Manajemen Piutang 1. Pengertian Manajemen Piutang

15 panjang perusahaan harus beroperasi dengan laba yang memuaskan agar bisa terus bertahan. Beberapa rasio kemampulabaan yang tergolong ke dalam rasio rentabiitas perusahaan adalah sebagai berikut: 1. Marjin Laba Profit Margin 2. Return on Asset Asset Turnover 3. Return on Investment Return on Equity 4. Return on Total Asset 5. Basic Earning Power 6. Earning Per Share 7. Contribution Margin

C. Manajemen Piutang 1. Pengertian Manajemen Piutang

Melihat kondisi persaingan yang semakin tajam pada saat sekarang, akan memaksa perusahaan untuk berlomba memberikan kemudahan dalam persyaratan penjualan. Hal ini dapat dilakukan misalnya dengan mengubah syarat pembayarannya kemudian perusahaan dapat menjual produknya yang semula dengan cara tunai dan seterusnya diubah dengan cara kredit. Dengan demikian akan timbul piutang, semakin longgar persyaratan yang diberikan resiko adanya piutang tak tertagih juga semakin besar yang apabila kebiasaan pelanggan dalam membayar mengalami hambatan. Masalah piutang ini menjadi begitu penting dalam kaitannya dengan perusahaan manakala harus menentukan berapa jumlah piutang yang optimal. Di samping itu piutang harus dikelola dengan efektif yang menyangkut tentang laba atau tambahan laba yang diperoleh dengan perubahan kebijakan penjualan dengan beban yang timbul karena adanya piutang. Piutang dapat diartikan sebagai suatu bentuk tagihan yang timbul dari aktivitas penjualan yang meliputi semua klaim dalam bentuk uang terhadap aktivitas lainnya, termasuk individu, perusahaan atau organisasi lainnya dan merupakan bagian penting dari total aktiva lancar perusahaan Warren 2005:324. Universitas Sumatera Utara 16 Piutang merupakan suatu bentuk tagihan yang menuntut pembayaran dalam bentuk uang atau penyerahan aktiva yang berasal dari penjualan yang merupakan kegiatan usaha normal perusahaan dari setiap pelanggan yang telah dilakukan penagihan selama beberapa periode berjalan dengan tujuan berupa penambahan kas perusahaan Soemarso 2002:338. Menurut Syamsudin 2002:255, “untuk mempertahankan langganan yang baru maka perusahaan pada umumnya melakukan penjualan secara kredit”. Credit term atau yang biasa disebut persyaratan-persyaratan kredit mungkin berbeda dari satu jenis usaha ke jenis usaha lainnya, tetapi untuk perusahaan yang bergerak dalam jenis usaha yang sama biasanya memberikan atau memperlakukan para langganan tertentu baik dalam rangka membantu langganan tersebut maupun untuk menariknya agar mau menjadi langganan tetap perusahaan. Piutang merupakan suatu post penting dalam perusahaan karena dengan diadakannya kebijakan penjualan kredit kepada konsumen maka biasanya hal ini akan diikuti oleh volume penjualan yang semakin besar dibandingkan dengan kebijakan penjualan secara tunai. Persyaratan kredit dalam perusahaan tersebut bekecimpung, atau dengan kata lain persyaratan kredit tidak hanya mempengaruhi pola pengumpulan piutang. Kebijakan kredit disini dimaksudkan sebagai kredit yang digunakan oleh perusahaan dalam menentukan kepada siapa penjualan kredit tersebut akan diberikan sedangkan kebijakan pengumpulan piutang menunjuk kepada usaha-usaha yang dilakukan oleh perusahaan untuk dapat mengumpulkan piutang atas penjualan kredit yang diberikan dalam waktu yang lebih singkat. Penjualan kredit yang pada akhirnya akan menimbulkan hak pengalihan atau piutang kepada langganan, sangat erat hubungannya dengan persyaratan kredit yang diberikan. Sekalipun pengumpulan piutang sering tidak tepat pada waktu yang ditentukan, namun sebagian besar dari piutang tersebut terkumpul sering terkumpul dalam jangka waktu yang kurang dari setahun. Dengan alasan itulah maka piutang dimaksudkan sebagai salah satu komponen aktiva lancar perusahaan. Pos piutang dalam neraca biasanya merupakan bagian yang cukup besar dari aktiva lancar dan oleh karenanya perlu mendapat perhatian yang cukup serius agar piutang ini dapat di atur manage dengan terapan yang seefektif mungkin. Universitas Sumatera Utara 17 Pengertian piutang adalah “aktiva atau kekayaan perusahaan yang timbul sebagai akibat dari dilaksanakannya kebijakan penjualan kredit.” Kebijakan penjualan kredit ini merupakan kebijakan yang dilakukan dalam dunia bisnis untuk merangsang minat para pelanggan. Jadi, kebijakan ini diperbolehkan dilakukan untuk memperluas pasar dan memperbesar hasil penjualan. Tentu saja kebijakan kredit ini akan menimbulkan resiko bagi perusahaan akibat tidak dapat ditagihnya sebagian atau bahkan mungkin seluruh dari piutang tersebut. Oleh karena itu maka memperhitungkan biaya atas resiko tidak dapat ditagihnya piutang tersebut dalam bentuk bad debt expense. Menurut Riyanto 2001:5 ”penjualan kredit tidak segera mengshasilkan penerimaan kas, tetapi menimbulkan piutang langganan, dan barulah kemudian pada hari jatuh temponya terjadi aliran kas masuk cash inflows yang berasal dari pengumpulan piutang tersebut”. Dengan demikian maka piutang receivables merupakan elemen modal kerja yang juga selalu dalam keadaan berputar secara terus menerus dalam rantai perputaran kerja yaitu Kas inventory Piutang Kas. Keadaan yang normal dan dimana pada umumnya dilakukan dengan kredit, piutang mempunyai tingkat likuiditas yang lebih tinggi dari pada inventory, karena perputaran dari piutang ke kas membutuhkan satu tahapan saja. Manajemen piutang merupakan hal yang sangat penting bagi perusahaan yang menjual produknya dengan kredit. Manajemen piutang terutama adalah yang menyangkut masalah pengendalian jumlah piutang, pengendalian pemberian dan pengumpulan piutang, dan juga evaluasi terhadap politik kredit yang dijalankan oleh perusahaan.

2. Penggolongan Piutang

Piutang merupakan semua hak atau klaim terhadap pihak lain atas uang, barang atau jasa terhadap seseorang atau perusahaan lain atas penjualan kredit yang dilakukan. Menurut sumber terjadinya, piutang digolongkan dalam dua kategori yaitu piutang usaha dan piutang lain-lain. Piutang usaha meliputi piutang yang timbul karena penjualan produk atau penyerahan jasa dalam rangka kegiatan usaha normal perusahaan. Piutang yang timbul di luar kegiatan usaha normal Universitas Sumatera Utara 18 perusahaan digolongkan sebagai piutang lain-lain Ikatan Akuntansi Indonesia 2001:paragraph ke 7. Dari penjelasan tersebut dapat disimpulkan bahwa piutang dapat diklasifikasikan menjadi dua bagian besar sebagai berikut: 1. Piutang Dagang 2. Piutang Non Dagang

1. Piutang Dagang

Piutang dagang atau sering disebut juga piutang usaha merupakan perluasan kredit jangka pendek kepada pelanggan. Pembayarannya biasa dilakukan pada jatuh tempo 30 sampai dengan 50 hari. Perjanjian kreditnya merupakan persetujuan informal antara penjual dan pembeli yang didukung oleh dokumen-dokumen perusahaan seperti faktur pesanan penjualan dan penyerahan. Biasanya piutang dagang tidak melibatkan bunga, meskipun bunga atau biaya jasa dapat ditambahkan bilamana pembayarannya tidak dilakukan dalam periode tertentu.. Piutang dagang merupakan jenis piutang yang paling sering ditemukan dan umumnya mempunyai jumlah yang paling besar. Piutang dagang dibagi atas 2 dua bagian yaitu: a. Piutang Usaha

b. Piutang Wesel

a. Piutang Usaha Piutang usaha adalah jumlah yang terhutang oleh pelanggan untuk barang dan jasa yang diberikan sebagai bagian dari operasi bisnis yang normal. Seperti telah dijelaskan, piutang timbul dari transaksi penjualan kredit. Transaksi penjualan kredit terjadi apabila ada kesepakatan antara penjual dan pembeli mengenai harga, jenis barang maupun saat pembayaran. Kemudian penjual menerbitkan faktur penjualan sebagai dasar untuk pencatatan penjualan dan selanjutnya akan terjadi piutang usaha.

b. Piutang Wesel

Piutang wesel adalah tuntutan terhadap debitur yang dibuktikan dengan janji tertulis untuk membayar sejumlah uang pada waktu yang ditentukan yang dimintakan oleh penjual atau dibuat sendiri oleh debitur dan biasanya digunakan untuk periode kredit lebih dari enam puluh hari Warren 2005:392. Piutang Universitas Sumatera Utara 19 wesel atau wesel tagih menurut jenisnya dapat dibedakan atas wesel tagih berbunga dan wesel tagih tanpa bunga. 1 Wesel Tagih Berbunga Wesel tagih berbunga dinyatakan oleh suatu tingkat bunga tertentu dan jangka waktu jatuh temponya. Saat jatuh tempo yang menandatangani wesel harus membayar sejumlah nilai nominal wesel ditambah bunga terhutang. Pada wesel tagih berbunga, tingkat bunga wesel dinyatakan secara spesifik demikian juga jangka waktu jatuh temponya. 2 Wesel Tanpa Bunga Pada wesel tagih tanpa bunga, pembayaran yang akan diterima pada tanggal jatuh temponya akan sama dengan nilai nominal yang dinyatakan dalam surat wesel tersebut.

2. Piutang Non dagang

Piutang non dagang meliputi seluruh jenis piutang lainnya dan piutang non dagang ini timbul dari berbagai transaksi, seperti halnya: 1. Penjualan sekuritas atau harta benda lain selain persediaan. 2. Uang muka kepada pemegang saham, para direktur, pejabat, karyawan, dan perusahaan afiliasi. 3. Setoran atau deposito kepada kreditur, perusahaan utilitas perum dan instansi-instansi lainnya. 4. Pembayaran dimuka atas pembelian. 5. Panjar untuk menjamin pelaksanaan kontrak atau pembayaran biaya. 6. Tuntutan atas kerugian atau kerusakan. 7. Tuntutan atas rabat dan restitusi pajak. 8. Harga saham yang masih harus diagih. 9. Piutang deviden dan bunga. Piutang juga dapat diklasifikasikan menurut lamanya tanggal jatuh tempo yaitu piutang lancar atau piutang jangka pendek dan piutang tak lancar atau piutang jangka panjang. Piutang lancar merupakan piutang yang dapat ditagih dalam jangka waktu satu tahun atau dalam satu siklus operasi normal. Piutang tak lancar merupakan piutang yang dapat ditagih dalam jangka waktu lebih dari satu tahun. Universitas Sumatera Utara 20

D. Piutang Tak Tertagih