Fungsi Panti Asuhan Kharakteristik Umum Responden

65 3. Pelayanan yang bersifat usaha pengembangan meliputi : Pengembangan anak asuh bertujuan menggali dan meningkatkan potensi anak semaksimal mungkin. Pengembangan sumber-sumber baik di dalam maupun di luar panti asuhan dalam rangka pembangunan kesejahteraan sosial.

4.9. Fungsi Panti Asuhan

Dalam menjalankan fungsinya sebagai lembaga sosial Yayasan Al Jamiyatul Washliyah Binjai mempunyai fungsi sebagai berikut : 1. Sebagai pusat pelayanan kesejahteraan anak, yang terdiri atas usaha-usaha : a. Pengembangan b. Perlindungan c. Pemulihanpenyantunan d. Pencegahan 2. Sebagai pusat informasi dan bimbingan kesejahteraan anak, dengan melakukan kegiatan sebagai berikut: a. Pengumpulan data yang berkaitan dengan kebutuhan-kebutuhan, masalah- masalah, kemampuan dan peranan-peranan anak dan remaja yang terlantar. b. Aktif ikut serta membantu pemecahan masalah kerawanan-kerawanan sosial yang terjadi di dalam lingkungan melalui pertemuan kasus di dalam maupun di luar panti, seminar, dan sebagainya. c. Penyebaran informasi yang berhubungan erat dengan usaha kesejahteraan anak, terutama yang berhubungan dengan kebutuhan-kebutuhan pelayanan dan sumber-sumber pelayanan yang terdapat di dalam masyarakat dimana panti asuhan tersebut berada. Universitas Sumatera Utara 66 3. Sebagai pusat pengembangan keterampilan dengan penekanan pada peningkatan penghargaan terhadap kerja, kepercayaan pada diri sendiri dan kreatifitas. Panti asuhan Al Jamiyatul Wasliyah kota Binjai ini menanggung kehidupan anak mulai dari anak itu dititipkan hingga anak tersebut telah menyelesaikan sekolah menengah atas nya. Namun panti memberikan kebebasan kepada anak untuk tetap tinggal di panti tersebut atau pulang ke tempat asalnya. Dengan syarat apabila anak tersebut itu tetap tinggal di panti, panti itu tidak menampung biaya hidup nya lagi.

4.10. Hubungan Panti Asuhan dengan Lingkungan Sekitar

Yayasan Panti Asuhan Al – Jamiyatul Washliyah memiliki hubungan baik dengan lingkungan sekitarnya. Baik itu sesama lembaga – lembaga sosial lainnya maupun dengan masyarakat di sekitar panti. Sejak berdiri sampai dengan dewasa ini, belum pernah ada konflik ataupun permasalahan antara panti asuhan Al – Jamiyatul Washliyah dengan lingkungan sosial nya. Hal ini dikarenakan loyalitasnya yang tinggi dari pengurus lembagapanti terhadap lingkungan sosial panti, karena hal tersebut lah banyak bantuan, baik itu bersifat moril dan materil yang didapatkan panti dari lingkungan sekitar nya. Panti Asuhan Al – Jamiyatul Washliyah mempunyai hubungan kerjasama dengan beberapa lembaga lain baik itu pemerintah maupun swasta, misalnya pemerintah Kota Binjai dan Dinas Sosial Pemerintah Provinsi Sumatera Utara. Universitas Sumatera Utara 67

BAB V ANALISIS DATA

5.1. Kharakteristik Umum Responden

Analisis data adalah suatu proses menuntut penguasaan atas objek yang diteliti. Dalam hal ini penulis berusaha membahas objek yang diteliti dan selanjutnya melakukan analisa. Data yang diperoleh melalui angket dan dianalisa dengan menggunakan tabel persentase. Masing-masing angket akan ditabulasi untuk membuktikan hipotesis yang telah ditetapkan. Instrumen yang digunakan dalam penelitian ini adalah daftar pertanyaan. Jumlah pertanyaan seluruhnya 23 butir yaitu 10 butir untuk variabel bebas X, dan 13 butir untuk variabel terikat Y. Sebagaimana tujuan penelitian ini, daftar pertanyaan yang disebarkan kepada responden berisikan pertanyaan pelaksanaan program life skill X, dan keberfungsian sosial anak asuh Y. Karakteristik umum responden disajikan meliputi usia, jenis kelamin, agama, suku bangsa, dari latar belakang, program yang diterima dan daerah asal mereka sebagai berikut : Tabel 5.1. Distribusi Responden Berdasarkan Usia No. Usia Frekuensi 1. 2. 18 19 18 2 90,00 10,00 Jumlah 20 100,00 Sumber : Hasil penelitian Tahun 2010 Universitas Sumatera Utara 68 Berdasarkan data yang disajikan pada tabel 5.1 dapat diketahui bahwa responden berada pada tingkat usia remaja. Dimana responden ini merupakan mereka yang telah mengikuti program kecakapan hidup dilihat bahwa peserta terbanyak adalah anak yang berusia menginjak dewasa yaitu berusia 18 tahun yaitu sebanyak 18 orang responden atau 90,00. Selanjutnya terdapat 2 orang responden atau 10,00 yang berusia 19 tahun. Hal ini dikarenakan agar anak asuh yang menginjak usia dewasa tersebut setelah dewasa atau menyelesaikan pendidikan di yayasan telah memiliki keterampilan hidup sendiri, sehingga ia mampu menghidupi kehidupannya kelak. Tabel 5.2 Distribusi Responden Berdasarkan Jenis Kelamin No. Jenis Kelamin Frekuensi 1. 2. Laki-laki Perempuan 17 3 85,00 15,00 Jumlah 20 100,00 Sumber : Hasil penelitian Tahun 2010 Berdasarkan data yang disajikan pada tabel 5.2 dapat diketahui bahwa mayoritas responden adalah laki-laki yaitu sebanyak 17 orang responden atau 85,00, sedangkan lainnya adalah reponden perempuan yang berjumlah 3 orang responden atau 15,00. Banyaknya jumlah responden laki-laki adalah karena pimpinan yayasan memberikan kecakapan hidup ditujukan kepada anak asuh yang memiliki jenis kelamin laki-laki. Pihak yayasan beranggapan bahwa laki-laki lebih membutuhkan Universitas Sumatera Utara 69 program kecakapan hidup sehingga ketika keluar dari yayasan maka mereka akan memiliki beban hidup yang lebih besar. Berdasarkan data yang diperoleh diketahui bahwa semua anak asuh penerima pelatihan kecakapan hidup dari Yayasan Al Jam’iyatul Washliyah Kota Binjai beragama Islam dengan jumlah keseluruhan yaitu 20 orang dengan persentase 100. Tabel 5.3 Distribusi Responden Berdasarkan Suku Bangsa No. Suku Bangsa Frekuensi

1. 2.

3. 4. Jawa Melayu Minang Batak 13 4 2 1 65,00 20,00 10,00 5,00 Jumlah 20 100,00 Sumber : Hasil penelitian Tahun 2010 Data yang disajikan pada tabel 5.3 menunjukkan bahwa responden lebih banyak suku jawa dari suku bangsa lainnya yang berjumlah 13 orang responden atau 65,00, selanjutnya yang bersuku bangsa melayu berjumlah 4 orang responden atau 20,00. Untuk suku bangsa minang ada 2 orang responden atau 10,00. Sedikitnya bersuku bangsa batak yang menerima program kecakapan hidup yaitu berjumlah 1 orang responden atau 5,00. Walaupun suku bangsa jawa lebih mendominisi tetapi pihak yayasan tidak pernah membeda-bedakan. Hal ini dapat dilihat dari dalam hal pemberian pelayanan dan dari pengajar di yayasan selalu berlaku adil dan tidak memandang perbedaan suku bangsa. Universitas Sumatera Utara 70 Tabel 5.4 Distribusi Responden Berdasarkan Latar belakang Responden No. Latar belakang Frekuensi

1. 2.

3. 4. 5. 6. Keluarga miskin Yatim piatu Yatim Piatu Terlantar Korban Bencana 9 5 2 2 1 1 45,00 25,00 10,00 10,00 5,00 5,00 Jumlah 20 100,00 Sumber : Hasil penelitian Tahun 2010 Berdasarkan data yang disajikan pada tabel 5.4 menunjukkan bahwa terdapat 9 orang responden atau 45,00 berlatar belakang keluarga miskin. Selanjutnya responden berlatar belakang yatim piatu berjumlah 5 orang responden atau 25,00. Sementara responden yang berlatar belakang yatim dan piatu yaitu berjumlah 2 orang responden atau 10,00. Lainnya adalah responden yang berlatar belakang terlantar dan korban bencana alam yakni berjumlah 1 orang responden atau 5. Diharapkan kepada responden yang memiliki berbagai latar belakang ini setidaknya mampu membantu atau bahkan dapat menghidupi keluarga kelak setelah menerima kegiatanpelatihan program kecakapan hidup ini, mengingat besarnya beban yang berada ditangan mereka. Universitas Sumatera Utara 71 Tabel 5.5 Distribusi Responden Berdasarkan Pekerjaan Orang Tua No. Pekerjaan Frekuensi

1. 2.

3. 4. Tukang cuci Pedagang Tidak tahu Buruh 7 4 7 2 35,00 20,00 35,00 10,00 Jumlah 20 100,00 Sumber : Hasil penelitian Tahun 2010 Data yang disajikan pada tabel 5.5 menunjukka n bahwa jumlah responden paling banyak berjumlah 7 orang responden atau 35,00 yang orang tuanya bekerja sebagai tukang cuci. Hasil wawancara menunjukkan bahwa responden tersebut umumnya merupakan anak yatim sehingga untuk melanjutkan hidup keluarga, ibu mereka bekerja sebagai tukang cuci. Selanjutnya terdapat 4 orang responden atau 20,00 yang orang tuanya bekerja sebagai pedagang. Selain itu terdapat 2 orang responden atau 10,00 yang orang tuanya bekerja sebagai buruh pabrik. Lainnya terdapat 2 orang responden atau 10,00 yang tidak mengetahui pekerjaan orang tuanya. Kemudian terdapat 7 orang responden atau 35,00 yang menyatakan tidak tahu. Berdasarkan hasil wawancara, ternyata responden yang tidak mengetahui pekerjaan orang tuanya, karena responden memiliki latar belakang sebagai anak terlantar dan korban bencana sehingga tidak mengetahui siapa dan dimana orang tuanya dan juga pekerjaan orang tuanya. Universitas Sumatera Utara 72 Tabel 5.6 Distribusi Responden Berdasarkan Penghasilan Orang Tua No. Penghasilan Frekuensi

1. 2.

3. 4. Tidak berpenghasilan Rp. 500.000,- Rp.500.000 – Rp. 750.000 Rp.750.000 - Rp. 1000.000 7 4 5 4 35,00 20,00 25,00 20,00 Jumlah 20 100,00 Sumber : Hasil penelitian Tahun 2010 Berdasarkan data yang disajikan pada tabel 5.6 bahwa terdapat 7 orang responden atau 35,00 yang orang tuanya tidak berpenghasilan. Hal ini disebabkan orang tua responden yang tidak bekerja serta responden yang merupakan anak terlantar dan korban bencana. Selanjutnya ada 4 orang responden atau 20,00 yang orang tuanya memiliki penghasilan di bawah Rp. 500.000,-bulan. Pekerjaan orang tua responden yang rata-rata bekerja sebagai tukang cuci. Kemudian ada 5 orang responden atau 25,00 yang berpenghasilan Rp. 500.000 – Rp. 750.000,-bulan. Lainnya terdapat 4 orang responden atau 20,00 yang memiliki penghasilan paling besar antara penghasilan yang lainnya yaitu Rp.750.000 – Rp. 1000.000,-bulan. Hal ini dikarenakan orang tua responden yang bekerja sebagai buruh di suatu pabrik. Universitas Sumatera Utara 73 5.2. Pelaksanaan Program Kecakapan Hidup Bagi Warga Binaan Pelaksanaan program kecakapan hidup terhadap anak asuh dapat dilihat dari keterlibatan responden dalam mengikuti program, mengenai kecukupan lama waktu pelatihan, cara mengajar yang dilakukan oleh pengajar, kejelasan materi yang di ajarkan, dan kelengkapan buku yang diberikan. Hasil penelitian dari pelaksanaan program kecakapan hidup bagi warga binaan oleh Yayasan Al Jam’iyatul Washliyah Binjai diuraikan pada sebagai berikut : Tabel 5.7 Distribusi Responden Mengikuti Program Keterampilan Hidup No. Mengikuti Program Life Skill Frekuensi 1. 2. Sering Kadang-kadang 17 3 85,00 15,00 Jumlah 20 100,00 Sumber : Hasil penelitian Tahun 2010 Data yang disajikan pada tabel 5.7, dapat kita lihat bahwa 17 orang responden atau 85,00 menginformasikan sering mengikuti program kecakapan hidup tersebut. Hal ini menunjukkan anak asuh ingin mendapatkan pembelajaran baru di luar pembelajaran sekolah, serta tingginya antusias responden dalam mengikuti pelatihan program kecakapan hidup. Mereka juga menyenangi pembimbing yang memberikan materi pelatihan. Selanjutnya terdapat 3 orang responden atau 15,00 yang menyatakan kadang-kadang dalam mengikuti program pelatihan life skill Universitas Sumatera Utara 74 tersebut karena mereka tidak pernah mengikuti kegiatan tersebut dikarenakan alasan sakit. Tabel 5.8 Distribusi Responden Mengenai Kecukupan Lama Waktu Pelatihan Progam Life Skill No Lama Waktu Pelatihan Frekuensi

1. 2.

Cukup Kurang cukup 15 5 75,00 25,00 Jumlah 20 100,00 Sumber : Hasil penelitian Tahun 2010 Data yang disajikan pada tabel 5.8 menunjukkan bahwa 15 orang responden atau 75,00 menjawab lama waktu pelatihan sudah cukup. Mereka menyatakan apabila waktu pelatihan yang terlalu lama akan membuat mereka merasa capek dan bosan. Kemudian 5 orang responden atau 25,00 menyatakan lama waktu pelatihan kecakapan hidup kurang cukup. Karena sebaliknya responden menginformasikan pelatihan tersebut sangat berguna dan mereka menyukai pelatihan yang diberikan oleh yayasan tetapi menurut mereka lama waktu yang diberikan kurang mencukupi. Universitas Sumatera Utara 75 Tabel 5.9 Distribusi Responden Mengenai Cara Mengajar yang Dilakukan oleh Pengajar No Cara Pengajar yang Dilakukan oleh Pengajar Frekuensi 1. 2. Praktis Kurang praktis 15 5 75,00 25,00 Jumlah 20 100,00 Sumber : Hasil penelitian Tahun 2010 Berdasarkan data yang disajikan pada tabel 5.9, dapat kita lihat bahwa 15 orang responden atau 75,00 menyatakan bahwa cara mengajar yang dilakukan oleh tenaga pengajar lebih praktis. Responden merasa bahwa pembimbing program kecakapan hidup sangat berbeda dengan pembimbing sekolah, karena pembimbing yang masih berusia muda sehingga mengajarnya lebih praktis, lebih mengerti keadaan dan keinginan peserta bimbingan penerima pelatihan program kecakapan hidup tersebut. Sedangkan lainnya ada 5 orang responden atau 25,00 yang menyatakan kurang praktis. Tabel 5.10 Distribusi Responden Mengenai Kejelasan Materi yang Diajarkan Tenaga Pengajar No. Materi yang Diajarkan Tenaga Pengajar Frekuensi 1. 2. Jelas Kurang jelas 15 5 75,00 25,00 Jumlah 20 100,00 Sumber : Hasil penelitian Tahun 2010 Universitas Sumatera Utara 76 Berdasarkan data yang disajikan pada tabel 5.10 diketahui terdapat 15 orang responden atau 75,00 menjawab materi yang disampaikan oleh tenaga pengajar dapat dimengerti dengan jelas. Responden merasa pengajar menyampaikan materi- materi yang tidak sulit dan mudah dimengerti sehingga responden lebih memahami dengan jelas. Selanjutnya yang menyatakan kurang jelas berjumlah 5 orang responden atau 25. Responden menyatakan materinya tidak sulit tetapi cara penyampaian pengajar kepada mereka terlalu cepat sehingga mereka kurang jelas memahaminya. Berikut ini hasil wawancara peneliti dengan salah satu responden mengenai kurang jelas materi yang disampaikan pengajar yaitu saudara Wawan : “Saya merasa materinya kurang jelas yang diberikan bapak guru, karena terlalu cepat dalam menyampaikannya jadi saya tidak dapat menangkap materi pelajaran tersebut dengan baik. Saya lebih suka apabila langsung praktek daripada dijelasin sama bapak guru”. Tabel 5.11 Distribusi Responden Mengenai Kelengkapan Buku PanduanDiktat yang Diberikan Yayasan No. Kelengkapan Buku Panduan Frekuensi 1. 2. Lengkap Kurang lengkap 16 4 80,00 20,00 Jumlah 20 100,00 Sumber : Hasil penelitian Tahun 2010 Berdasarkan data yang disajikan pada tabel 5.11, bahwa 16 orang responden atau 80,00 menjawab lengkap untuk buku panduandiktat yang diberikan oleh Universitas Sumatera Utara 77 yayasan. Hal ini karena responden menyatakan dengan adanya buku panduan itu sudah cukup bagi mereka. Sedikitnya ada 4 orang responden atau 20,00 menyatakan kurang lengkap. Hal tersebut disebabkan mereka belum mengerti dengan buku yang ada, jadi mereka ingin buku yang lebih mudah dipahami. Berdasarkan data yang diperoleh diketahui bahwa keseluruhan responden yaitu 20 orang responden atau 100,00 menyatakan metode yang dipakai oleh tenaga pengajar dalam pelaksanaan pelatihan program kecakapan hidup yang diterapkan sudah sesuai dengan keterampilan. Tabel 5.12 Distribusi Responden Mengenai Frekuensi Bertanya Responden Terhadap Materi yang Kurang Mengerti No Bertanya Terhadap Materi yang Kurang Dimengerti Frekuensi 1.

2. 3.

Sering Jarang Tidak pernah 2 10 8 10,00 50,00 40,00 Jumlah 20 100,00 Sumber : Hasil penelitian Tahun 2010 Data yang disajikan pada tabel 5.12 menunjukkan bahwa keterlibatan responden dalam bertanya kepada pemateri apabila ada materi yang kurang dimengerti. Sebanyak 10 orang responden atau 50,00 menjawab jarang bertanya. Hal ini karena responden sudah mengerti materi yang diberikan pembimbing. Alasan Universitas Sumatera Utara 78 ini jugalah yang mengakibatkan 8 orang responden atau 40,00 responden lain menyatakan tidak pernah bertanya. Terdapat 2 orang responden atau 10,00 reponden menyatakan sering bertanya. Responden menuturkan bahwa sudah menjadi kebiasaan mereka untuk selalu bertanya di tiap pertemuan. Mereka mengaku masih memiliki pengetahuan yang sangat minim atas materi-materi yang disampaikan karena menurut mereka materi tersebut adalah materi yang baru bagi mereka. Tabel 5.13 Distribusi Responden Mengenai Tingkat Kesulitan yang Dialami dalam Mengikuti Program Life Skill No Tingkat Kesulitan Frekuensi 1. 2. Mudah Sulit 16 4 80,00 20,00 Jumlah 20 100,00 Sumber : Hasil penelitian Tahun 2010 Berdasarkan data yang disajikan pada tabel 5.13 dapat diketahui terdapat 16 orang responden atau 80,00 menyatakan mudah dalam mengikuti pelatihan program kecakapan hidup. Hal ini dikarenakan semangat tinggi mereka serta fakor pembimbing yang baik sangat sabar dalam membimbing responden sehingga mereka merasa bahwa setiap materi yang diberikan sangat mudah. Terdapat 4 orang responden atau 20,00 menyatakan sulit mengikuti program kecakapan hidup tersebut. Alasan mereka menyatakan demikian karena materi pelatihan keterampilan tersebut merupakan hal baru yang mereka jumpai dalam pendidikan mereka. Universitas Sumatera Utara 79 Mereka merasa sulit dalam mengikutinya. Walaupun demikian mereka memiliki semangat yang tinggi untuk tetap dapat mengikuti program kecakapan hidup dan tidak akan menyerah.Berikut ini hasil wawancara peneliti dengan salah satu responden mengenai sulit dalam mengikuti program yaitu saudara Irfan : “Saya merasa agak sulit dalam mengikuti program ini, karena sebelumnya saya tidak pernah mengikuti program seperti ini dan masih sesuatu hal yang baru bagi saya, mungkin awalnya sulit saya rasakan tetapi apabila saya ikuti dengan serius pastinya akan mudah bagi saya”. Tabel 5.14 Distribusi Responden Mengenai Keterampilan Yang Lebih Disukai Responden No Yang Lebih Disukai Frekuensi

1. 2.

Komputer Sablon 12 8 60,00 40,00 Jumlah 20 100,00 Sumber : Hasil penelitian Tahun 2010 Data yang disajikan pada tabel 5.14 menunjukkan responden memiliki minat lebih tinggi terhadap materi keterampilan komputer yaitu sebanyak 12 orang responden atau 60,00. Sedangkan 8 orang responden atau 40,00 lebih menyukai materi keterampilan sablon. Hal ini disebabkan beberapa hal dimana responden mengatakan bahwa materi keterampilan komputer merupakan suatu hal yang wajib dikuasai, oleh sebab itu maka mereka lebih berminat dalam materi tersebut. Ada juga yang mengatakan bahwa pembimbing materi keterampilan komputer sangat baik dalam memberikan bimbingan dan materi pembelajarannya tidak membosankan. Universitas Sumatera Utara 80 Selanjutnya yang menyukai materi sablon juga memiliki alasan yang beragam. Paling utama adalah mereka menyukai keterampilan sablon karena merasa memiliki bakat dalam hal menggambar dan memamg menyukai sablon. Namun ada juga keterampilan sablon karena menurut mereka materi ini lebih mudah dan tidak memerlukan biaya yang besar dalam hal pelaksanaannya kelak ketika akan membuka usaha penyablonan. Tabel 5.15 Pandangan Responden atas Penggunaan Komputer Satu Unit Setiap Orang Saat Pelatihan No Setiap Anak 1 Unit 1 Orang Frekuensi 1. 2. Selalu Kadang-kadang 16 4 80,00 20,00 Jumlah 20 100,00 Sumber : Hasil penelitian Tahun 2010 Berdasarkan data yang disajikan pada tabel 5.15, terdapat 16 responden atau 80,00 menjawab selalu memakai komputer setiap anak 1 orang 1 komputer. Hal ini dikarenakan yayasan memang sudah menyediakan banyak unit komputer agar anak bimbingan dapat dengan leluasa memakai komputer tanpa harus bergantian atau berkelompok. Kemudian jawaban untuk kadang-kadang dalam memakai 1 komputer 1 orang sedikitnya 4 orang responden atau 20,00. Hal ini disebabkan komputer kadang mengalami kerusakan atau sedang diperbaiki mengharuskan sebagian anak menggunakan 1 komputer untuk orang. Universitas Sumatera Utara 81 Tabel 5.16 Pandangan Responden Terhadap Kelengkapan Peralatan untuk Pelatihan Sablon No Ketersediaan Peralatan Frekuensi 1. 2. Lengkap Kurang lengkap 17 3 85,00 15,00 Jumlah 20 100,00 Sumber : Hasil penelitian Tahun 2010 Berdasarkan data yang disajikan pada tabel 5.16 diketahui bahwa jawaban untuk menyatakan peralatan pelatihan sablon sudah lengkap berjumlah 17 orang responden atau 85,00. Sedangkan sedikitnya 3 orang responden atau 15,00 menyatakan kurang lengkap. Selanjutnya tidak ada responden yang menyatakan tidak lengkap. Melalui obsservasi, penulis memperoleh informasi bahwa pelatihan sablon cukup lengkap seperti cetakan, cat, kuas, cetakan, dan lain-lain. Tabel 5.17 Pandangan Responden Mengenai Kualitas Peralatan KomputerSablon No Peralatan Memadai untuk digunakan Frekuensi 1. 2. Memadai Kurang memadai 16 4 80,00 20,00 Jumlah 20 100,00 Sumber : Hasil penelitian Tahun 2010 Universitas Sumatera Utara 82 Berdasarkan data yang disajikan pada tabel 5.17 diketahui bahwa 16 orang responden atau 80,00 menyatakan peralatan terhadap pelatihan keterampilan sudah memadai. Menurut mereka peralatan seperti komputer dan peralatan sablon dapat digunakan dan berfungsi dengan baik, dan apabila peralatan rusak, yayasan akan menggantinya dengan yang baru. Apabila masih bisa diperbaiki maka akan diperbaiki kembali. Kemudian 4 orang responden atau 20,00 menyatakan merasa peralatan dalam pelatihan kurang memadai untuk digunakan. Tidak ada responden yang menyatakan bahwa peralatan dalam pelatihan keterampilan komputersablon tidak memadai untuk digunakan karena memang hasil observasi terhadap fasilitas peralatan dalam pelatihan keterampilan tersebut memang sudah memadai.

5.3. Keberfungsian Sosial Setelah Mengikuti Program Kecakapan Hidup