62
D. Manfaat Penelitian
Penelitian ini diharapkan dapat memberi manfaat baik secara teoritis maupun praktis, yaitu :
1. Secara teoritis : Hasil penelitian ini diharapkan dapat dijadikan sebagai bahan kajian lebih lanjut
untuk melahirkan berbagai konsep keilmuan yang pada saatnya dapat memberikan andil bagi perkembangan ilmu pengetahuan dalam bidang Hukum
Perdata, khususnya pelaksanaan personal guarantee dalam praktek perbankan.
2. Secara praktis : Hasil penelitian ini diharapkan dapat memberi masukan kepada masyarakat
umum yang ingin menjadi penjamin atau penanggung agar mengetahui hak serta kewajibannya terhadap kreditur dan debitur, dan untuk memberikan
sumbangan pemikiran bagi dunia perbankan serta pihak-pihak yang terlibat langsung dalam pelaksanaan pembuatan perjanjian personal guarantee.
E. Keaslian Penelitian
Berdasarkan informasi yang diperoleh dan dengan penelusuran kepustakaan di lingkungan Universitas Sumatera Utara, penelitian dengan judul “Analisis praktek
pelaksanaan personal guarantee dalam pemberian kredit pada PT. Bank Rakyat Indonesia Persero Tbk Cabang Sigli” tidak ada yang persis sama dan belum pernah
dilakukan oleh peneliti sebelumnya. Dengan demikian penelitian ini adalah asli adanya. Meskipun ada peneliti-peneliti pendahulu yang pernah melakukan penelitian
Universitas Sumatera Utara
63
mengenai masalah personal guarantee, namun secara substansi pokok permasalahan yang dibahas berbeda dengan penelitian ini. Adapun penelitian yang berkaitan
dengan personal guarantee yang pernah dilakukan adalah : 1. Personal Guarantee Dalam Praktek Perkreditan Perbankan, yang telah dilakukan
penelitian oleh : Eva Triana Fakultas Hukum USU, Tahun 2005 . Permasalahan :
a. Bagaimana kewajiban seseorang yang mengikatkan dirinya guarantor untuk jaminan hutang debitur ?
b. Apakah seseorang suamiisteri yang memberikan personal guarantee memerlukan persetujuan pihak suamiisteri ?
c. Bagaimana akibat hukumnya apabila guarantor meninggal dunia ? 2.
Tanggung Jawab Penanggung Hutang borgtocht Terhadap Debitur Yang Ingkar Janji Wanprestasi Kepada PT Bank Danamon Tbk, yang telah dilakukan
penelitian oleh : Teddy Taufik Magister Kenotariatan USU, Tahun 2004 . Permasalahan :
a. Bagaimanakah persyaratan seorang penanggung hutang yang disetujui oleh Bank Danamon Tbk ?
b. Apakah hak istimewa dari penanggung hutang masih dapat diterapkan atau berlaku dalam perjanjian penanggungan hutang pribadi ?
c. Apakah setelah penanggung hutang membayar hutang debitur dengan dieksekusi
hartanya oleh
Pengadilan Negeridilelang
dapat meminta
Universitas Sumatera Utara
64
pengembalian pembayaran hutang terhadap hartanya yang sudah dilelang kepada Debitur ?
F. Kerangka Teori dan Konsepsi
1.
Kerangka Teori
Pada ilmu hukum kelangsungan perkembangan suatu ilmu senantiasa tergantung pada metodologi, aktivitas penelitian, imajinasi sosial dan teori.
41
Teori adalah menerangkan atau menjelaskan mengapa gejala spesifik atau proses tertentu
terjadi. Suatu teori harus diuji dengan menghadapkannya pada fakta-fakta yang dapat menunjukkan ketidakbenarannya. Fungsi teori dalam penelitian ini adalah untuk
memberikan arahan atau petunjuk dan meramalkan serta menjelaskan gejala yang diamati.
42
Tugas hukum yang sangat fundamental adalah menciptakan ketertiban, sebab ketertiban merupakan suatu syarat dari masyarakat yang teratur. Hal ini berlaku bagi
masyarakat manusia dalam segala bentuknya. Oleh karena itu pengertian manusia, masyarakat dan hukum tidak mungkin dipisah-pisahkan.
43
Untuk tercapainya suatu ketertiban dan kedamaian maka hukum berfungsi untuk memberikan jaminan bagi seseorang agar kepentingannya diperhatikan oleh
41
Soerjono Soekanto, Pengantar Penelitian Hukum, Jakarta : UI Press, 1986, hal. 6.
42
JJJ. Wuisman, Penyunting M. Hisyam, Penelitian Ilmu-Ilmu Sosial, Jilid I, Jakarta : UI Press, 1996, hal. 203.
43
Soerjono Soekanto, Penegakan Hukum, Jakarta : Bina Cipta, 1983, hal. 42.
Universitas Sumatera Utara
65
orang lain. Jika kepentingan itu terganggu, maka hukum harus melindunginya dan setiap ada pelanggaran hukum, maka hukum itu harus dilaksanakan dan ditegakkan.
44
Penegakkan hukum pada prinsipnya harus dapat memberi manfaat atau berdaya guna bagi masyarakat, namun disamping itu masyarakat juga mengharapkan
adanya penegakan hukum untuk tercapainya suatu keadilan.
45
Sebagaimana teori etis yang dikemukakan oleh Aristoteles tentang tujuan hukum, yang dikutip dari Van Apeldoorn bahwa “hukum semata-mata bertujuan
untuk mewujudkan keadilan. Tujuannya adalah memberikan tiap-tiap orang apa yang patut diterimanya. Keadilan tidak boleh dipandang penyamarataan. Keadilan bukan
berarti bahwa tiap-tiap orang memperoleh bagian yang sama.”
46
Hal ini berkaitan terhadap status penjamin atau personal guarantor serta kedudukan kreditur yang harus mendapatkan kepastian hukum atas hak dan
kewajibannya manakala timbulnya hal-hal diluar kesepakatan atau perjanjian yang sudah ditentukan di awal perjanjian personal guarantee tersebut. Serta berkaitan
dengan kedudukan para debitur yang baik secara sendiri-sendiri ataupun bersama- sama meminta haknya atas apa yang sudah diperjanjikan.
Dalam praktek perbankan, pemberian kredit umumnya diikuti penyediaan jaminan oleh pemohon kredit atau calon debitur, sehingga pemohon kredit yang tidak
bisa memberikan jaminan sulit untuk memperoleh kredit dari bank. Persyaratan bagi
44
Syafruddin Kalo, Modul Kuliah Penemuan Hukum, Medan : Program Studi Magister Kenotariatan USU, 2005, hal. 38.
45
Ibid.
46
Van Apeldoorn, L.J, Pengantar Ilmu Hukum, Jakarta : Pradnya Paramitha, 2001, hal. 53.
Universitas Sumatera Utara
66
pemohon kredit untuk menyediakan jaminan ini dapat menghambat pengembangan usaha pemohon kredit karena pengusaha kecil yang modal usahanya sangat terbatas
tidak memiliki harta kekayaan yang memenuhi syarat untuk dijadikan jaminan kreditnya.
Oleh karena itu pemerintah mendorong perbankan untuk menyalurkan kredit tanpa adanya keharusan pemohon kredit untuk memberikan jaminan, tetapi pada
umumnya perbankan tidak memberikan kredit tanpa adanya jaminan. Adapun teori yang digunakan untuk menganalisa permasalahan dalam penelitian ini adalah teori
keadilan dan pertanggung jawaban. Menurut Munir Fuady bahwa : Keadilan adalah suatu nilai value untuk menciptakan suatu hubungan yang
ideal di antara manusia sebagai individual, sebagai anggota masyarakat, dan sebagai bagian dari alam, dengan memberikan kepada manusia tersebut apa
yang menjadi hak dan kebebasannya yang sesuai dengan prestasinya dan membebankan sesuai kewajibannya menurut hukum dan moral, yang bila
perlu harus dipaksakan berlakunya oleh negara dengan memperlakukan secara sama terhadap hal yang sama dan memperlakukan secara berbeda terhadap hal
yang berbeda.
47
Kata kredit secara etymology, berasal dari bahasa Yunani yaitu dari kata “Credere” yang berarti kepercayaan.
48
Ketentuan mengenai perjanjian kredit diatur dalam Pasal 1 angka 11 Undang-Undang Perbankan yang menyatakan “kredit adalah
penyedian uang atau tagihan yang dapat dipersamakan dengan itu berdasarkan persetujuan atau kesepakatan pinjam meminjam antar pihak bank dengan pihak lain
yang mewajibkan pihak peminjam untuk melunasi utangnya setelah jangka waktu tertentu dengan pemberian bunga.”
47
Munir Fuady, Dinamika Teori Hukum, Bogor : Ghalia Indonesia, 2007, hal. 101.
48
Suharno, Op.Cit, hal. 1.
Universitas Sumatera Utara
67
Oleh karena itu perjanjian kredit yang dilakukan antara debitur dan kreditur dilaksanakan atas dasar kepercayaan, bahwa hak kepemilikan atas benda yang
dijaminkan tersebut tetap berada dalam penguasaan si debitur. Apabila debitur ingkar janji, kreditur tidak dapat memiliki benda jaminan melainkan benda jaminan tersebut
dijual untuk mengambil pelunasan piutangnya. Hak tersebut tidak hapus walaupun terjadi kepailitan pada debitur.
Dalam perjanjian kredit sering kali keadaan tidak membayar bukan hanya pada saat perjanjian tersebut jatuh waktu, mengingat pada umumnya bank
mencantumkan klausula bahwa bilamana debitur tidak membayar angsuran kedit tersebut maka bank akan mempunyai hak untuk melaksanakan eksekusi jaminan atau
bilamana bank memegang corporate atau personal guarantee maka bank dapat melaksanakan penuntutan perdata untuk memperoleh haknya. Sehubungan dengan
hal tersebut perlu dipertimbangkan adakah kreditur dapat mengajukan permohonan pelunasan atas debitur hanya karena debitur tidak melaksanakan kewajiban
membayar suatu
angsuran, walaupun
pinjamannya belum
jatuh waktu.
49
Krediturbank akan menegur penjamin atau penanggung untuk menyelesaikan atau membayar kembali pinjaman tersebut. Apalagi kalau menurut perkiraan krediturbank
bahwa kekayaan penjamin jauh melebihi kekayaan debitur, maka tagihan akan langsung dialamatkan kepada penjamin. Sehingga dengan tidak dibayarnya utang
yang telah jatuh waktu dan dapat ditagih, dengan telah dipenuhinya persyaratan menurut undang-undang, krediturbank dapat menuntut pembayaran kepada penjamin
49
Rudhy A. Lontoh, Denny Kailimang, Benny Ponto, Op.Cit, hal. 429.
Universitas Sumatera Utara
68
tersebut. Konsekuensinya bagi penjamin adalah seluruh harta kekayaannya dipakai untuk membayar utang debitur sampai jumlah yang dijamin kepada para
krediturnya.
50
Berkaitan dengan tanggung jawab penjamin ini, sumber pertanggung jawaban adalah delik dan kontrak.
51
Roscoe Pound mengemukakan ada doktrin pertanggung jawaban atas kesalahan semata-mata berakar didalam tingkatan equity dan hukum
alam, tatkala dianggap sama, apa yang dibolehkan oleh kesusilaan dan apa yang diperkenankan oleh hukum dan berarti bahwa seseorang harus bertanggung jawab
atas kerugian yang disebabkan oleh tindakannya yang patut dicela menurut kesusilaan.
52
Doktrin yang dikemukakan Roscoe Pound menunjukkan bahwa tidak ada pertanggungjawaban tanpa kesalahan artinya seseorang tidak dapat dituntut
pertanggung jawabannya tanpa membuat kesalahan yang mengakibatkan kerugian pada orang lain. Dengan kata lain hanya orang-orang yang membuat kesalahan dan
50
Ibid, hal. 526.
51
Hukum melihat ada tiga bentuk pertanggung jawaban atas delik : 1. Pertanggung jawaban atas perugian yang disengaja.
2. Pertanggung jawaban atas perugian karena kealpaan dan tidak disengaja. 3. Pertanggung jawaban dalam perkara tertentu atas perugian yang dilakukan karena
kelalaian serta tidak disengaja. Yang pertama dan kedua sesuai doktrin tidak ada pertanggung
jawaban tanpa
kesalahan. Roscoe
Pound, Pengantar
Filsafat Hukum,
Jakarta : Bhatara Karya Aksara, 1982, hal. 86 dalam Samanto Tarigan,
Tanggung Jawab Penjamin Avalist Terhadap Utang Debitur Yang Wanprestasi Studi Kasus Putusan MARI No. 1436.KPdt2001, Tanggal 29 Januari 2004
, Tesis, Program Magister Kenotariatan, Sekolah Pascasarjana, USU, Medan, 2010, hal. 51
52
Ibid , Teori pertama mengenai pertanggung jawaban adalah mengenai suatu kewajiban
untuk menebus pembalasan dendam dari seseorang yang terhadapnya telah dilakukan suatu tindakan perugian injury baik oleh orang yang disebut pertama itu sendiri mau pun oleh sesuatu yang ada
dibawah kekuasaannya. Seseorang yang melakukan tindakan perugian atau berdiri diantara seseorang yang telah dirugikan dan pembalasan dendamnya, dengan melindungi seorang kerabatnya, seorang
anak kecil atau seekor hewan piaraannya yang melakukan suatu perugian, harus menebus perugian itu atau menerima pembalasan dendam itu dari pihak yang dirugikan.
Universitas Sumatera Utara
69
mengakibatkan kerugian orang lainlah yang dapat dimintakan pertanggung jawabannya.
53
Dalam peraturan perkreditan harus melakukan pendekatan pada prinsip pengawasan. Alasan perlunya dilakukan pengawasan itu adalah supaya untuk
menjaga dan memelihara kepercayaan masyarakat. Pemeliharaan kepercayaan masyarakat terhadap integritas sistem perbankan penting diupayakan karena
kepercayaan masyarakat merupakan faktor yang sangat krusial dalam bank sebagai industri jasa.
54
Selanjutnya jika dikaitkan prinsip keadilan dan pertanggung jawaban dalam perkreditan, harus menelah juga kepada jaminan sebagai salah satu syarat untuk
mendapatkan fasilitas kredit. Istilah jaminan merupakan terjemahan dari bahasa Belanda yaitu zekerheid atau cautie. Zekerheid atau cautie mencakup secara umum
cara-cara kreditur menjamin dipenuhinya tagihan, disamping pertanggungan jawab umum debitur terhadap barang-barangnya. Selain istilah jaminan dikenal juga dengan
agunan. Menurut Pasal 1 angka 23 Undang-Undang Perbankan, agunan adalah jaminan tambahan yang diserahkan nasabah debitur kepada bank dalam rangka
mendapatkan fasilitas kredit atau pembiayaan berdasarkan prinsip syariah.
55
53
Ibid.
54
Bismar Nasution, Hukum Kegiatan Ekonomi I, Bandung : Books Terrace Library, 2009, hal. 159.
55
Salim HS, Loc.Cit, hal. 21.
Universitas Sumatera Utara
70
Menurut M. Bahsan jaminan adalah “segala sesuatu yang diterima kreditur dan diserahkan debitur untuk menjamin suatu utang piutang dalam masyarakat.”
56
Dalam penjelasan Pasal 8 Undang-Undang Perbankan dikatakan bahwa apabila terdapat keyakinan atas kemampuan debitur maka jaminan dapat hanya
berupa barang, proyek, atau hak tagih yang dibiayai dengan kredit yang bersangkutan. Namun dalam praktek, bank biasanya akan meminta jaminan tambahan
berupa jaminan kebendaan maupun jaminan perorangan. Pihak ketiga sebagai penjamin atau penanggung memiliki hak istimewa yang
diberikan oleh Pasal 1831 KUH Perdata yang menyebutkan bahwa “si penanggung tidaklah diwajibkan membayar kepada si berpiutang, selain jika si berutang lalai,
sedangkan benda-benda si berutang ini harus lebih dahulu disita dan dijual untuk melunasi utangnya.”
Pasal 1832 KUH Perdata antara lain menyebutkan pengecualiannya bahwa si penanggung tidak dapat menuntut supaya benda-benda si berutang lebih dahulu disita
dan dijual untuk melunasi hutangnya, apabila ia telah melepaskan hak isimewanya untuk menuntut supaya benda-benda si berhutang lebih dahulu disita dan dijual.
Hak istimewa penanggung utang menurut Arie S. Hutagalung, antara lain adalah “hak untuk menuntut lebih dahulu Pasal 1831 KUH Perdata, hak untuk
membagi utang Pasal 1837 KUH Perdata, hak untuk mengajukan eksepsi Pasal
56
M. Bahsan, Penilaian Jaminan Kredit Perbankan Indonesia, Jakarta : Rejeki Agung, 2002, hal. 148.
Universitas Sumatera Utara
71
1847 KUH Perdata, dan hak untuk membebaskan sebagai penanggungpenjamin dikarenakan kesalahan kreditur Pasal 1848 KUH Perdata.”
57
Dalam pemberian kredit, kedudukan hukum penjamin atau penanggung utang yang secara riil tidak menikmati langsung atas pemberian kredit antara kreditur dan
debitur adalah sama jikalau debitur lalai atau wanprestasi, atau dengan kata lain penjamin atau penanggung dapat dituntut untuk memenuhi kewajiban debitur secara
langsung oleh kreditur, maka dalam hal ini kedudukan penjamin sama dengan debitur.
Inilah yang menjadi salah satu ciri utama dalam perjanjian perorangan yang menganut azas prioriteit atau azas kesamaan sesuai dengan ketentuan pada Pasal
1131 dan Pasal 1132 Kitab Undang-Undang Hukum Perdata. Dalam artian semua orang mempunyai kedudukan yang sama terhadap pemenuhan prestasi dari debitur
berkaitan dengan harta kekayaan debitur.
2. Konsepsi