Faktor –Faktor yang Mempengaruhi Keterlibatan. Langkah pencegahan

beberapa minggu selepas terinfeksi. Pasien bisa mendapat infeksi ini selama beberapa tahun hingga dekad sebelum berkembang menjadi AIDS.

2.12. Faktor –Faktor yang Mempengaruhi Keterlibatan.

Mengikut kajian yang dilakukan oleh Antono Suryoputro, Nicholas J. Ford, Zahroh Shaluhiyah 2006, tentang perilaku seksual pada remaja di Jawa Tengah, terdapat teori Social-Learning yang mengatakan bahwa perilaku manusia dibedakan oleh tiga hal yang saling berhubungan antara faktor personalindividu, faktor lingkungan, dan faktor perilaku. Dalam faktor personal, variabel-variabel yang termasuk dalam faktor ini adalah pengetahuan mengenai HIVAIDS, Penyakit Menular Seksual PMS, aspek-aspek kesehatan reproduksi, sikap terhadap layanan kesehatan seksual reproduksi, kerentanan yang dirasakan terhadap resiko kesehatan reproduksi, gaya hidup, pengendalian diri, aktifitas sosial, rasa percaya diri dan variabel-variabel demografi seperti: usia, agama dan status perkawinan. Faktor lingkungan melibatkan variabel-variabel seperti akses dan kontak dengan sumber-sumber informasi, sosial-budaya, nilai dan norma sebagai pendukung sosial untuk perilaku tertentu. Faktor perilaku: variabel-variabel yang termasuk didalam faktor ini adalah gaya hidup seksual orientasi seksual, pengalaman seksual, jumlah pasangan, peristiwa-peristiwa kesehatan PMS, kehamilan, aborsi dan penggunaan kondom serta alat kontrasepsi.

2.13. Langkah pencegahan

Pencegahan PMS ini tidak dapat dicapai hanya dengan melakukan intervensi klinis saja. Intervensi pencegahan primer termasuk di praktek dan diluar praktek yaitu tempat dimana terjadinya transmisi infeksi ini. Hal ini melibatkan pengetahuan tentang pemakaian kondom yang betul bisa menurunkan angka kejadian kasus HIV dan juga PMS sebanyak 80 -85 . Mengikut strategi global yang diperkenalkan oleh WHO 2006, antara langkah-langkah pencegahan yang dilakukan terhadap penyebaran PMS ini ialah: • Pencegahan dengan cara promosi perilaku seksual yang selamat. Universitas Sumatera Utara • Kemudahan untuk akses pada kondom yang berkualitas. • Promosi untuk mendapatkan khidmat nasehat dan rawatan yang cepat pada pasien yang telah terinfeksi dan juga pada pasangan seksualnya. • Pelayanan kesehatan yang spesifik terhadap populasi dengan frekwensi tinggi untuk mendapat infeksi ini seperti wanita pekerja seks, remaja, pengguna zat terlarang, dan juga pemandu truk jarak jauh. • Melakukan screening pada pasien yang asimtomatis seperti pada pasien sifilis dan Chlamydial. • Pelayanan kesehatan dengan cara kaunseling dan juga pemeriksaan untuk deteksi apakah terdapat infeksi HIV atau tidak dan ini dilakukan secara sukarela. • Pencegahan dan penjagaan daripada kemungkinan terjadinya sifilis congenital dan konjungtiva neonates pada neonates akibat daripada infeksi yang didapat melalui jalan lahir. • Melibatkan semua pihak termasuk sektor swasta dan juga kepedulian masyarakat dalam melakukan pencegahan PMS ini. Universitas Sumatera Utara

BAB 3 KERANGKA KONSEP DAN DEFINISI OPERASIONAL