Kebijakan Umum Dalam Perkreditan

108

1. Kebijakan Umum Dalam Perkreditan

Setiap bank memiliki aturan intern yang berbeda-beda dalam prosedur pemberian kredit bagi nasabah atau calon nasabahnya. Persaingan dunia perbankan dalam menyalurkan kreditnya menunjukkan suatu suasana yang semakin ketat. Keadaan ini didorong oleh suatu kenyataan dimana untuk mencari debitur yang memenuhi persyaratan yang ditetapkan oleh bank saat ini sangat terbatas dan sulit. Pada sisi lain pemberian kredit merupakan bidang usaha perbankan yang mengandung risiko yang disebabkan kemungkinan terjadinya cidera janji atau wanprestasi sehingga debitur tidak dapat mengembalikan kredit sesuai dengan jangka waktu yang telah ditetapkan dalam perjanjian kredit. Agar pemberian kredit dapat dilaksanakan secara baik dan berdasarkan asas- asas perkreditan yang sehat, maka diperlukan suatu kebijakan perkreditan yang tertulis. Untuk itu, Bank Umum harus memiliki dan melaksanakan kebiasaan perkreditan bank berdasarkan pedoman penyusunan kebijakan perkreditan bank sebagaimana tertuang dalam Surat Keputusan Direksi Bank Indonesia Nomor 27162KEPDIR dan Surat Edaran Bank Indonesia Nomor 277UPPB masing- masing tanggal 31 Maret 1995. Dalam ketentuan tersebut ditetapkan pedoman penyusunan kebijakan perkreditannya, yang sekurang-kurangnya memuat dan mengatur hal-hal pokok mengenai prinsip kehati-hatian dalam perkreditan, organisasi dan manajemen perkreditan, pengawasan kredit dan penyelesaian kredit bermasalah. Kebijakan perkreditan bank yang telah ditetapkan oleh masing-masing bank tersebut Universitas Sumatera Utara 109 berlaku sebagai ketentuan yang mengikat dan penerapannya oleh bank yang bersangkutan akan dipantau secara berkala oleh Bank Indonesia. Untuk mencari peluang pasar yang terbatas dan menjaga agar kualitas kredit yang diberikan tetap lancar, maka setiap tahapan proses pemberian kredit harus senantiasa dilaksanakan dengan menerapkan prinsip kehati-hatian. Prinsip kehati- hatian tersebut tercemin dalam kebijakan pokok perkreditan, tata cara penilaian kualitas kredit, profesionalisme dan integritas pejabat perkreditan. Kebijakan pokok dalam perkreditan meliputi pokok-pokok pengaturan mengenai tatacara pemberian kredit yang sehat, meliputi : 101 a. Prinsip utama dalam mengelola risiko kredit Dalam rangka mempertahankan kredit yang sehat, maka risiko kredit harus dikelola dengan prinsip-prinsip sebagai berikut : 1 Pemisahan Pejabat Kredit Berdasarkan bidang tugasnya, pejabat kredit dibedakan menjadi : a Pejabat Kredit bidang Relationship Management RM, yang bertanggung jawab atas credit relationship serta upaya pengembalian pinjaman performing loan kredit tidak bermasalah yang terbagi atas Pejabat Pemrakarsa dan Pejabat Pemutus, dan b Pejabat Kredit bidang Credit Risk Management CRM, yang bertanggung jawab atas pengendalian risiko kredit, manajemen portofolio kredit dan pengelolaan kredit bermasalah. Credit Risk Management CRM ini secara jelas dipisahkan dari fungsi pemasaran tetapi harus memenuhi tujuan- tujuan bisnis. 2 Penerapan Four Eyes Principle Four Eyes Principle adalah suatu prinsip dalam pelaksanaan kewenangan memutus kredit yang harus dilakukan bersama-sama oleh minimal 2 dua pejabat kredit lini, yang satu atau kedua-duanya mempunyai kewenangan yang cukup, baik dilaksanakan dengan cara simetri maupun asimetri. Pelaksanaan secara simetri yaitu putusan kredit yang dilakukan secara bersama-sama oleh pejabat kredit lini jajaran Relationship Management RM dan pejabat kredit lini 101 Kebijakan Umum Perkreditan Bank Rakyat Indonesia Revisi Kelima Tahun 2007 Bab II, hal.1-9 Universitas Sumatera Utara 110 jajaran Credit Risk Management CRM yang salah satu atau kedua-duanya memiliki limit kewenangan kredit yang cukup. Pelaksanaan asimetri yaitu putusan kredit yang dilakukan secara bersama-sama oleh 2 dua pejabat kredit lini jajaran Relationship Management RM atau jajaran Credit Risk Management CRM, dimana salah satu atau kedua-duanya memiliki limit kewenangan kredit yang cukup. 102 3 Penerapan Risk Scoring System Setiap bisnis harus menerapkan standar penilaian risiko yang baku. Skor risiko yang baku tersebut memberikan dasar untuk perhitungan biaya risiko serta untuk perencanaan dan manajemen portofolio. 4 Pemisahan Pengelolaan Kredit Bermasalah Kredit yang telah masuk dalam kategori kredit bermasalah, pengelolaannya harus dipindahkan dari jajaran Relationship Management RM kepada jajaran Credit Risk Management CRM atau petugas di jajaran Relationship Management RM yang ditunjuk untuk menangani kredit bermasalah tersebut. b. Prosedur Perkreditan yang sehat Pengertian prosedur perkreditan yang sehat adalah proses pemberian kredit yang harus meliputi tahapan sebagai berikut : 103 1 Penetapan Pasar Sasaran PS Divisi Administrasi Kredit ADK menyiapkan dan menyusun Pasar Sasaran PS dan Kriteria Risiko yang Dapat Diterima KRD masing-masing bidang bisnis setiap tahun. Pasar Sasaran PS dan Kriteria Risiko yang Dapat Diterima KRD tersebut harus mendapat persetujuan Direktur Bidang Bisnis sebelum disahkan oleh Direktur Administrasi Kredit ADK dan Analisis Risiko Kredit ARK. Pasar Sasaran PS didefinisikan sebagai sekelompok nasabah dalam suatu industri, segmen ekonomi, pasar atau suatu daerah geografis, yang memiliki ciri-ciri tertentu yang diinginkan dan dipandang perlu untuk pengalokasian usaha dan biaya pemasaran dalam mencari peluang-peluang bisnis baru atau perluasan bisnis. Kriteria Risiko yang Dapat Diterima KRD adalah kriteria-kriteria risiko termasuk kriteria nasabah atau calon nasabah yang dipilih dan dapat diterima oleh unit kerja bisnis untuk setiap pasar sasaran yang telah ditetapkan. Pejabat kredit akan menggunakan kriteria-kriteria tersebut sebagai tolak ukur atau pedoman dalam pemberian kredit, untuk memperoleh keuntungan atau pendapatan yang sebesar-besarnya dengan risiko yang serendah-rendahnya. Kriteria Risiko yang dapat Diterima KRD ini sangat penting karena menyangkut kemampuan Bank Rakyat Indonesia dalam menanggung risiko. Untuk menetapkan Pasar Sasaran PS dan Kriteria Risiko yang Dapat Diterima KRD tersebut, Divisi Administrasi Kredit ADK dengan bantuan 102 Ibid 103 Ibid Universitas Sumatera Utara 111 divisi terkait melakukan penelitian atas potensi ekonomi yang berada dalam wilayah dan lingkungan kerja di Unit, Kantor cabang pembantu Kancapem, Kantor cabang Kanca, Kantor wilayah Kanwil dan Kantor pusat Kanpus. Berdasarkan Pasar Sasaran PS dan Kriteria Risiko yang Dapat Diterima KRD yang telah ditetapkan, masing-masing bidang bisnis membuat Rencana Pemasaran Tahunan RPT untuk mencapai Rencana Kerja Anggaran. Maksud dari penetapan ini adalah agar Bank Rakyat Indonesia lebih berhati- hati dalam pemberian kredit terhadap sektor ekonomi, segmen pasar dan kegiatan usaha yang mengandung risiko tinggi bagi Bank Rakyat Indonesia. Oleh karena itu semua jenis sektor ekonomi, segmen pasar dan kegiatan usaha yang berada diluar Pasar Sasaran PS dan Kriteria Risiko yang Dapat Diterima KRD hanya dapat dilayani dengan persetujuan Direktur Administrasi Kredit ADK dan Analisis Resiko Kredit ARK dan Direktur Bidang Bisnis, dan dapat didelegasikan kepada Pejabat Kredit yang ditunjuk oleh Direksi melalui surat tersendiri. 2 Penetapan Kriteria Risiko yang Dapat Diterima KRD Pemberian putusan kredit tidak boleh semata-mata didasarkan atas pertimbangan permohonan untuk satu transaksi atau satu rekening kredit dari pemohon, namun harus atas dasar penilaian seluruh kredit yang telah diberikan dan akan diberikan oleh Bank Rakyat Indonesia atau yang dikenal dengan istilah konsep hubungan total pemohon kredit total relationship concept yang meliputi seluruh perusahaan maupun perorangan yang terkait dengan pemohon kredit yang telah mendapat fasilitas kredit atau akan diberikan kredit secara bersamaan oleh Bank Rakyat Indonesia. Setiap pemberian kredit harus mendapat putusan Pejabat Kredit Lini atau Komite Kredit yang berwenang. Pemberian putusan kredit tersebut harus dilakukan secara tertulis dan harus dipastikan bahwa : 104 a setiap kredit yang diberikan telah memenuhi ketentuan perbankan dan sesuai asas-asas perkreditan yang sehat, b pelaksanaan pemberian kredit telah sesuai dengan Kebijakan Umum Perkreditan KUP Bank Rakyat Indonesia dan Pedoman Penyusunan Kebijaksanaan PPK yang berlaku, c pemberian kredit telah didasarkan pada penilaian yang jujur, obyektif, cermat dan seksama serta terlepas dari pengaruh pihak-pihak yang berkepentingan dengan pemohon kredit, d meyakini bahwa kredit yang akan diberikan tersebut dapat dilunasi pada waktunya dan tidak akan berkembang menjadi kredit bermasalah. 3 Proses Pemberian Putusan Kredit 104 Kebijakan Umum Perkreditan Bank Rakyat Indonesia Revisi Kelima Tahun 2007 Bab IV, hal. 5. Universitas Sumatera Utara 112 Proses Pemberian Putusan Kredit terdiri atas : 105 a Prakarsa atau Permohonan Kredit Debitur yang dapat diprakarsai oleh masing-masing Bidang Bisnis untuk mengajukan permohonan kredit adalah debitur atau calon debitur yang memenuhi batasan Pasar Sasaran PS dan Kriteria Risiko yang Dapat Diterima KRDT yang telah ditetapkan. Pemrakarsa kredit untuk masing-masing Bidang Bisnis adalah Pejabat Kredit Lini di Bank Rakyat Indonesia Unit, Kantor Cabang Pembantu, Kantor Cabang, Kantor Cabang Khusus, Kantor Wilayah, Kantor Pusat dan Unit Kerja Bank Rakyat Indonesia diluar negeri. Permohonan kredit dapat diajukan secara tertulis baik untuk kredit baru, perpanjangan jangka waktu kredit, tambahan kredit maupun permohonan perubahan syarat kredit dan dimungkinkan oleh Bank Rakyat Indonesia untuk memberikan penawaran pemberian kredit. Permohonan kredit yang diajukan haruslah dibuat dengan menggunakan format yang telah ditentukan dalam Pedoman Penyusunan Kebijaksanaan PPK, yang memuat informasi lengkap termasuk informasi perkreditan pada bank lain. Pejabat Kredit Lini bidang Relationship Management RM atau Pejabat Kredit Lini bidang Credit Risk Management CRM yang ditunjuk untuk menangani kredit bermasalah disemua tingkat Kantor Pusat, Kantor Wilayah, Kantor Cabang Khusus, Kantor Cabang, Kantor Cabang Pembantu, Bank Rakyat Indonesia Unit atau Unit Kerja Bank Rakyat Indonesia di luar negeri harus melakukan evaluasi terhadap permohonan kredit untuk menjamin pemenuhan kebijakan kredit, dan hasil evaluasi tersebut menjadi dasar untuk pertimbangan dapat atau tidaknya kredit diproses lebih lanjut. Kemudian Pejabat Kredit Lini bidang Relationship Management RM atau Pejabat Kredit Lini bidang Credit Risk Management CRM yang ditunjuk untuk mengatasi kredit bermasalah harus memastikan kebenaran data dan informasi yang disampaikan dalam permohonan kredit. b Analisis dan Evaluasi Kredit Analisis dan evaluasi harus dilakukan sesuai dengan ketentuan yang berlaku terhadap faktor-faktor : watak, kemampuan, modal, agunan, kondisi atau prospek usaha debitur atau yang lebih dikenal dengan 5 C dan penilaian terhadap sumber pelunasan kredit yang dititik beratkan pada hasil usaha atau penghasilan dari pemohon serta menyajikan evaluasi aspek yuridis perkreditan dengan tujuan untuk melindungi Bank Rakyat Indonesia dari risiko yang mungkin timbul. Tingkat kedalaman 105 Kebijakan Umum Perkreditan Bank Rakyat Indonesia Revisi Kelima Tahun 2007 Bab IV, hal. 6-7 Universitas Sumatera Utara 113 analisis 5 C disesuaikan dengan karakteristik produk, proyek yang dibiayai dan tingkat risiko, analisis terhadap 5 C. 106 Pada umumnya dunia perbankan menggunakan instrumen analisa yang terkenal dengan the fives of credit atau 5 C yaitu : 107 a. Character Watak Pihak bank perlu melakukan penyelidikan atau mencari informasi mengenai watak seorang calon debitur karena watak dan tabiat menjadi dasar penilaian utama. Penilaian watak atau kepribadian calon debitur bertujuan untuk mengetahui kejujuran serta itikad baik dari calon debitur untuk melunasi atau mengembalikan pinjamannya, sehingga tidak akan menyulitkan bank atau kreditur dalam pelaksanaan kredit tersebut nantinya. b. Capital Modal Pihak bank harus melakukan analisis terhadap modal yang dimiliki oleh calon debitur secara menyeluruh. Semakin besar jumlah modal yang dimiliki maka menunjukkan semakin besar pula kemampuan calon debitur untuk memenuhi kewajibannya. c. Capacity Kemampuan Pihak bank harus mampu menganalisa kemampuan calon debitur untuk membayar kembali utangnya. Bagi calon debitur perorangan pihak bank harus mendapat informasi yang benar mengenai penghasilan atau pendapatan calon debitur sehingga memberi keyakinan adanya kemampuan debitur untuk memenuhi kewajibannya. d. Colateral Jaminan Jaminan berarti harta kekayaan yang dapat diikat sebagai jaminan guna menjamin kepastian pelunasan utang jika dikemudian hari debitur tidak melunasi utangnya dengan jalan menjual jaminan dan mengambil pelunasan dari penjualan harta kekayaan yang menjadi jaminan itu. e. Condition of Economic Kondisi Ekonomi Pihak bank juga harus melakukan analisis terhadap kondisi ekonomi. Kondisi ekonomi adalah situasi ekonomi pada waktu dan jangka waktu tertentu dimana kredit itu diberikan oleh bank kepada calon debitur. Ruang lingkup analisis kredit oleh Pejabat Kredit Lini bidang Relationship Management RM maupun oleh Pejabat Kredit Lini bidang Credit Risk Management CRM dilakukan sesuai dengan 106 Kebijakan Umum Perkreditan Bank Rakyat Indonesia Revisi Kelima Tahun 2007 Bab IV, hal. 7. 107 Sutarno, Op.Cit, hal. 92-95. Universitas Sumatera Utara 114 sistim dan prosedur analisis yang ditetapkan dalam Pedoman Penyusunan Kebijaksanaan PPK masing-masing bidang bisnis. Sebagai pedoman, sistim dan prosedur analisis yang dapat dipilih dalam Pedoman Penyusunan Kebijaksanaan PPK masing-masing bidang bisnis adalah sebagai berikut : 108 1 Pejabat Kredit Lini baik dari Relationship Management RM maupun Credit Risk Management CRM melakukan analisis kualitatif dan analisis kuantitatif Police Methode, 2 Pejabat Kredit Lini bidang Relationship Management RM hanya bertanggung jawab atas collecting data debitur, sedangkan analisis kredit baik kualitatif maupun kuantitatif menjadi tanggung jawab Pejabat Kredit Lini bidang Credit Risk Management CRM Ideal Methode, 3 Pejabat Kredit Lini bidang Relationship Management RM bertanggung jawab atas collecting data debitur serta analisis mengenai karakter dan manajemen debitur. Sedangkan Pejabat Kredit Lini bidang Credit Risk Management CRM, bertanggung jawab atas analisis kuantitatif financial dan analisis kualitatif mengenai industri, pasar, makro ekonomi dan aspek lainnya yang terkait dengan risiko pemberian kredit yang belum dianalisis oleh Pejabat Kredit Lini bidang Relationship Management RM Partnership Methode. Apabila masih terdapat persyaratan yang belum terpenuhi sebagai kelengkapan suatu permohonan kredit, maka di dalam melakukan analisis dan evaluasi kredit, harus dipastikan bahwa kekurangan tersebut dapat dipenuhi oleh pemohon kredit. Analisis dan evaluasi kredit harus dibuat secara lengkap, akurat dan obyektif yang sekurang-kurangnya menyajikan hal-hal sebagai berikut: 109 1 Semua informasi yang berkaitan dengan usaha dan data pemohon termasuk hasil penelitian atas informasi kredit yang disediakan oleh Bank Indonesia, 2 Penilaian atas kelayakan jumlah permohonan kredit dengan proyek atau kegiatan usaha yang akan dibiayai, untuk menghindari kemungkinan terjadinya prektek mark-up yang dapat merugikan Bank Rakyat Indonesia, 3 Penilaian yang obyektif dan tidak dipengaruhi oleh pihak- pihak yang berkepentingan dengan pemohon kredit dan 108 Kebijakan Umum Perkreditan Bank Rakyat Indonesia Revisi Kelima Tahun 2007 Bab IV, hal.8. 109 Kebijakan Umum Perkreditan Bank Rakyat Indonesia Revisi Kelima Tahun 2007 Bab IV, hal. 9-13. Universitas Sumatera Utara 115 permohonan kredit, sehingga bukan merupakan suatu formalitas yang dilakukan semata-mata untuk memenuhi prosedur perkreditan. Analisis dan evaluasi kredit harus menggambarkan konsep hubungan total pemohon kredit. c Negoisasi Kredit Setelah dilakukan analisis dan evaluasi , Pejabat Kredit Lini bidang Relationship Management RM maupun Credit Risk Management CRM perlu melakukan negoisasi dengan pemohon kredit meliputi antara lain jumlah, struktur dan tipe, serta syarat dan ketentuan kredit. Hasil negoisasi dengan pemohon kredit dicatat oleh Pejabat Relationship Management RM maupun Credit Risk Management CRM dan disimpan dalam berkas pinjaman yang bersangkutan. d Penetapan Struktur dan Tipe Kredit Berdasarkan hasil analisis dan evaluasi serta negoisasi, perlu disusun struktur dan tipe kredit yang tepat beserta syarat dan ketentuan kredit yang mendukung, sehingga keamanan pemberian kredit terjamin serta kebutuhan debitur terpenuhi. Dalam penyusunan dan penetapan struktur dan pemilihan tipe kredit harus sesuai dengan pendanaan debitur serta risiko yang mungkin akan terjadi bagi Bank Rakyat Indonesia. Penyusunan dan penetapan struktur kredit harus dibuat konsisten sesuai kebutuhan debitur tujuan, jangka waktu, bentuk, sumber dana, dll, serta dengan sumber pembayaran kembali berdasarkan hasil analisis dan evaluasi, dan harus dinegosiasikan dengan debitur atau calon debitur. e Rekomendasi Pemberian Putusan Kredit Rekomendasi pemberian putusan kredit yang merupakan suatu kesimpulan dari hasil analisis dan evaluasi yang telah dilakukan, harus disampaikan secara tertulis dengan menggunakan format yang ditentukan dalam Pedoman Penyusunan Kebijaksanaan PPK kepada Pejabat Pemutus Kredit yang berwenang untuk memutus sesuai dengan jumlah kredit tersebut. Rekomendasi dilakukan oleh Pejabat Pemrakarsa Kredit. Isi rekomendasi menjadi satu kesatuan dengan pemberian putusan kredit. Isi rekomendasi harus secara jelas menguraikan kelemahan dan kekuatan yang akan mempengaruhi kemampuan debitur dalam pembayaran kembali kredit, baik first way out mau pun second way out. First way out pembayaran kembali kredit adalah kemampuan debitur untuk membayar kembali kreditnya dengan dana yang berasal dari hasil usaha yang dibiayai kredit dan tercermin didalam cash flow debitur, sedangkan second way out pembayaran kembali kredit adalah kemampuan debitur untuk membayar kembali kreditnya yang berasal dari pencairan atau likuidasi agunan atau jaminan collateral. Universitas Sumatera Utara 116 Dalam pembuatan rekomendasi pemberian putusan kredit, harus dipastikan bahwa tidak ada kebijakan dan prosedur yang dilanggar serta tidak ada masalah hukum. Untuk kredit yang lebih kompleks atau rumit dan mengandung implikasi hukum, dapat dimintakan pendapat ahli hukum yang ada di Bank Rakyat Indonesia. f Kelengkapan Paket Kredit Sebelum pemberian putusan kredit, Pemutus Kredit bersama-sama dengan Pejabat Kredit Support yang melaksanakan fungsi administrasi kredit bertanggung jawab untuk meneliti dan memastikan bahwa dokumen-dokumen yang mendukung pemberian putusan kredit masih berlaku, sah dan berkekuatan hukum. Setelah meneliti dan memeriksa dokumen-dokumen kredit tersebut diatas, Pemutus Kredit harus mempunyai gambaran yang lengkap dan benar mengenai keseluruhan isi paket kredit yang akan diputus. g Pemberian Putusan Kredit Setiap pemberian putusan kredit harus dilakukan oleh Pejabat Pemutus Kredit atau Komite Kredit yang berwenang. Dalam memberikan putusan kredit, Pejabat Pemutus Kredit atau Komite Kredit harus memperhatikan hal-hal sebagai berikut : 1 Setiap pemberian putusan kredit harus memperhatikan analisis dan evaluasi serta rekomendasi pemberian persetujuan kredit, 2 Putusan kredit tersebut harus dibuat secara tertulis sesuai dengan format yang telah ditentukan dan ditandatangani oleh Pejabat Pemutus Kredit atau Komite Kredit, 3 Setiap pemberian putusan kredit yang berbeda dengan isi rekomendasi harus dijelaskan secara tertulis oleh Pejabat Pemutus Kredit. Dalam hal putusan kredit dilakukan oleh komite kredit, setiap pemberian putusan yang berbeda dengan isi rekomendasi dan pendapat dari masing-masing anggota komite kredit harus dijelaskan secara tertulis. 4 Perjanjian Kredit Setiap kredit yang telah disetujui dan disepakati oleh pemohon kredit wajib dituangkan dalam perjanjian kredit atau akad pembiayaan secara tertulis. Bentuk dan format perjanjian kredit atau akad pembiayaan tersebut disesuaikan dengan keperluan dan jenis kredit yang diberikan dengan memperhatikan hal-hal sebagai berikut: a. Memenuhi keabsahan dan persyaratan hukum yang dapat melindungi kepentingan Bank Rakyat Indonesia, b. Memuat jumlah, jangka waktu, tatacara pembayaran kembali kredit, tujuan penggunaan serta persyaratan-persyaratan kredit lainnya sebagaimana ditetapkan didalam keputusan persetujuan dimaksud, Universitas Sumatera Utara 117 c. Membuat perjanjian accesoir perjanjian tambahan yang menunjuk pada perjanjian kreditnya. Perjanjian kredit harus dilampiri dengan Syarat-Syarat Umum Perjanjian Pinjaman dan Kredit PT. Bank Rakyat Indonesia Persero Tbk, yang ditandatangani oleh debitur sebagai satu kesatuan dengan perjanjian kredit, kecuali ditentukan lain oleh Direksi atau Komite Kredit Kantor Pusat. 4 Dokumentasi dan Administrasi Kredit Dokumentasi kredit menjadi bagian yang tidak terpisahkan dari paket kredit dan merupakan salah satu aspek penting yang dapat menjamin pengembalian kredit. Oleh karena itu dokumentasi kredit wajib dilaksanakan dengan baik, tertib dan lengkap. Dokumen kredit diperoleh selama proses kredit berlangsung dimulai dari prakarsa atau permohonan kredit sampai dengan pelunasan kredit. Dokumen kredit tersebut harus mencakup atau merekam semua tahapan pemberian kredit dan dokumen yang dipersyaratkan oleh pejabat pemutus untuk keamanan dalam pemberian kredit. Berdasarkan sumbernya ada dua macam dokumen yaitu dokumen intren dan dokumen ekstern. Dokumen intern adalah dokumen-dokumen yang berasal atau disediakan secara intern oleh Bank Rakyat Indonesia. Dokumen ekstern adalah dokumen-dokumen yang berasal atau diperoleh dari pihak luar atau pihak debitur atau calon debitur maupun oleh pihak ketiga lainnya dalam kaitannya dengan perkreditan Bank Rakyat Indonesia. Selain itu berdasarkan kepentingannya, dokumen juga dibedakan menjadi dokumen primer pokok dan dokumen sekunder pendukung. Dokumen primer adalah dokumen-dokumen yang harus dikuasai oleh bank untuk dapat membuktikan kepemilikan aset secara yuridis serta dokumen analisis dan putusan kredit. Dokumen primer ini terdiri dari identitas debitur, identitas usaha debitur, analisis dan putusan kredit, perjanjian kredit atau akad pembiayaan, instruksi pencairan kredit, bukti kepemilikan agunan dan pengikatannya serta dokumen asuransi. Sedangkan dokumen diluar dokumen-dokumen primer disebut dokumen pendukung sekunder. Agar kepentingan bank tetap terjaga, maka perlu dilakukan pengecekan terhadap dokumen kredit dengan ketentuan : a Pejabat Kredit Lini bertanggung jawab terhadap keabsahan dan kelengkapan dokumen kredit yang dipersyaratkan, b Pejabat Kredit Support bertanggung jawab terhadap kepastian bahwa dokumen yang dipersyaratkan telah lengkap dan berkekuatan hukum. Administrasi Kredit bertujuan untuk mendukung langkah-langkah pembinaan atau penilaian atas perkembangan kredit dan usaha Universitas Sumatera Utara 118 debitur serta sebagai alat pengawasan kredit sehingga kepentingan Bank Rakyat Indonesia dapat terlindungi. Satuan kerja yang bertanggung jawab dalam pengadministrasian kredit adalah Pejabat Kredit Support pada masing-masing tingkat organisasi Kantor Pusat, Kantor Wilayah, Kantor Cabang Khusus, Kantor Cabang, Kantor Cabang Pembantu dan Unit kerja Bank Rakyat Indonesia di luar negeri dan petugas administrasi kredit di Bank Rakyat Indonesia Unit. 5 Persetujuan Pencairan Kredit Tidak ada suatu fasilitas kredit apapun yang boleh dicairkan, dibayarkan atau dibukukan sebelum Pejabat Kredit Support yang melaksanakan fungsi administrasi kredit meneliti dan menetapkan bahwa: a Semua dokumen yang berhubungan dengan persetujuan pemberian kredit telah ditandatangani oleh Pejabat Pemutus Kredit yang lengkap dan sesuai dengan kewenangannya, b Semua dokumen yang mendukung pemberian kredit dan syarat- syarat kredit yang ditetapkan telah dipenuhi dengan lengkap, c Biaya-biaya yang disyaratkan harus disetor sebelum pencairan kredit telah disetor terlebih dahulu oleh debitur. Sebelum pencairan kredit dilakukan, Pejabat Kredit Support yang melaksanakan fungsi administrasi kredit harus memastikan bahwa seluruh aspek yuridis yang berkaitan dengan kredit telah diselesaikan dan telah memberikan perlindungan yang memadai bagi Bank Rakyat Indonesia.

2. Prosedur Pemberian Personal Guarantee Sebagai Jaminan Kredit Pada PT.