65 3.
Pelayanan yang bersifat usaha pengembangan meliputi : Pengembangan anak asuh bertujuan menggali dan meningkatkan potensi anak
semaksimal mungkin. Pengembangan sumber-sumber baik di dalam maupun di luar panti asuhan dalam rangka pembangunan kesejahteraan sosial.
4.9. Fungsi Panti Asuhan
Dalam menjalankan fungsinya sebagai lembaga sosial Yayasan Al Jamiyatul Washliyah Binjai mempunyai fungsi sebagai berikut :
1. Sebagai pusat pelayanan kesejahteraan anak, yang terdiri atas usaha-usaha :
a. Pengembangan
b. Perlindungan
c. Pemulihanpenyantunan
d. Pencegahan
2. Sebagai pusat informasi dan bimbingan kesejahteraan anak, dengan
melakukan kegiatan sebagai berikut: a.
Pengumpulan data yang berkaitan dengan kebutuhan-kebutuhan, masalah- masalah, kemampuan dan peranan-peranan anak dan remaja yang terlantar.
b. Aktif ikut serta membantu pemecahan masalah kerawanan-kerawanan
sosial yang terjadi di dalam lingkungan melalui pertemuan kasus di dalam maupun di luar panti, seminar, dan sebagainya.
c. Penyebaran informasi yang berhubungan erat dengan usaha kesejahteraan
anak, terutama yang berhubungan dengan kebutuhan-kebutuhan pelayanan dan sumber-sumber pelayanan yang terdapat di dalam masyarakat dimana
panti asuhan tersebut berada.
Universitas Sumatera Utara
66 3.
Sebagai pusat pengembangan keterampilan dengan penekanan pada peningkatan penghargaan terhadap kerja, kepercayaan pada diri sendiri dan
kreatifitas. Panti asuhan Al Jamiyatul Wasliyah kota Binjai ini menanggung kehidupan anak
mulai dari anak itu dititipkan hingga anak tersebut telah menyelesaikan sekolah menengah atas nya. Namun panti memberikan kebebasan kepada anak untuk tetap
tinggal di panti tersebut atau pulang ke tempat asalnya. Dengan syarat apabila anak tersebut itu tetap tinggal di panti, panti itu tidak menampung biaya hidup nya lagi.
4.10. Hubungan Panti Asuhan dengan Lingkungan Sekitar
Yayasan Panti Asuhan Al – Jamiyatul Washliyah memiliki hubungan baik dengan lingkungan sekitarnya. Baik itu sesama lembaga – lembaga sosial lainnya maupun
dengan masyarakat di sekitar panti. Sejak berdiri sampai dengan dewasa ini, belum pernah ada konflik ataupun
permasalahan antara panti asuhan Al – Jamiyatul Washliyah dengan lingkungan sosial nya. Hal ini dikarenakan loyalitasnya yang tinggi dari pengurus lembagapanti
terhadap lingkungan sosial panti, karena hal tersebut lah banyak bantuan, baik itu bersifat moril dan materil yang didapatkan panti dari lingkungan sekitar nya.
Panti Asuhan Al – Jamiyatul Washliyah mempunyai hubungan kerjasama dengan beberapa lembaga lain baik itu pemerintah maupun swasta, misalnya pemerintah Kota
Binjai dan Dinas Sosial Pemerintah Provinsi Sumatera Utara.
Universitas Sumatera Utara
67
BAB V ANALISIS DATA
5.1. Kharakteristik Umum Responden
Analisis data adalah suatu proses menuntut penguasaan atas objek yang diteliti. Dalam hal ini penulis berusaha membahas objek yang diteliti dan selanjutnya
melakukan analisa. Data yang diperoleh melalui angket dan dianalisa dengan menggunakan tabel persentase. Masing-masing angket akan ditabulasi untuk
membuktikan hipotesis yang telah ditetapkan. Instrumen yang digunakan dalam penelitian ini adalah daftar pertanyaan.
Jumlah pertanyaan seluruhnya 23 butir yaitu 10 butir untuk variabel bebas X, dan 13 butir untuk variabel terikat Y. Sebagaimana tujuan penelitian ini, daftar pertanyaan
yang disebarkan kepada responden berisikan pertanyaan pelaksanaan program life skill X, dan keberfungsian sosial anak asuh Y.
Karakteristik umum responden disajikan meliputi usia, jenis kelamin, agama, suku bangsa, dari latar belakang, program yang diterima dan daerah asal mereka
sebagai berikut :
Tabel 5.1. Distribusi Responden Berdasarkan Usia
No. Usia
Frekuensi
1.
2.
18 19
18
2
90,00 10,00
Jumlah 20
100,00
Sumber : Hasil penelitian Tahun 2010
Universitas Sumatera Utara
68 Berdasarkan
data yang disajikan pada tabel 5.1 dapat diketahui bahwa
responden berada pada tingkat usia remaja. Dimana responden ini merupakan mereka yang telah mengikuti program kecakapan hidup dilihat bahwa peserta terbanyak
adalah anak yang berusia menginjak dewasa yaitu berusia 18 tahun yaitu sebanyak 18 orang responden atau 90,00.
Selanjutnya terdapat 2 orang responden atau 10,00 yang berusia 19 tahun. Hal ini dikarenakan agar anak asuh yang menginjak usia dewasa tersebut setelah
dewasa atau menyelesaikan pendidikan di yayasan telah memiliki keterampilan hidup sendiri, sehingga ia mampu menghidupi kehidupannya kelak.
Tabel 5.2 Distribusi Responden Berdasarkan Jenis Kelamin
No. Jenis Kelamin
Frekuensi
1.
2.
Laki-laki Perempuan
17
3
85,00 15,00
Jumlah 20
100,00
Sumber : Hasil penelitian Tahun 2010
Berdasarkan data yang disajikan pada tabel 5.2 dapat diketahui
bahwa mayoritas responden adalah laki-laki yaitu sebanyak 17 orang responden atau 85,00,
sedangkan lainnya adalah reponden perempuan yang berjumlah 3 orang responden atau 15,00. Banyaknya jumlah responden laki-laki adalah
karena pimpinan yayasan
memberikan kecakapan hidup ditujukan kepada anak asuh yang memiliki jenis kelamin laki-laki. Pihak yayasan beranggapan bahwa laki-laki lebih membutuhkan
Universitas Sumatera Utara
69 program kecakapan hidup
sehingga ketika keluar dari yayasan maka mereka akan memiliki beban hidup yang lebih besar.
Berdasarkan data yang diperoleh diketahui bahwa semua anak asuh penerima pelatihan kecakapan hidup
dari Yayasan Al Jam’iyatul Washliyah Kota Binjai beragama Islam dengan jumlah keseluruhan yaitu 20 orang dengan persentase 100.
Tabel 5.3 Distribusi Responden Berdasarkan Suku Bangsa
No. Suku Bangsa
Frekuensi
1. 2.
3.
4.
Jawa Melayu
Minang Batak
13 4
2 1
65,00 20,00
10,00 5,00
Jumlah 20
100,00
Sumber : Hasil penelitian Tahun 2010
Data yang disajikan pada tabel 5.3 menunjukkan bahwa responden lebih banyak suku jawa dari suku bangsa lainnya yang berjumlah 13 orang responden atau
65,00, selanjutnya yang bersuku bangsa melayu berjumlah 4 orang responden atau 20,00. Untuk suku bangsa minang ada 2 orang responden atau 10,00.
Sedikitnya bersuku bangsa batak yang menerima program kecakapan hidup yaitu berjumlah 1 orang responden atau 5,00. Walaupun suku bangsa jawa lebih
mendominisi tetapi pihak yayasan tidak pernah membeda-bedakan. Hal ini dapat dilihat dari dalam hal pemberian pelayanan dan dari pengajar di yayasan selalu
berlaku adil dan tidak memandang perbedaan suku bangsa.
Universitas Sumatera Utara
70
Tabel 5.4 Distribusi Responden Berdasarkan Latar belakang Responden
No. Latar belakang
Frekuensi
1. 2.
3. 4.
5.
6.
Keluarga miskin Yatim piatu
Yatim Piatu
Terlantar Korban Bencana
9 5
2 2
1 1
45,00 25,00
10,00 10,00
5,00 5,00
Jumlah 20
100,00
Sumber : Hasil penelitian Tahun 2010
Berdasarkan data yang disajikan pada tabel 5.4 menunjukkan bahwa terdapat 9
orang responden atau 45,00 berlatar belakang keluarga miskin. Selanjutnya responden berlatar belakang yatim piatu berjumlah 5 orang responden atau 25,00.
Sementara responden yang berlatar belakang yatim dan piatu yaitu berjumlah 2 orang responden atau 10,00. Lainnya adalah responden yang berlatar belakang terlantar
dan korban bencana alam yakni berjumlah 1 orang responden atau 5. Diharapkan kepada responden yang memiliki berbagai latar belakang ini setidaknya mampu
membantu atau bahkan dapat menghidupi keluarga kelak setelah menerima kegiatanpelatihan program kecakapan hidup ini, mengingat besarnya beban yang
berada ditangan mereka.
Universitas Sumatera Utara
71
Tabel 5.5 Distribusi Responden Berdasarkan Pekerjaan Orang Tua
No. Pekerjaan
Frekuensi
1. 2.
3. 4.
Tukang cuci Pedagang
Tidak tahu Buruh
7 4
7 2
35,00 20,00
35,00 10,00
Jumlah 20
100,00
Sumber : Hasil penelitian Tahun 2010
Data yang disajikan pada tabel 5.5 menunjukka n bahwa jumlah responden
paling banyak berjumlah 7 orang responden atau 35,00 yang orang tuanya bekerja sebagai tukang cuci. Hasil
wawancara menunjukkan bahwa responden tersebut umumnya merupakan anak yatim sehingga untuk melanjutkan hidup keluarga, ibu
mereka bekerja sebagai tukang cuci. Selanjutnya terdapat 4 orang responden atau 20,00 yang orang tuanya bekerja sebagai pedagang. Selain itu terdapat 2 orang
responden atau 10,00 yang orang tuanya bekerja sebagai buruh pabrik. Lainnya terdapat 2 orang responden atau 10,00 yang tidak mengetahui pekerjaan orang
tuanya. Kemudian terdapat 7 orang responden atau 35,00 yang menyatakan tidak tahu. Berdasarkan hasil wawancara, ternyata responden yang tidak mengetahui
pekerjaan orang tuanya, karena responden memiliki latar belakang sebagai anak terlantar dan korban bencana sehingga tidak mengetahui siapa dan dimana orang
tuanya dan juga pekerjaan orang tuanya.
Universitas Sumatera Utara
72
Tabel 5.6 Distribusi Responden Berdasarkan Penghasilan Orang Tua
No. Penghasilan
Frekuensi
1. 2.
3. 4.
Tidak berpenghasilan Rp. 500.000,-
Rp.500.000 – Rp. 750.000 Rp.750.000 - Rp. 1000.000
7 4
5 4
35,00 20,00
25,00 20,00
Jumlah 20
100,00
Sumber : Hasil penelitian Tahun 2010
Berdasarkan data yang disajikan pada tabel 5.6 bahwa terdapat 7 orang
responden atau 35,00 yang orang tuanya tidak berpenghasilan. Hal ini disebabkan orang tua responden yang tidak bekerja serta responden yang merupakan anak
terlantar dan korban bencana. Selanjutnya ada 4 orang responden atau 20,00 yang orang tuanya memiliki penghasilan di bawah Rp. 500.000,-bulan. Pekerjaan
orang tua responden yang rata-rata bekerja sebagai tukang cuci. Kemudian ada 5 orang
responden atau 25,00 yang berpenghasilan Rp. 500.000 – Rp. 750.000,-bulan. Lainnya terdapat 4 orang responden atau 20,00 yang memiliki penghasilan paling
besar antara penghasilan yang lainnya yaitu Rp.750.000 – Rp. 1000.000,-bulan. Hal
ini dikarenakan orang tua responden yang bekerja sebagai buruh di suatu pabrik.
Universitas Sumatera Utara
73
5.2. Pelaksanaan Program Kecakapan Hidup Bagi Warga Binaan Pelaksanaan program kecakapan hidup terhadap anak asuh dapat dilihat dari
keterlibatan responden dalam mengikuti program, mengenai kecukupan lama waktu pelatihan, cara mengajar yang dilakukan oleh pengajar, kejelasan materi yang di
ajarkan, dan kelengkapan buku yang diberikan. Hasil penelitian dari pelaksanaan program kecakapan hidup bagi warga binaan oleh Yayasan Al Jam’iyatul Washliyah
Binjai diuraikan pada sebagai berikut :
Tabel 5.7 Distribusi Responden Mengikuti Program Keterampilan Hidup
No. Mengikuti Program Life
Skill Frekuensi
1.
2.
Sering Kadang-kadang
17 3
85,00 15,00
Jumlah 20
100,00
Sumber : Hasil penelitian Tahun 2010
Data yang disajikan pada tabel 5.7, dapat kita lihat bahwa 17 orang responden atau 85,00 menginformasikan sering mengikuti program kecakapan
hidup tersebut. Hal ini menunjukkan anak asuh
ingin mendapatkan pembelajaran baru di luar pembelajaran sekolah, serta tingginya antusias responden dalam mengikuti
pelatihan program kecakapan hidup. Mereka juga menyenangi pembimbing yang memberikan materi pelatihan. Selanjutnya terdapat 3 orang responden atau 15,00
yang menyatakan kadang-kadang dalam mengikuti program pelatihan life skill
Universitas Sumatera Utara
74 tersebut karena mereka tidak pernah mengikuti kegiatan tersebut dikarenakan alasan
sakit.
Tabel 5.8 Distribusi Responden Mengenai Kecukupan Lama Waktu Pelatihan
Progam Life Skill No
Lama Waktu Pelatihan Frekuensi
1. 2.
Cukup Kurang cukup
15 5
75,00 25,00
Jumlah 20
100,00
Sumber : Hasil penelitian Tahun 2010
Data yang disajikan pada tabel 5.8 menunjukkan bahwa 15 orang responden
atau 75,00 menjawab lama waktu pelatihan sudah cukup. Mereka menyatakan apabila waktu pelatihan yang terlalu lama akan membuat mereka merasa capek dan
bosan. Kemudian 5 orang responden atau 25,00 menyatakan lama waktu pelatihan kecakapan hidup kurang cukup. Karena sebaliknya responden menginformasikan
pelatihan tersebut sangat berguna dan mereka menyukai pelatihan yang diberikan oleh yayasan tetapi menurut mereka lama waktu yang diberikan kurang mencukupi.
Universitas Sumatera Utara
75
Tabel 5.9 Distribusi Responden Mengenai Cara Mengajar yang Dilakukan oleh Pengajar
No Cara Pengajar yang
Dilakukan oleh Pengajar Frekuensi
1.
2.
Praktis Kurang praktis
15 5
75,00 25,00
Jumlah 20
100,00
Sumber : Hasil penelitian Tahun 2010
Berdasarkan data yang disajikan pada tabel 5.9, dapat kita lihat bahwa 15
orang responden atau 75,00 menyatakan bahwa cara mengajar yang dilakukan oleh tenaga pengajar lebih praktis. Responden merasa bahwa pembimbing program
kecakapan hidup sangat berbeda dengan pembimbing sekolah, karena pembimbing yang masih berusia muda sehingga mengajarnya lebih praktis, lebih mengerti keadaan
dan keinginan peserta bimbingan penerima pelatihan program kecakapan hidup tersebut. Sedangkan lainnya ada 5 orang responden atau 25,00 yang menyatakan
kurang praktis.
Tabel 5.10 Distribusi Responden Mengenai Kejelasan Materi yang Diajarkan
Tenaga Pengajar No.
Materi yang Diajarkan Tenaga Pengajar
Frekuensi
1.
2.
Jelas Kurang jelas
15 5
75,00 25,00
Jumlah 20
100,00
Sumber : Hasil penelitian Tahun 2010
Universitas Sumatera Utara
76 Berdasarkan data yang disajikan pada tabel 5.10 diketahui terdapat 15 orang
responden atau 75,00 menjawab materi yang disampaikan oleh tenaga pengajar dapat dimengerti dengan jelas. Responden merasa pengajar menyampaikan materi-
materi yang tidak sulit dan mudah dimengerti sehingga responden lebih memahami dengan jelas. Selanjutnya yang menyatakan kurang jelas berjumlah 5 orang
responden atau 25. Responden menyatakan materinya tidak sulit tetapi cara penyampaian pengajar kepada mereka terlalu cepat sehingga mereka kurang jelas
memahaminya. Berikut ini hasil wawancara peneliti dengan salah satu responden mengenai kurang jelas materi yang disampaikan pengajar yaitu saudara Wawan :
“Saya merasa materinya kurang jelas yang diberikan bapak guru, karena terlalu cepat dalam menyampaikannya jadi saya tidak dapat menangkap materi
pelajaran tersebut dengan baik. Saya lebih suka apabila langsung praktek daripada dijelasin sama bapak guru”.
Tabel 5.11 Distribusi Responden Mengenai Kelengkapan Buku PanduanDiktat
yang Diberikan Yayasan No.
Kelengkapan Buku Panduan
Frekuensi
1.
2.
Lengkap Kurang lengkap
16 4
80,00 20,00
Jumlah 20
100,00
Sumber : Hasil penelitian Tahun 2010
Berdasarkan data yang disajikan pada tabel 5.11, bahwa 16 orang responden
atau 80,00 menjawab lengkap untuk buku panduandiktat yang diberikan oleh
Universitas Sumatera Utara
77 yayasan. Hal ini karena responden menyatakan dengan adanya buku panduan
itu sudah cukup bagi mereka. Sedikitnya ada 4 orang responden atau 20,00 menyatakan
kurang lengkap. Hal tersebut disebabkan mereka belum mengerti dengan buku yang ada, jadi mereka ingin buku yang lebih mudah dipahami.
Berdasarkan data yang diperoleh diketahui bahwa keseluruhan responden yaitu 20 orang responden atau 100,00 menyatakan metode yang dipakai oleh tenaga
pengajar dalam pelaksanaan pelatihan program kecakapan hidup yang diterapkan sudah sesuai dengan keterampilan.
Tabel 5.12 Distribusi Responden Mengenai Frekuensi Bertanya Responden
Terhadap Materi yang Kurang Mengerti No
Bertanya Terhadap Materi yang Kurang Dimengerti
Frekuensi 1.
2. 3.
Sering Jarang
Tidak pernah 2
10 8
10,00 50,00
40,00
Jumlah 20
100,00
Sumber : Hasil penelitian Tahun 2010
Data yang disajikan pada tabel 5.12 menunjukkan bahwa keterlibatan responden dalam bertanya kepada pemateri apabila ada materi yang kurang
dimengerti. Sebanyak 10 orang responden atau 50,00 menjawab jarang bertanya. Hal ini karena responden sudah mengerti materi yang diberikan pembimbing. Alasan
Universitas Sumatera Utara
78 ini jugalah yang mengakibatkan 8 orang responden atau 40,00 responden lain
menyatakan tidak pernah bertanya. Terdapat 2 orang responden atau 10,00 reponden menyatakan sering bertanya. Responden menuturkan bahwa sudah menjadi
kebiasaan mereka untuk selalu bertanya di tiap pertemuan. Mereka mengaku masih memiliki pengetahuan yang sangat minim atas materi-materi yang disampaikan
karena menurut mereka materi tersebut adalah materi yang baru bagi mereka.
Tabel 5.13 Distribusi Responden Mengenai Tingkat Kesulitan yang Dialami
dalam Mengikuti Program Life Skill No
Tingkat Kesulitan Frekuensi
1.
2.
Mudah Sulit
16 4
80,00 20,00
Jumlah 20
100,00
Sumber : Hasil penelitian Tahun 2010
Berdasarkan data yang disajikan pada tabel 5.13 dapat diketahui terdapat 16 orang
responden atau 80,00 menyatakan mudah dalam mengikuti pelatihan program kecakapan hidup. Hal ini dikarenakan semangat tinggi mereka serta fakor
pembimbing yang baik sangat sabar dalam membimbing responden sehingga mereka merasa bahwa setiap materi yang diberikan sangat mudah. Terdapat 4 orang
responden atau 20,00 menyatakan sulit mengikuti program kecakapan hidup tersebut. Alasan mereka menyatakan demikian karena materi pelatihan keterampilan
tersebut merupakan hal baru yang mereka jumpai dalam pendidikan mereka.
Universitas Sumatera Utara
79 Mereka merasa sulit dalam mengikutinya. Walaupun demikian mereka memiliki
semangat yang tinggi untuk tetap dapat mengikuti program kecakapan hidup dan tidak akan menyerah.Berikut ini hasil wawancara peneliti dengan salah satu responden
mengenai sulit dalam mengikuti program yaitu saudara Irfan : “Saya merasa agak sulit dalam mengikuti program ini, karena sebelumnya saya
tidak pernah mengikuti program seperti ini dan masih sesuatu hal yang baru bagi saya, mungkin awalnya sulit saya rasakan tetapi apabila saya ikuti dengan serius
pastinya akan mudah bagi saya”.
Tabel 5.14 Distribusi Responden Mengenai Keterampilan Yang Lebih Disukai Responden
No Yang Lebih Disukai
Frekuensi
1. 2.
Komputer Sablon
12 8
60,00 40,00
Jumlah 20
100,00
Sumber : Hasil penelitian Tahun 2010
Data yang disajikan pada tabel 5.14 menunjukkan responden memiliki minat
lebih tinggi terhadap materi keterampilan komputer yaitu sebanyak 12 orang responden atau 60,00. Sedangkan 8 orang responden atau 40,00 lebih menyukai
materi keterampilan sablon. Hal ini disebabkan beberapa hal dimana responden mengatakan bahwa materi keterampilan komputer merupakan suatu hal yang wajib
dikuasai, oleh sebab itu maka mereka lebih berminat dalam materi tersebut. Ada juga yang mengatakan bahwa pembimbing materi keterampilan komputer sangat baik
dalam memberikan bimbingan dan materi pembelajarannya tidak membosankan.
Universitas Sumatera Utara
80 Selanjutnya yang menyukai materi sablon juga memiliki alasan yang beragam. Paling
utama adalah mereka menyukai keterampilan sablon karena merasa memiliki bakat dalam hal menggambar dan memamg menyukai sablon. Namun ada juga keterampilan
sablon karena menurut mereka materi ini lebih mudah dan tidak memerlukan biaya yang besar dalam hal pelaksanaannya kelak ketika akan membuka usaha penyablonan.
Tabel 5.15 Pandangan Responden atas Penggunaan Komputer Satu Unit Setiap Orang Saat
Pelatihan No
Setiap Anak 1 Unit 1 Orang Frekuensi
1.
2.
Selalu Kadang-kadang
16 4
80,00 20,00
Jumlah 20
100,00
Sumber : Hasil penelitian Tahun 2010
Berdasarkan data yang disajikan pada tabel 5.15, terdapat 16 responden atau
80,00 menjawab selalu memakai komputer setiap anak 1 orang 1 komputer. Hal ini dikarenakan yayasan memang sudah menyediakan banyak unit komputer agar anak
bimbingan dapat dengan leluasa memakai komputer tanpa harus bergantian atau berkelompok. Kemudian jawaban untuk kadang-kadang dalam memakai 1 komputer 1
orang sedikitnya 4 orang responden atau 20,00. Hal ini disebabkan komputer kadang mengalami kerusakan atau sedang diperbaiki mengharuskan sebagian anak
menggunakan 1 komputer untuk orang.
Universitas Sumatera Utara
81
Tabel 5.16 Pandangan Responden Terhadap Kelengkapan Peralatan untuk Pelatihan
Sablon No
Ketersediaan Peralatan Frekuensi
1.
2.
Lengkap
Kurang lengkap
17
3
85,00 15,00
Jumlah 20
100,00
Sumber : Hasil penelitian Tahun 2010
Berdasarkan data yang disajikan pada tabel 5.16 diketahui bahwa jawaban untuk
menyatakan peralatan pelatihan sablon sudah lengkap berjumlah 17 orang responden atau 85,00. Sedangkan sedikitnya 3 orang responden atau 15,00 menyatakan
kurang lengkap. Selanjutnya tidak ada responden yang menyatakan tidak lengkap.
Melalui obsservasi, penulis memperoleh informasi bahwa pelatihan sablon cukup lengkap seperti cetakan, cat, kuas, cetakan, dan lain-lain.
Tabel 5.17 Pandangan Responden Mengenai Kualitas Peralatan KomputerSablon
No Peralatan Memadai untuk
digunakan Frekuensi
1.
2.
Memadai Kurang memadai
16 4
80,00 20,00
Jumlah 20
100,00
Sumber : Hasil penelitian Tahun 2010
Universitas Sumatera Utara
82 Berdasarkan data yang disajikan pada tabel 5.17 diketahui bahwa 16 orang
responden atau 80,00 menyatakan peralatan terhadap pelatihan keterampilan sudah
memadai. Menurut mereka peralatan seperti komputer dan peralatan sablon dapat digunakan dan berfungsi dengan baik, dan apabila peralatan rusak, yayasan akan
menggantinya dengan yang baru. Apabila masih bisa diperbaiki maka akan diperbaiki kembali. Kemudian 4 orang responden atau 20,00 menyatakan merasa peralatan
dalam pelatihan kurang memadai untuk digunakan. Tidak ada responden yang menyatakan bahwa peralatan dalam pelatihan keterampilan komputersablon tidak
memadai untuk digunakan karena memang hasil observasi terhadap fasilitas peralatan dalam pelatihan keterampilan tersebut memang sudah memadai.
5.3. Keberfungsian Sosial Setelah Mengikuti Program Kecakapan Hidup