)

penampilan dan pelaksanaan peranan yang diharapkan sebagai anggota suatu kolektivitas.

Aspek Keberfungsian Sosial meliputi: a. Status Sosial

Setiap orang pasti mempunyai status sosial. Status sosial bersifat jamak. misalnya, sebagai orang tua, suami, atau pegawai.

b. Interaksional

Setiap status sosial yang dimiliki mempunyai pasangan dan berinteraksi dengan pasangannya. Misalnya: Interaksi orang tua dan anak, suami dan istri, atasan dengan bawahan.

c. Tuntutan dan Harapan

Setiap status sosial pada dasarnya menuntut tingkah laku yang harus dilaksanakan sesuai dengan norma atau nilai dimana orang tersebut berada. Misalnya, status sosial orang tua dituntut dapat mendidik anak, memberi contoh, menjamin kesehatan, dan sosialisasi.

d. Tingkah laku

Setiap orang dituntut dapat melaksanakan peran atau tingkah laku sesuai dengan statusnya. Ketidaksesuaian antara peranan yang ditampilkan dengan yang diharapkan dapat bersifat positif dan negatif. Tingkah laku manusia biasanya dipengaruhi oleh faktor internal yaitu individu itu sendiri, ekternal yaitu lingkungan sosial, fundamental. Faktor tersebut saling berinteraksi dan bergantung sehingga membentuk tingkah laku manusia yang kompleks. Suatu tingkah laku pada prinsipnya mempunyai sebab dan akan menimbulkan akibat.


(42)

e. Situasional

Orang bertingkah laku selalu dalam konteks situasi sosial. Situasi sosial merupakan kesatuan dasar yang memungkinkan terjadinya interaksi sosial. Situasi sosial merupakan kombinasi antara masyarakat dengan setting seseorang dikatakan tidak berfungsi sosial adalah orang yang tingkah lau atau peranan yang diharapkan masyarakat sesuai dengan status soial yang mereka miliki (htp://www.keberfungsian-sosialpage 3 htm, di akses pada tanggal 4 juni 2010 pukul 10.45)

Keberfungsian sosial dipandang sebagai kemampuan untuk memenuhi kebutuhan. Orang selalu dihadapkan pada usaha untuk memenuhi kebutuhannya. Keberfungsian sosial juga mengacu pada cara-cara yang digunakan oleh individu maupun kolektivitas dalam memenuhi kebutuhan hidup mereka.

2.4. Keterampilan dan Keberfungsian Sosial

Menurut Sudjana (1996:17), keterampilan adalah pola kegiatan yang bertujuan, yang memerlukan manipulasi dan koordinasi informasi yang dipelajari. Keterampilan bergerak dari yang sangat sederhana ke yang sangat kompleks.

Keterampilan dapat dibedakan menjadi dua macam, yaitu psikomotor dan intelektual. Keterampilan psikomotor antara lain adalah menggergaji, mengecat tembok, menari, mengetik. Sedangkan keterampilan intelektual ialah memecahkan soal hitungan, melakukan penelitian, membuat kesimpulan dan sebagainya. Namun, sebenarnya hampir semua keterampilan terdiri atas kedua unsur tersebut. Hanya saja


(43)

ada keterampilan yang lebih menonjol unsur psikomotornya sedangkan keterampilan yang lain lebih menonjol unsur intelektualnya.

Keterampilan merupakan mata pelajaran yang memberikan kesempatan kepada anak asuh untuk terlibat dalam berbagai pengalaman apresiasi maupun pengalaman berkreasi untuk menghasilkan suatu produk berupa benda nyata yang bermanfaat langsung bagi kehidupan mereka. Dalam pelatihan keterampilan, anak asuh melakukan interaksi dengan benda-benda produk kerajinan dan teknologi yang ada di lingkungannya, dan kemudian berkreasi menciptakan berbagai produk kerajinan maupun produk teknologi, sehingga diperoleh pengalaman konseptual, pengalaman apresiatif dan pengalaman kreatif. Dalam hal ini, pembelajaran keterampilan dirancang sebagai proses komunikasi belajar untuk mengubah perilaku anak asuh cekat, cepat dan tepat melalui pembelajaran kerajinan, teknologi rekayasa dan teknologi pengolahan (Sudjana, 1996:17 )

Perilaku terampil ini dibutuhkan dalam keterampilan hidup manusia di masyarakat. Melihat uraian tersebut, secara substansi bidang keterampilan mengandung kinerja kerajinan dan teknologis. Istilah kerajinan berangkat dari kecakapan melaksanakan, mengolah dan menciptakan dengan dasar kinerja keterampilan psimotorik. Maka, keterampilan kerajinan berisi kerajinan tangan membuat benda pakai atau fungsional. Keterampilan teknologi terdiri dari teknologi rekayasa dan teknologi pengolahan. Teknologi Rekayasa berisi keterampilan menguraikan dan menyusuri kembali hasil teknologi seperti otomotif, elektronika,


(44)

ketukangan, maupun mesin. Keterampilan teknologi pengolahan yaitu keterampilan mengubah fungsi-fungsi, bentuk, sifat, kualitas bahan maupun perilaku obyek.

Pelatihan keterampilan komputer, yayasan bekerja sama dengan teknisi komputer untuk memberikan pengetahuan tentang komputer. Selain itu yayasan bekerja sama dengan rental komputer ataupun agen pejualan komputer untuk magang di tempat mereka, sehingga selain memahami ilmu dasar dan penggunaan komputer, anak asuh juga mengetahui ilmu perakitan dan servis komputer. Dengan cara itu mereka bisa mengelola rental komputer yang ada di panti atau setelah lulus kelak, mereka dapat membuka usaha sendiri.

Pelatihan keterampilan sablon dan percetakan, dengan mendatangkan praktisi sablon atau percetakan ke yayasan dan mengajarkan ilmu mereka langsung kepada para anak asuh. Anak asuh bisa menyablon spanduk atau mencetak undangan untuk kegiatan yayasan, sehingga dana penyablonan atau pencetakan undangan bisa dialokasikan untuk pengembangan peralatan sablon atau percetakan. Anak asuh yang sudah mahir bisa menerima pesanan dari luar sehingga bisa menambah pendapatan.

Keberfungsian membawa maksud tertentu bagi setiap anggota masyarakat kepada sistem dalam masyarakatnya dan akibat yang dihasilkan terhadap orang lain. Fungsi juga membawa maksud tugas atau keadaan yang menyebabkan proses adaptasi dan penyelarasan kepada sesuatu sistem belaku. Keberfungsian sosial secara keseluruhan membawa maksud satu aktiviti yang sangat penting dalam melengkapkan hubungan di antara komponen-komponen pengalaman sosial dalam kehidupan seharian. Keberfungsian sosial memainkan peranan penting dalam aspek kehidupan masyarakat. Tanpa keberfungsian sosial, kehidupan masyarakat akan menjadi tidak


(45)

teratur dan tidak stabil. Keberfungsian sosial lebih melihat kepada bagaimana sesuatu proses sosialisasi itu memberi dampak kepada persekitarannya. Komponen- komponen utama yang wajib ada untuk menilai sejauh mana keberkesanan keberfungsian sosial itu adalah status sosial, kelompok sosial dan institusi sosial (Dawam: 1995)

Pelatihan keterampilan komputer dan sablon akan menghasilkan keberfungsian sosial yang baik bagi anak asuh di Yayasan Al Jam’iyatul Washliyah Kota Binjai yaitu meningkatnya keterampilan hidup anak asuh, pemenuhan kebutuhan hidup (sandang, pangan, papan), peningkatan pendapatan dan taraf hidup anak asuh serta tabungan anak asuh.

Dengan bekal kecakapan hidup yang baik, diharapkan para lulusan akan mampu memecahkan problema kehidupan yang dihadapinya, termasuk mencari atau menciptakan pekerjaan bagi mereka yang tidak melanjutkan pendidikannya ke perguruan tinggi .

2.5. Kesejahteraan Sosial

Kesejahteraan sosial sering diidentikkan dengan kesejahteraan ,masyarakat dan kesejahteraan umum. Kesejahteraan sosial dalam artian yang sangat luas mencakup berbagai tindakan yang dilakukan manusia untuk mencapai tingkat masyarakat yang lebih baik.

Menurut Walter A. Friedlander (dalam Muhidin, 1992:1), pengertian Kesejahteraan Sosial adalah sistem yang terorganisir dari pelayanan-pelayanan sosial dan lembaga-lembaga yang bertujuan untuk membantu individu dan kelompok untuk mencapai standart hidup dan kesehatan yang memuaskan dan reaksi-reaksi pribadi


(46)

dan sosial yang memungkinkan mereka mengembangkan kemampuannya sepenuh mungkin dan meningkat kesejahteraan selaras dengan kebutuhan keluarga dan masyarakat. Secara yuridis kosepsional, menurut Undang-Undang Kesejahteraan Sosial Nomor 11 pasal 1 ayat 1 menyatakan Kesejahteraan Sosial adalah kondisi terpenuhinya kebutuhan material, spiritual, dan sosial warga negara agar dapat hidup layak dan mampu mengembangkan diri, sehingga dapat melaksanakan fungsi sosialnya.

Pengertian lain juga dapat dikembangkan dari hasil Pre-Conference Working for the 15Th Internasional Conference of Social Welfare ( Sulistiati dalam Huda, 2009:73) yaitu Kesejahteraan Sosial adalah Keseluruhan usaha sosial yang terorganisir dan mempunyai tujuan utama untuk meningkatkan taraf hidup masyarakat berdasarkan konteks sosialnya. Didalamnya tercakup pula unsur kebijakan dan pelayanan dalam arti luas yang terkait dengan berbagai kehidupan dalam masyarakat, seperti pendapatan, perumahan, kesehatan, rekreasi, dan lain sebagainya.

Menurut Elizabet Wickenden, Kesejahteraan Sosial adalah peraturan perundangan, program, tunjangan, dan pelayanan, yang menjamin, atau memperkuat pelayanan untuk memenuhi kebutuhan sosial yang mendasar dari masyarakat serta menjaga ketentraman dalam masyarakat.

Berdasarkan defenisi tersebut dapat dimbil kesimpulan bahwa Kesejahteraan Sosial mencakup berbagai usaha yang dikembangkan untuk meningkatkan taraf hidup manusia, baik itu dibidang fisik, mental, emosial, sosial ekonomi, ataupun kehidupan spiritual.


(47)

2.6. Kerangka Pemikiran

Program keterampilan hidup atau life skill sangat cocok untuk diterapkan dalam pendidikan di panti asuhan. Life skill merupakan suatu upaya yang baik dalam upaya pemerintah mengurangi pengangguran. Dengan memberikan anak asuh yang merupakan penghuni panti asuhan sebuah keterampilan hidup diharapkan dapat mengurangi angka pengangguran tersebut. Yayasan Al Jam’iyatul Washliyah Binjai mencoba menjalankan program life skill tersebut di Yayasan Al Jam’iyatul Washliyah Binjai. Adapun bimbingan life skill yang dilakukan oleh Yayasan Al Jam’iyatul Washliyah Binjai yang diberikan oleh anak asuh ini berupa keterampilan komputer dan sablon.

Pentingnya pembekalan kecakapan hidup bagi masyarakat pada umumnya telah mendapat pengakuan dari para pakar yang berkecimpung di dunia pendidikan. Penegasan tentang pentingnya kecakapan hidup dapat dilihat pada Pokok-Pokok Deklarasi Dakkar Tahun 2000 tentang Pendidikan untuk semua yang menunjukkan adanya hak bagi setiap warga negara, baik anak-anak maupun orang dewasa, untuk memperoleh kesempatan yang adil dalam mengikuti pendidikan kecakapan hidup, dan adanya kewajiban bagi setiap negara untuk menyediakan, memperbaiki, meningkatkan dan menjamin kualitas penyelenggaraan pendidikan kecakapan hidup, terutama kecakapan hidup yang bersifat penting, sehingga masyarakat dapat merasakan manfaatnya secara merata.

Kecakapan hidup adalah upaya untuk meningkatkan pengetahuan, keterampilan, sikap dan kemampuan yang memungkinkan peserta didik dapat hidup


(48)

mandiri. Penyelenggaraan pendidikan kecakapan hidup didasarkan atas lima pilar pendidikan, yaitu: learning to know (belajar untuk memperoleh pengetahuan), learning to learn (belajar untuk tahu cara belajar), learning to do (belajar untuk dapat berbuat/melakukan pekerjaan), learning to be (belajar agar dapat menjadi orang yang berguna sesuai dengan minat, bakat dan potensi diri), dan learning to live together (belajar untuk dapat hidup bersama dengan orang lain).

Anak asuh yang menerima program life skill diharapkan mampu belajar untuk meningkatkan pengetahuan dan keterampilan yang diminatinya, dapat menumbuhkan kemandirian, dapat menghasilkan sebuah karya, memanfaatkan pengetahuan dan keterampilan tersebut untuk meningkatkan kualitas hidupnya serta membantu orang lain yang membutuhkannya.

Oleh sebab itu, maka program life skill ini sangat penting dalam upaya peningkatan dan kesejahteraan masyarakat. Hal inilah yang kemudian menjadi latar belakang peneliti untuk melihat peran program life skill terhadap keberfungsian sosial anak asuh.


(49)

Program Life Skill yang diberikan oleh Yayasan Al Jam’iyatul Washliyah Binjai

berupa : 1. Pelatihan Komputer

2. Pelatihan Sablon menyablon

Anak Asuh yang menerima program life skill oleh Yayasan Al Jam’iyatul Washliyah

Binjai

Keberfungsian Sosial : a. Peningkatan keterampilan hidup anak asuh. b. Peningkatan pendapatan anak asuh.

c. Kemampuan pemenuhan kebutuhan hidup berupa: sandang, pangan, papan.

Berdasarkan uraian tersebut maka dapat digambarkan ke dalam kerangka pemikiran sebagai berikut :

Bagan 2.1 Kerangka Pemikiran

2.6. Hipotesis

Hipotesis adalah dugaan logis sebagai kemungkinan pemecahan masalah yang hanya dapat diterima sebagai kebenaran yang telah diuji kenyataan fakta-fakta atau kenyataan-kenyataan yang sesuai dengan tujuan tersebut (Nawawi: 1998: 75).


(50)

Berdasarakan acuan dari kerangka pemikiran, peneliti merumuskan hipotesis sebagai berikut:

Ho : Tidak terdapat pengaruh terhadap keberfungsian sosial anak asuh di Yayasan Al Jam’iyatul Washliyah Binjai.

Ha : Terdapat pengaruh terhadap keberfungsian sosial anak asuh di Yayasan Al Jam’iyatul Washliyah Binjai.

2.7. Defenisi Konsep

Konsep merupakan abstraksi mengenai fenomena yang dirumuskan atas dasar generalisasi dari sejumlah karakteristik, kejadian, keadaan kelompok atau individu tertentu (Singarimbun, 1981: 32). Definisi konsep bertujuan untuk merumuskan dan mendefenisikan istilah-istilah yang digunakan secara mendasar agar tercipta suatu persamaan presepsi dan menghindari salah pengertian yang dapat mengaburkan tujuan penelitian ini.

Untuk mengetahui pengertian mengenai konsep-konsep yang digunakan dalam penelitian ini, maka peneliti membatasi konsep yang digunakan sebagai berikut : a. Pengaruh adalah suatu kondisi yang timbul akibat tindakan-tindakan yang

dilakukan yang ikut membentuk cara berfikir, sikap dan perbuatan seseorang dan atau masyarakat yang diarahkan pada tercapainya tujuan-tujuan yang telah digariskan dalam keputusan kebijaksanaan dan pelaksanaan program.

b. Program life skill adalah suatu program yang ditujukan untuk memberikan kecakapan yang dimiliki seseorang untuk mau dan berani menghadapi problema hidup dan penghidupan secara wajar tanpa merasa tertekan, kemudian secara


(51)

proaktif dan kreatif mencari serta menemukan solusi sehingga akhirnya mampu mengatasinya.

c. Keberfungsian sosial adalah kegiatan-kegiatan yang dianggap penting dan pokok bagi penampilan beberapa peranan sosial tertentu yang harus dilaksanakan oleh setiap individu sebagai konsekuensi dari keanggotaannya dalam masyarakat. d. Anak asuh adalah anak yang berasal dari keluarga prasejahtera ataupun yang

sudah tidak memiliki orangtua dan mendapatkan pengasuhan di Yayasan Al Jam’iyatul Washliyah Binjai. Dalam penelitian, anak asuh yang dimaksud adalah anak asuh yang mendapatkan bantuan program life skill.

e. Yayasan Al Jam’iyatul Washliyah Binjai adalah suatu yayasan yang berada di Jalan Jenderal Ahmad Yani No. 35 Binjai dimana yayasan ini berfungsi sebagai wadah partisipasi sosial yang menampung, mengasuh, mendidik dan membina warga masyarakat yang mengalami masalah Kesejahteraan Sosial, antara lain: Fakir miskin, anak terlantar, anak yatim, anak piatu, dan anak yatim piatu yang berasal dari wilayah Propinsi Sumatera Utara dan Nangroe Aceh Darussalam.

2.8. Defenisi Operasional

Defenisi operasional merupakan penelitian yang memberitahukan bagaimana cara mengukur suatu variabel (Singarimbun, 1989: 49). Bertujuan untuk memudahkan penelitian dalam melaksanakan penelitian di lapangan. Maka perlu operasionalisasi dari konsep-konsep yang digunakan untuk bertujuan menggambarkan perilaku atau gejala yang dapat diamati dengan kata-kata yang dapat diuji dan diketahui kebenarannya oleh orang lain.


(52)

Variabel x dalam penelitian ini adalah program life skill Yayasan Al Jam’iyatul Washliyah Binjai :

a. Upaya-upaya yang dilakukan terhadap usaha peningkatan keterampilan hidup. b. Pelaksanaan program life skill berupa :

- Pelatihan komputer

- Pelatihan sablon menyablon

c. Pengadaan sarana dan prasarana dalam pelaksanaan program life skill berupa pengadaan komputer dan peralatan sablon.

d. Pendekatan terhadap anak asuh berupa cara pengajaran, pemberian motivasi serta konseling terhadap kendala-kendala yang dialami selama mengikuti program.

Variabel y dalam penelitian ini adalah keberfungsian sosial anak asuh Yayasan Al Jam’iyatul Washliyah Binjai :

1.Peningkatan keterampilan hidup anak asuh. 2.Peningkatan pendapatan anak asuh.

3.Kemampuan pemenuhan kebutuhan hidup berupa : sandang, pangan, papan. 4.Tabungan anak asuh


(53)

BAB III

METODE PENELITIAN

3.1. Tipe Penelitian

Penelitian ini adalah tipe penelitian eksplanasi yaitu untuk menguji hubungan antara variabel yang dihipotesiskan atau mengetahui apakah sesuatu variabel berasosiasi ataukah tidak dengan variabel lainnya untuk memperkuat hipotesis tersebut, akan dianalisis secara kuantitatif, sehingga diharapkan dapat menjelaskan hubungan dan pengaruh suatu gejala dengan gejala lain (Faisal, 2007: 21).

3.2 Lokasi Penelitian

Penelitian ini dilakukan di Yayasan Al Jam’iyatul Washliyah Binjai yang beralamat di Jalan Jenderal. Ahmad Yani No. 35 Binjai. Adapun alasan peneliti melakukan penelitian di lokasi ini adalah karena Yayasan Al Jam’iyatul Washliyah Binjai merupakan salah satu Yayasan yang menampung anak asuh serta menjalankan program life skill.

3.3. Populasi Penelitian

Populasi adalah keseluruhan objek penelitian terdiri dari manusia, benda-benda, hewan, tumbuh-tumbuhan, gejala atau peristiwa-peristiwa sebagai sumber data yang memiliki karakteristik tertentu dalam suatu penelitian (Nawawi, 1998 : 141). Populasi dari penelitian ini adalah anak asuh yang telah mengikuti pelaksanaan program ini yaitu berjumlah 20 orang. Keseluruhan populasi penelitian diambil datanya untuk dianalisis.


(54)

3.4. Teknik Pengumpulan Data

Untuk memperoleh data yang diperlukan dalam penelitian digunakan teknik sebagai berikut :

1. Teknik pengumpulan data sekunder

Dengan cara studi pustaka yaitu dengan mengumpulkan informasi yang menyangkut masalah yang diteliti dengan mempelajari dan menelaah buku, jurnal, blog, website ataupun tulisan yang ada kaitannya dengan masalah yang diteliti.

2. Teknik pengumpulan data primer

Dengan cara studi lapangan yaitu merupakan pengumpulan data yang diperoleh melalui penelitian dengan turun langsung ke lokasi penelitian untuk mencari fakta yang berkaitan dengan masalah yang diteliti, yaitu :

a. Observasi, yaitu pengamatan langsung terhadap objek yang diteliti untuk mendapatkan gambaran yang tepat mengenai objek penelitian.

b. Kuesioner, yaitu teknik pengumpulan data yang dilaksanakan dengan menyebarkan angket kepada sampel.

c. Wawancara, yaitu dimaksudkan untuk mengajukan pertanyaan secara tatap muka dengan responden yang bertujuan untuk melengkapi data yang diperlukan.

Data penelitan ini, teknik yang lebih dominan digunakan adalah teknik pengumpulan data primer. Hal ini dikarenakan peneliti ingin mendapatkan data secara langsung dari anak asuh penerima program pendidikan life skill sehingga diharapkan data yang diperoleh merupakan data yang sebenarnya.


(55)

3.5. Teknik Analisis Data

Teknik analisa data yang digunakan untuk uji hipotesis dalam penelitian ini adalah analisa Product Moment, yaitu :

( )

              −               −       − =

= = = = = = 2 n 1 i n 1 i 2 1 2 n 1 i n 1 i 2 1 n 1 i n 1 i xy Yi Y n Xi X n Yi Xi XiYi n R Keterangan :

Rxy = Koefisiensi korelasi Product Moment n = Jumlah individu dan sampel

x = Angka Mentah untuk variabel x y = Angka Mentah untuk variabel y

Menurut Bungin (2005: 184), untuk menggambarkan jenis hubungan digunakan ketentuan sebagai berikut :

1. + 0,70 ─ ke atas = Hubungan positif yang sangat kuat 2. + 0,50 ─ 0,69 = Hubungan positif yang mantap 3. + 0,30 ─ 0,49 = Hubungan positif yang sedang 4. + 0,70 ─ 0,29 = Hubungan positif yang tak berarti 5. 0,0 = Tidak ada hubungan

6. – 0,01─ -0,09 = Hubungan negatif tak berarti 7. – 0,10─ -0,29 = Hubungan negatif yang rendah 8. – 0,30─ -0,49 = Hubungan negatif yang sedang 9. – 0,50─ -0,59 = Hubungan negatif yang mantap 10. – 0,70─ -ke bawah = Hubungan negatif yang sangat kuat


(56)

BAB IV

DESKRIPSI

LOKASI PENELITIAN

4.1.Sejarah Singkat Berdirinya Yayasan Al Jam’iyatul Washliyah Binjai

Al Jam’iyatul Washliyah merupakan organisasi Islam yang lahir pada 30 November 1930 dan bertepatan 9 Rajab 1349 H di kota Medan, Sumatera Utara. Al Jam’iyatul Washliyah yang lebih dikenal dengan sebutan Al Washliyah lahir ketika bangsa Indonesia masih dalam penjajahan Belanda (Nederlandsh Indie). Para pendiri Al Jam’iyatul Washliyah ketika itu turut berperang melawan penjajah Belanda. Tidak sedikit para tokoh Al Jam’iyatul Washliyah yang ditangkap Belanda dan dijebloskan ke penjara hingga menjadi shahid demi mempertahankan agama dan negara .

Tujuan utama berdirinya organisasi Al Jam’iyatul Washliyah adalah sebagai sarana pemersatu umat yang berpecah belah dan berbeda pandangan. Al Jam’iyatul Washliyah adalah perkumpulan yang menghubungkan. Maksudnya adalah menghubungkan manusia dengan Allah SWT dan menghubungkan manusia dengan manusia/sesama umat islam (Al Wasliyah, 2010).

Seiring perjalanan tersebut, Al Jam’iyatul Washliyah sepakat untuk mendirikan Panti Asuhan. Panti asuhan Yayasan Al Jam’iyatul Washliyah Kota Binjai dibentuk sebagai wadah partisipasi sosial menampung, mengasuh, mendidik dan membina warga masyarakat yang mengalami masalah kesejahteraan sosial seperti anak yang berasal dari keluarga kurang mampu, anak yatim, anak piatu dan anak yatim piatu yang berasal dari wilayah Propinsi Sumatera Utara (SUMUT) dan Nangroe Aceh Darussalam (NAD).


(57)

Sejak berdirinya Panti Asuhan Yayasan Al Jam’iyatul Washliyah Kota Binjai terus aktif hingga saat ini untuk membantu Pemerintah dalam upaya peningkatan kesejahteraan sosial serta dalam usaha pengentasan kemiskinan dengan mengasuh, mendidik, dan juga membina mereka secara terarah dan terpadu sehingga kelak menjadi manusia yang berguna untuk agama, bangsa dan negara.

Yayasan Al Jam’iyatul Washliyah Kota Binjai yang berdiri sejak 60 tahun yang lalu hingga saat ini juga terus aktif membantu pemerintah meningkatkan peran sosial di bidang pendidikan. Yayasan Al Jam’iyatul Washliyah Binjai juga mempunyai asrama putra dan putri tempat penampungan bagi anak-anak didik yang kurang mampu. Anak-anak di panti asuhan yang bernaung di bawah yayasan Al Jam’iyatul Washliyah Binjai ini berjumlah 122 anak panti yang terdiri dari 60 anak laki-laki dan 62 anak perempuan.

4.2.Letak dan Kedudukan Lembaga

Penelitian ini dilakukan di Yayasan Al Jam’iyatul Wasliyah Binjai yang beralamat di Jalan Jenderal. Ahmad Yani No.35 Binjai. Peneliti melakukan penelitian di lokasi ini adalah karena yayasan ini merupakan salah satu yayasan yang melakukan program kecakapan hidup.

4.3.Struktur Orgaisasi Lembaga

Stuktur Organisasi adalah susunan komponen-komponen (unit-unit kerja) dalam organisasi yang menunjukkan semua tugas kerja dan menunjukkan bagaimana


(58)

fungsi-fungsi atau kegiatan yang berbeda-beda tersebut diintegrasikan. Selain dari pada itu, organisasi juga menunjukkan spesialisasi-spesialisasi pekerjaan, saluran perintah dan penyiapan laporan agar suatu instansi atau lembaga dapat diketahui dari kedudukan dan tanggung jawab masing-masing bagian.

Dengan Sruktur Organisasi yang jelas, semua unit mengetahui tugas dan tanggung jawab masing-masing pada Yayasan Al Jam’iyatul Washliyah Binjai. Berikut adalah Bagan Struktur Yayasan Al Jami’yatul Washliyah Binjai:

Bagan 4.1

Struktur Organisasi Yayasan Al Jam’iyatul Washliyah Binjai

Sumber : Kantor Yayasan Al Jam’iyatul Washliyah Binjai 2010 Ketua Yayasan

Bendahara

Wakil Sekretaris/ Kepala Panti Putra Sekretaris/

Kepala Panti Putri

Wakil Ketua Yayasan

Penjaga Pembimbing

Kepala Tata Usaha

Konsumsi Pengasuh


(59)

4.4. Sumber Daya dan Sumber Dana Pengelolaan Yayasan Al Jam’iyatul Washliyah Binjai

4.4.1. Jumlah Pengurus/Personil Panti

Sejalan dengan gambar struktur organisasi yayasan yang diungkapkan, unsur pelaksanaan tugas-tugas pelayanan kesejahteraan sosial di yayasan hanyalah dijalankan oleh petugas yayasan. Adapun susunan pengurus Yayasan Al Jam’iyatul Washliyah Binjai adalah sebagai berikut :

Tabel 4.1

Jumlah Pengurus dan Personil Yayasan Al Jam’iyatul Washliyah Binjai

No. Nama Jabatan Pendidikan

1. 2. 3. 4. 5. 6. 7. 8. 9. 10. 11.

H. Nizamuddin, SH.

Drs. H. Pandapotan Harahap Drs. H. Permadi Kadim Amiruddin Batubara Hj. Siti Hamidah Berutu Nurul Hidayah, A.Md.Com Yetti Mirana Maya Sukmawati Faridah Harahap Dra.Rubiah Hanum Syafaruddin Siregar Ketua Yayasan Wakil Ketua

Sekretaris/Kepala Panti Putri Wk Sekretaris/Kepala Panti Putra Bendahara/Urusan Rumah Tangga Ka. Tata Usaha

Bagian Konsumsi Pengasuh

Pengasuh Pembimbing

Penjaga / Petugas Konsumsi

Sarjana Sarjana Sarjana SMA SMA DIII SMA SMA SMA Sarjana SMA Sumber : Kantor Yayasan Al Jam’iyatul Washliyah Binjai 2010


(60)

4.4.2. Sumber Dana/Keuangan Lembaga

Sumber dana Yayasan Al Jam’iyatul Washliyah Binjai berasal dari 3 elemen yaitu :

a. Pemerintah

1. Dalam pemeliharaan dana dibantu oleh Pemerintah Pusat dalam bentuk bantuantambahan.

2. Subsidi dari Pemerintah Provinsi dan Dinas Sosial Provinsi Sumatera Utara. 3. Pemerintah Kota Binjai melalui Dinas Sosial Kota Binjai rata – rata Rp

1.200 per anak / hari.

b. Donatur Tetap

Donatur tetap memberikan bantuan rutin untuk anak-anak panti. Namun, nominalnya tidak tetap. Sebagian dari donator ini merupakan pengurus panti Al Jam’iyatul Washliyah Binjai juga, yang dahulunya adalah anak asuh penghuni panti tersebut.

c. Pihak lain / Masyarakat

Maksudnyaadalah bantuan dari individu, yayasan, instansi yang memiliki hajatan dan mengundang mereka (anak panti) dan ada juga bantuan dari komunitas Tionghoa yang berdomisili di sekitar panti asuhan.


(61)

4.5.Fasilitas Yayasan

Adapun fasilitas yang ada pada Yayasan Al Jam’iyatul Washliyah Binjai dalam rangka menunjang kegiatan pelayanan anak asuh dapat dilihat dalam tabel sebagai berikut :

Tabel 4.2

Fasilitas Yayasan Al Jam’iyatul Washliyah Binjai

Sumber : Yayasan Al Jam’iyatul Washliyah Binjai 2010

No. Jenis Prasarana Jumlah

1. 2. 3. 4. 5. 6. 7. 8. 9. 10. 11. 12. 13. 14. Ruang kantor Ruang pengawas Gudang Ruang tidur Ruang makan Kamar mandi / WC Ruang keterampilan Ruang komputer Ruang belajar Aula Mushola Ruang Kesehatan Sepeda Motor Mobil 1 2 1 8 2 8 1 1 6 1 1 1 1 1


(62)

Berdasarkan uraian tersebut,dapat diketahui bahwa fasilitas yang ada di Panti Asuhan dapat dikatergorikan cukup memadai, hal ini dapat dilihat dari terdapatnya prasarana-prasarana pendukung kegiatan peningkatan keterampilan seperti aula, ruang komputer, ruang keterampilan dan adanya alat musik. Namun ruang makan yang hanya berjumlah dua sangat kurang memadai untuk menampung 122 anak asuh.

4.6.Keadaan Umum Anak Asuh di Yayasan

Setelah diuraikan tentang berbagai organisasi panti secara umum, berikut ini diuraikan keadaan umum daripada anak-anak asuh di Yayasan Al Jam’iyatul Washliyah Binjai yang meliputi identifikasi umur, kategori dan asal klien.

4.6.1. Jumlah Anak Asuh

Jumlah anak asuh di Yayasan Al Jam’iyatul Washliyah Binjai keseluruhannya adalah 122 orang dengan klasifikasi tingkat usia dan pendidikannya dapat dilihat dalam tabel berikut ini :

Tabel 4.3

Klasifikasi Anak Asuh Berdasarkan Tingkat Usia dan Pendidikan

No. Umur Pendidikan Jumlah

1. 2. 3.

7 – 13 tahun 14 – 16 tahun 17 – 19 tahun

SD SMP SMA

32 39 51

Jumlah 122


(63)

4.6.2. Identifikasi/Kategori Penerimaan Anak Asuh

Identifikasi/kategori penerimaan anak dimaksudkan adalah untuk mengenal kondisi anak-anak asuh tersebut khususnya kondisi orang tua yang menyebabkan anak tersebut masuk dan menjadi bagian dari Anak Asuh Yayasan Al Jam’iyatul Washliyah Binjai. Berikut tabel identifikasi latar belakang anak menjadi anak asuh.

Tabel 4.4

Identifikasi/Kategori Anak Asuh Berdasarkan Latar Belakang Menjadi Anak Asuh

No. Kategori Anak Jumlah

1. 2. 3. 4. 5. 6. 7.

Yatim piatu Yatim Piatu Miskin Terlantar Broken Home

Korban Bencana Alam

14 33 2 60 1 1 11

Jumlah 122


(64)

4.7.Tujuan dan Kegiatan Pelayanan Yayasan 4.7.1. Tujuan Pelayanan Yayasan

Adapun yang menjadi tujuan daripada pelayanan panti asuhan adalah : 1. Mendidik anak-anak asuh.

2. Mengasuh anak-anak asuh agar dapat hidup mandiri. 3. Memajukan dan meningkatkan keimanan anak asuh.

4.7.2. Kegiatan dalam Yayasan

Kegiatan pelayanan dan pendidikan yang diberikan kepada anak asuh yaitu: a. Bidang Pengasuhan

Kegiatan pelayanan oleh yayasan dalam bidang pengasuhan, yaitu: 1. Pemenuhan kebutuhan pangan

Anak asuh diberikan makan 3 kali sehari, yaitu pada pukul 6.00, pukul 14.00, serta pukul 19.00 dengan menu makanan sederhana.

2. Pemenuhan kebutuhan sandang

Kepada anak asuh diberikan pakaian sehari-hari, pakaian sekolah dan pakaian muslim.

3. Pemenuhan kebutuhan papan

Anak asuh diberikan tempat tinggal, yaitu asrama putra dan asrama putri. 4. Pemeliharaan kesehatan

Apabila terdapat anak asuh yang sakit maka anak asuh berhak mendapatkan pelayanan kesehatan. Seperti pertolongan pertama dengan pemberian obat.


(65)

b. Bidang Pendidikan

Kegiatan pelayanan oleh yayasan dalam bidang pendidikan, yaitu :

1. Pada pagi hari, seluruh anak asuh sekolah dari tingkat Sekolah Dasar, Tsanawiyah dan Aliyah di Perguruan Al Washliyah Jalan Jenderal Ahmad Yani Kota Binjai.

2. Pada sore hari, seluruh anak asuh sekolah di Madrasah Ibtidaiyah Diniyah dan Tsanawiyah Diniyah di Perguruan Al Wasliyah Jalan Jenderal Ahmad Yani Kota Binjai.

3. Pada malam hari, seluruh anak asuh diberikan pelajaran keagamaan, seperti: membaca Al-Qur’an, latihan menjadi penceramah, pendidikan keterampilan dan Marhaban baik di Asrama Putra dan Asrama Putri.

c. Bidang Keterampilan

Kegiatan pelayanan oleh yayasan dalam bidang keterampilan, yaitu :

1. Setiap anak asuh yang duduk di tingkat tsanawiyah dan aliyah. Disamping mereka diberikan pendidikan umum dan agama, mereka diberikan bimbingan kursus Bahasa Arab serta Bahasa Inggris.

2. Untuk anak asuh putra yang duduk di tingkat aliyah diberikan pendidikan keterampilan yang mana anak asuh diseleksi untuk diikutkan program kecakapan hidup atau life skill.


(1)

II. Variabel Bebas : Pelaksanaan Program Life Skill

9. Apakah anda sering mengikuti pelatihan program life skill yang diadakan Yayasan Al Jami’atul Washliyah ?

a. Selalu b. Sering c. Jarang

10. Apakah menurut anda lama waktu pelatihan program life skill sudah cukup ? a. Cukup

b. Kurang cukup c. Tidak cukup

11. Apakah cara mengajar yang dilakukan oleh tenaga pengajar lebih praktis ? a. Praktis

b. Kurang praktis c. Tidak praktis

12. Apakah materi pelatihan yang disampaikan oleh tenaga pengajar dapat dimengerti dengan jelas ?

a. Jelas

b. Kurang jelas c. Tidak jelas

13. Apakah dalam pelatihan program life skill, lengkapkah buku panduan/diktat yang diberikan oleh yayasan ?


(2)

b. Kurang lengkap c. Tidak lengkap

14. Apakah metode yang dipakai dalam pelaksanaan pelatihan yang diterapkan sesuai dengan keterampilan ?

a. Sesuai

b. Kurang sesuai c. Tidak sesuai

15. Apakah anda sering bertanya ketika anda tidak mengetahui tentang materi dalam program life skill ?

a. Sering b. Jarang c. Tidak pernah

16. Bagaimana tanggapan anda terhadap tingkat kesulitan yang anda alami ketika mengikuti program life skill tersebut ?

a. Mudah b. Sulit

17. Diantara program keterampilan yang anda pelajari, manakah yang lebih anda sukai ?

a. Komputer b. Sablon

18. Untuk pelatihan komputer, apakah setiap anak memakai 1 komputer 1 orang ? a. Selalu

b. Kadang-kadang c. Tidak pernah


(3)

19. Untuk pelatihan sablon menyablon, apakah tersedianya peralatan yang lengkap seperti cat/cetakan ?

a. Lengkap b. Kurang lengkap c. Tidak lengkap

20. Apakah peralatan dalam pelatihan keterampilan komputer/sablon menyablon memadai untuk digunakan ?

a. Memadai

b. Kurang memadai c. Tidak memadai

III. Variabel Terikat : Keberfungsian Sosial Anak Asuh

21. Apakah setelah menerima pelatihan program life skill, sesuai dengan kebutuhan anda ?

a. Sesuai

b. Kurang sesuai c. Tidak sesuai

22. Bagaimana tanggapan anda terhadap pelatihan program life skill tersebut ? a. Bermanfaat

b. Kurang bermanfaat c. Tidak bermanfaat


(4)

23. Apakah keterampilan yang anda miliki sekarang masih digunakan ? a. Digunakan

b. Tidak digunakan

24. Apakah pekerjaan anda sekarang ? a. Teknisi komputer

b. Tenaga kerja komputer/sablon c. Tenaga pengajar komputer/sablon d. Dan lain-lain, sebutkan...

25. Apakah setelah menerima pelatihan program life skill, anda mendapatkan pekerjaan ?

a. Ya b. Tidak

26. Apakah keterampilan yang anda terima membantu mendapatkan pekerjaan ? a. Sangat membantu

b. Membantu c. Tidak membantu

27. Apakah menurut anda setelah menerima pelatihan, keterampilan yang anda peroleh dapat dijadikan pekerjaan pokok/tetap ?

a. Tidak b. Ya


(5)

28. Apakah pekerjaan yang anda dapatkan sesuai dengan keterampilan yang diperoleh ?

a. Sesuai

b. Kurang sesuai c. Tidak sesuai

29. Apakah menurut anda pekerjaan sesuai dengan bakat yang miliki ? a. Sesuai

b. Kurang sesuai c. Tidak sesuai

30. Berapa gaji yang anda hasilkan ? Sebutkan... 31. Kepada siapa gaji anda diberikan ?

a. Orang tua b. Saudara c. Diri sendiri

d. Dan lain-lain, sebutkan...

32. Apakah gaji yang dihasilkan cukup untuk kebutuhan sandang/pangan ? a. Cukup

b. Kurang cukup c. Tidak cukup

33. Apakah menurut anda, setelah menerima pelatihan ini anda mampu menghasilkan sebuah karya ?

a. Mampu b. Kurang mampu c. Tidak mampu


(6)

34. Apakah dengan gaji yang anda dapatkan, anda mampu memenuhi kebutuhan empat sehat lima sempurna ?

a. Mampu

b. Kurang Mampu c. Tidak Mampu

35. Apakah dengan gaji yang anda hasilkan, kehidupan anda sekarang menjadi lebih baik dari sebelumnya ?

a. Lebih baik b. Tetap c. Tidak baik

36. Apakah dengan gaji yang anda dapatkan, meningkatkah taraf hidup anda ? a. Meningkat

b. Kurang meningkat c. Tidak meningkat