Rasio Aktivitas Piutang Sejarah Berdirinya PT. Persero Djakarta Lloyd

25

F. Rasio Aktivitas Piutang

Penulis hanya mengambil 2 dua jenis rasio aktivitas yang tentunya berkaitan dengan piutang. Namun, pengertian rasio aktivitas itu sendiri adalah suatu rasio yang digunakan untuk mengukur keefektifan perusahaan dalam menggunakan aktivanya. Rasio aktivitas yang berkaitan dengan piutang dalam pemabahasan ini adalah:

1. Rasio Perputaran Piutang Dagang Receivable Turnover Ratio

Piutang dagang timbul karena penjualan barang dagangan secara kredit. Penjualan barang dagangan di samping di laksanakan dengan tunai juga dilakukan dengan pembayaran kemudian untuk memertinggi volume penjualan. Rasio perputaran piutang dagang adalah besarnya rasio perputaran total penjualan kredit terhadap saldo piutang rata-rata selama periode tertentu biasanya setahun dan hasilnya merupakan gambaran tentang jangka waktu rata-rata yang dibutuhkan untuk mengubah piutang menjadi uang tunai. Semakin tinggi rasio putaran piutang dagang maka akan semakin baik, karena akan semakin singkat periode waktu antara pencatatan penjualan dan penagihan kas dari penjualan tersebut. Bentuk perhitungan dari rasio perputaran piutang Harahap 2004:308, adalah sebagai berikut: Rasio Perputaran Piutang Dagang = Penjualan Kredit Bersih Piutang rata-rata

2. Periode Rata-Rata Pengumpulan Piutang Average Collection Period

Angka ini menunjukkan berapa lama perusahaan melakukan penagihan piutang. Semakin pendek periodenya maka akan semakin baik bagi perusahaan. Bentuk perhitungan dari rasio ini Munawir 2004:102, dapat dilihat dengan perhitungan rumus sebagai berikut: Periode Rata-rata Pengumpulan Piutang = 360 Perputaran Piutang Universitas Sumatera Utara 26

G. Laporan Keuangan Pembuatan laporan keuangan tidak dapat diabaikan. Hal ini mutlak

dilakukan karena di dalam laporan keuangan terhimpun informasi-informasi keuangan dari suatu perusahaan yang sangat berguna bagi pihak-pihak yang berkepentingan dalam perusahaan sebagai dasar untuk mengambil keputusan- keputusan yang ekonomis dalam perusahaan. Keputusan yang diambil oleh para pemakai laporan keuangan dapat berupa keputusan investasi, pemberian pinjaman, maupun manajemen dalam pengelolaan perusahaan untuk meningkatkan efisiensi dan efektifitas operasinya. Melalui laporan keuangan juga dapat dilihat bagaimanan suatu pihak manajemen dalam perusahaan mengelola sumber daya yang dimilikinya. Laporan keuangan dapat menjadi bahan sarana informasi bagi seseorang untuk menganalisis kondisi keuangan suatu perusahaan sehingga akan dapat dinilai prestasi dan kondisi ekonomis suatu perusahaan. Dengan mengenal laporan keuangan berarti telah mempunyai arah, mengetahui apa yang akan dicapai, mengetahui banyaknya rekening yang harus disediakan dalam sistem pencatatan, mengetahui informasi apa yang harus disediakan, dan pada akhirnya akan dapat membayangkan hubungan antara tempat mencatat atau alat pencatatan, yang disebut rekening dengan informasi yang harus disajikan dalam laporan keuangan Munawir 2002:12. Informasi yang terkandung dalam laporan keuangan adalah berupa data yang menggambarkan perkembangan posisi keuangan dan aktivitas perusahaan secara periodik, sehingga dapat dikatakan bahwa laporan keuangan merupakan hasil akhir dari proses anggaran kas yang disusun secara sistematis sehingga menggambarkan hasil operasional perusahaan pada periode akuntansi yang bersangkutan. Pemaparan laporan keuangan dan beberapa pengertian mengenai laporan keuangan dapat dijelaskan sebagai berikut: a. Menurut Ridwan S. Sundjaja dan Inge Barlian 2002:38 : ”Laporan keuangan adalah suatu laporan yang menggambarkan hasil dari proses akuntansi yang digunakan sebagai alat komunikasi antar data Universitas Sumatera Utara 27 keuangan atau aktivitas perusahaan dengan pihak-pihak yang berkepentingan dengan data-data atau aktivitas tersebut”. b. Menurut Djarwanto 2001:5 : ”Laporan keuangan merupakan hasil tindakan pembuatan ringkasan data keuangan perusahaan”. c. Menurut Harahap 2004:105 : ”Laporan keuangan merupakan gambaran kondisi keuangan dan hasil usaha suatu perusahaan pada saat tertentu atau jangka waktu tertentu”. Tujuan dari laporan keuangan menurut Prisip Akuntansi Indonesia pada tahun 1984 ialah: 1. Memberikan informasi keuangan yang dapat dipercaya mengenai aktiva dan kewajiban serta modal suatu perusahaan. 2. Memberikan informasi yang dapat dipercaya mengenai perubahan dalam aktiva netto suatu perusahaan yang timbul dari kegiatan usaha dalam rangka memperoleh usaha. 3. Memberikan informasi keuangan yang membantu para pemakai laporan di dalam menaksirpotensi perusahaan dalam menghasilkan laba. 4. Memberikan informasi mengenai perubahan dalam aktiva dan kewajiban suatu perusahaan, seperti informasi mengenai akivitas pembiayaan dan investasi. 5. Mengungkapkan sejauh mungkin informasi lain yang berhubungan dengan laporan keuangan yang relevan untuk pemakai laporan, seperti informasi mengenai kebijakan akuntansi yang dianut oleh perusahaan. Sifat dan keterbatsan yang dimiliki oleh laporan keuangan adalah sebagai berikut: 1. Laporan keuangan bersifat historis, yaitu merupakan laporan atas kejadian yang telah lewat. Oleh karena itu laporan keuangan tidak dapat dianggap sebagai satu-satunya sumber informasi dalam proses pengambilan keputusan ekonomi. Universitas Sumatera Utara 28 2. Laporan keuangan bersifat umum, dan bukan dimaksudkan untuk memenuhi kebutuhan pihak tertentu atau pihak khusus saja seperti pihak yang akan membeli perusahaan. 3. Proses penyusunan laporan keuangan tidak luput dari penggunaan taksiran dan berbagai pertimbangan. 4. Akuntansi hanya melaporkan informasi yang material. Demikian pula, penerapan prinsip akuntansi terhadap suatu fakta atau pos tertentu mungkin tidak dilaksanakan jika hal ini tidak menimbulkan pengaruh secara material terhadap kelayakan laporan keuangan. 5. Laporan keuangan lebih menekankan pada makna ekonomis suatu peristiwatransaksi daripada bentuk hukumnya. 6. Laporan keuangan disusun dengan menggunakan istilah-istilah teknis dan pemakai laporan diasumsikan memahami bahasa teknis akuntansi dan sifat dari informasi yang dilaporkan 7. Informasi yang bersifat kualitatif dan fakta yang tidak dapat dikuantifikasikan umumnya diabaikan. Universitas Sumatera Utara 29

BAB III GAMBARAN UMUM PERUSAHAAN

A. Sejarah Berdirinya PT. Persero Djakarta Lloyd

PT. Persero Djakarta Lloyd adalah perusahaan pelayaran niaga pertama yang dimiliki oleh negara. Kelahirannya lebih bermodalkan tekad dan semangat perjuangan pendirinya yakni pejuang perang kemerdekaan dari Angkatan Laut Republik Indonesia. Seperti halnya bangsa Indonesia, PT. Persero Djakarta Lloyd telah mengalami pasang surut bersama-sama. Meski begitu, PT. Persero Djakarta Lloyd tidak pernah melalaikan misinya yaitu sebagai perusahaan pelayaran niaga dan sekaligus sebagai flag carrier ke seluruh penjuru dunia, dan senantiasa mendukung program-program pemerintah di bidang ekonomi dan akan selalu siap membantu pemerintah dalam memelihara pertahanan dan keamanan nasional. Jadi tidaklah berlebihan jika eksistensinya menjadi perhatian pemerintah dari waktu ke waktu dan sebagai BUMN diharapkan mampu berkembang dan memberikan kontribusi yang positif bagi negara. PT. Persero Djakarta Lloyd berdiri di Jakarta pada tanggal 18 Agustus 1950 oleh Darwis Djamin yang seorang komandan Angkatan Laut Pangkalan IV Tegal bersama rekannya yang bernama Mr. Sundoro Budhyarto ditambah dengan 25 orang perintis lainnya dengan akte notaris Raden Kadiman nomor 83. Perusahaan ini dapat diketahui berkedudukan di jalan Pintu Besar Utara nomor 18 Djakarta Kota. Untuk dana pendirinya sementara dipikul bersama oleh para perintis dalam bentuk saham 1000 golden ditambah lagi dari hasil penjualan barang-barang mesin dari gudang peralatan bekas peninggalan tentara Belanda. Pada saat pendirian itu, para perintis belum menerima gaji dan mereka menyumbangkan tenaga secara sukarela. Perusahaan pelayaran Samudera nasional pertama adalah PT. Persero Djakarta Lloyd dengan nama status badan usaha Namlore Venoschap N.V Djakarta Lloyd dengan mengoperasikan dua buah kapal uap masing-masing SS “Djatinegara” dan SS “Djakarta Raya”. Pada tahun 1961, dengan Peraturan Pemerintah nomor 108 tepatnya pada tanggal 17 April 1961 Namlore Venoschap Universitas Sumatera Utara 30 N.V berubah status menjadi Perusahaan Negara PN Djakarta Lloyd dan perusahaan berkembang dengan sangat pesat sampai pada tahun 1970 dengan mengoperasikan 22 buah kapal ke seluruh penjuru dunia. Kemudian pada tahun 1974 berdasarkan PP nomor 201974 terhitung mulai tanggal 29 Juni 1974 Perusahaan Negara Djakarta Lloyd kembali berubah status menjadi bentuk PT Perseroan Terbatas sebagai Badan Usaha Milik Negara. Semenjak tahun 1980 sampai tahun 1983, sesuai dengan Peraturan Undang- Undang mengenai penarikan kapal-kapal tua telah berumur 25 tahun ke atas, maka kapal-kapal PT. Persero Djakarta Lloyd kemudian ditarik dan diremajakan oleh pemerintah sehingga perusahaan memperoleh 8 buah kapal baru yaitu: 3 buah kapal Full Container dan 5 buah kapal Semi Container. Selama tahun 1984, PT. Persero Djakarta Lloyd menerima jumlah pemuatan pembongkaran yang cukup besar dan akhirnya kegiatan ini diserahkan kepada anak perusahannya yaitu PT. Dharma Lautan Nusantara DLN yang didirikan pada tahun 1986. PT. Dharma Lautan Nusantara diserahi tugas dan tanggung jawab untuk mengelola terminal dengan jenis kegiatan seperti bongkar muat, pergudangan, pengangkutan, dan penyerahan barang di pelabuhan bagi kapal-kapal PT. Djakarta Lloyd atau keagenannya maupun kapal lainnya yang menyinggahi pelabuhan. Pada tahun 1996 PT. Persero Djakarta Lloyd hanya mengoperasikan 6 buah kapal, karena setelah tahun 1990 terdapat 8 unit kapal yang tidak dianggap ekonomis lagi. Kemudian pada tahun 1995, 2 unit kapal Semi Container dijual dan sebagai akibatnya pada tahun 1996 perusahaan hanya mengoperasikan 6 unit kapal saja. Pemerintah memberi bantuan kembali kepada PT. Persero Djakarta Lloyd dengan menerima 9 unit kapal baru tipe Caraka Jaya Niaga III dengan kapasitas masing-masing 20 Teus yang beroperasi atau melayani antar pulau dan jalur dekat samudera yang terjadi pada tahun 1997 sampai 1998. Antara tahun 1999 sampai tahun 2000 perusahaan kembali memperoleh tambahan 5 unit kapal tipe Palwo Buwono, terdiri dari 2 unit yang berkapasitas 1600 dan 3 unit kapal berkapasitas 400 Teus. Pada tahun 2000 PT. Persero Djakarta Lloyd menerima sertifikat ISO 2000 dan penghargaan SMC dalam hal penerapan Standar Kualitas ISO 9000TQM dan Universitas Sumatera Utara 31 Sistem Manajemen Keselamatan. Selain itu PT. Persero Djakarta Lloyd membuka kantor cabang di beberapa propinsi dan salah satunya berada di kota Medan tepatnya di jalan Perintis Kemerdekaan nomor 15. PT. Persero Djakarta Lloyd membuka cabang di kota Medan karena sebuah pelabuhan yang ada di Belawan dan ternyata cukup memadai untuk membuka usaha di bidang jasa pelayaran yang sebagaimana sesuai aktivitas perusahaan. PT. Persero Djakarta Lloyd sebagai sebuah perusahaan besar mempunyai visi dan misi yang harus dijalankan. Visi perusahaan adalah menuju kepada perusahaan pelayaran samudera yang sehat secara operasional dan finansial serta menjadi operator pelayaran yang handal di tingkat nasional, regional, dan internasional. Sedangkan misinya melaksanakan dan menunjang kebijakan program pemerintah di bidang ekonomi pada umumnya dan di bidang angkutan laut pada khususnya. PT. Persero Djakarta Lloyd juga memiliki budaya perusahaan yang harus diterapkan oleh para pegawainya sebagai berikut: 1. Profesionalisme 2. Kerja keras dan produktif 3. Taat azas keterbukaan 4. Taat azas kebersamaan 5. Taat azas tanggungjawab 6. Berlandaskan iman dan taqwa

B. Struktur Organisasi PT. Persero Djakarta Lloyd Medan