Analisis Deskriptif 1. Pemberian KreditPiutang

40

BAB IV ANALISA DAN EVALUASI

A. Analisis Deskriptif 1. Pemberian KreditPiutang

Pemberian kreditpiutang adalah perhitungan dari total penjumlahan yang digunakan untuk mengukur kecepatan perputaran pemberian kredit dalam siklus pengumpulan dan pengembaliannya. Pemberian kredit dihasilkan dengan cara mengurangi besar jumlah piutang tak tertagih dengan piutang ragu-ragu piutang yang terkumpul. Pemberian kredit pada PT. Persero Djakarta Lloyd mengalami fluktuasi dari tahun ke tahun. Berikut Tabel 4.1 dan Grafik 4.1 yang menggambarkan perkembangan pemberian kredit dengan ROI: TABEL 4.1 Perkembangan Pemberian Kredit dengan ROI Per 31 Desember 2005-2008 Tahun Piutang Tak Tertagih Piutang Ragu-Ragu Pemberian Kredit ROI 2005 11,505,215,809 5,977,795,423 5,527,420,386 9 2006 6,437,268,996 3,698,267,000 2,739,001,996 14 2007 4,230,226,000 2,504,186,000 1,726,040,000 17 2008 9,855,908,850 5,700,951,150 4,154,957,700 13 Sumber: Laporan Keuangan dan Laporan Piutang PT. Persero Djakarta Lloyd Tabel 4.1 menunjukkan bahwa peningkatan pemberian kredit dengan ROI tidak berbanding searah dari tahun 2005 sampai 2008. Hal ini dapat dilihat dari tahun 2005 yaitu pemberian kredit mengalami peningkatan sebesar Rp. 5.527.420.386 sedangkan ROI menurun mencapai angka 9. Tahun 2006 pemberian kredit mengalami penurunan sebesar Rp. 2.788.418.390 sedangkan ROI naik sebesar 3 yang secara diketahui piutang tak tertagih dan piutang ragu- ragu juga mengalami penurunan. Tahun 2007 pemberian kredit menurun sebesar Rp. 1.012.961.996 sedangkan ROI mengalami kenaikan 3 dari sebelumnya. Tahun 2008 pemberian kredit meningkat dari tahun sebelumnya yaitu sebesar Rp. 2.428.917.700 yang mengakibatkan ROI menurun 4 dan tentu saja ini diakibatkan dari bartambahnya jumlah piutang tak tertagih dan piutang ragu-ragu perusahaan. Universitas Sumatera Utara 41 PERKEMBANGAN PEMBERIAN KREDIT DENGAN ROI 1,000,000,000 2,000,000,000 3,000,000,000 4,000,000,000 5,000,000,000 6,000,000,000 2005 2006 2007 2008 TAHUN ROI Pemberian Kredit Gambar 4.1 Perkembangan Pemberian Kredit dengan ROI Per 31 Desember 2005-2008 Gambar 4.1 menunjukkan bahwa pergerakan pemberian kredit dengan ROI tidak selalu searah. Hal ini dapat dilihat bahwa pergerakan pemberian kredit selama kurun waktu empat tahun begitu besar, sedangkan pergerakan ROI dari tahun 2005 sampai 2008 terlihat sangat kecil. 2. Piutang Tak Tertagih 2.1. Berdasarkan Saldo Piutang Piutang tak tertagih berdasarkan saldo piutang adalah salah satu faktor yang digunakan untuk mengukur dan mengetahui seberapa besar piutang perusahaan yang belum tertagih yang ditinjau dari saldo piutang tersebut. Saldo piutang tak tertagih dihasilkan dengan cara membagi dua dari hasil piutang rata- rata lalu dikali dengan penyisihan rata-rata 5 penyisihan yang ditetapkan oleh perusahaan. Saldo piutang tak tertagih pada PT. Persero Djakarta Lloyd mengalami fluktuasi dari tahun ke tahun. Berikut pada Tabel 4.2 dapat dilihat perkembangan dari saldo piutang tak tertagih: TABEL 4.2 Perkembangan Saldo Piutang Tak Tertagih dengan ROI Per 31 Desember 2005-2008 Tahun Pemberian Kredit Saldo Piutang Tak Tertagih ROI 2005 5,527,420,386 138,185,509 9 2006 2,739,001,996 68,475,050 14 2007 1,726,040,000 43,151,000 17 2008 4,154,957,700 103,873,943 13 Sumber: Laporan Keuangan dan Laporan Piutang PT. Persero Djakarta Lloyd Universitas Sumatera Utara 42 SALDO PIUTANG TAK TERTAGIH DENGAN ROI 20,000,000 40,000,000 60,000,000 80,000,000 100,000,000 120,000,000 140,000,000 160,000,000 2005 2006 2007 2008 TAHUN ROI Saldo Piutang Tak Tertagih Tabel 4.2 menunjukkan bahwa penurunan saldo piutang tak tertagih dengan ROI dari tahun 2005 sampai 2008 tidak berjalan searah. Hal ini dapat dilihat pada tahun 2006 saldo piutang tak tertagih mengalami penurunan Rp. 69.710.459 sedangkan ROI mengalami kenaikan sebesar 5. Tahun 2007 saldo piutang tak tertagih mengalami penurunan lagi yaitu sebesar Rp. 25.324.050 sedangkan ROI yang meningkat sebesar 3. Tahun 2008 saldo piutang tak tertagih meningkat jauh lebih besar dibanding penurunan tahun sebelumnya yaitu sejumlah Rp. 147.024.943 tetapi ROI menurun sebesar 4 yang diakibatkan oleh bertambah besarnya pemberian kredit dan resiko saldo piutang tak tertagih. Gambar 4.2 Perkembangan Saldo Piutang Tak Tertagih dengan ROI Per 31 Desember 2005-2008 Gambar 4.2 menunjukkan bahwa pergerakan piutang menurut saldo piutang tak tetagih dengan ROI tidak selalu searah. Hai ini dapat dilihat bahwa pergerakan piutang menurut saldo piutang tak tertagih selama kurun waktu empat tahun berfluktuasi mengikuti pergerakan ROI dari tahun 2005 sampai 2008.

2.2. Berdasarkan Saldo Penjualan

Piutang tak tertagih berdasarkan saldo penjualan adalah faktor ke dua dari piutang tak tertagih yang digunakan untuk menghitung dan mengetahui seberapa besar total piutang perusahaan yang masih belum tertagih yang didapat dari total penjualan perusahaan. Saldo penjualan dari piutang tak tertagih dihasilkan dengan cara mengalikan total penjualan per periode dengan penyisihan yang ditetapkan perusahaan yaitu 15. Dari perhitungan yang diketahui saldo penjualan dari Universitas Sumatera Utara 43 PENJUALAN PIUTANG TAK TERTAGIH DENGAN ROI 500,000 1,000,000 1,500,000 2,000,000 2,500,000 3,000,000 3,500,000 2005 2006 2007 2008 TAHUN ROI Penjualan Piutang Tak Tertagih piutang yang tak tertagih pada PT. Persero Djakarta Lloyd mengalami perkembangan fluktuatif setiap tahunnya. Berikut pada Tabel 4.3 dapat dilihat perkembangan saldo penjualan piutang tak tertagih: TABEL 4.3 Perkembangan Penjualan Piutang Tak Tertagih dengan ROI Per 31 Desember 2005-2008 Tahun Pemberian Kredit Penjualan Piutang Tak Tertagih ROI 2005 5,527,420,386 2,803,972 9 2006 2,739,001,996 2,743,482 14 2007 1,726,040,000 2,410,752 17 2008 4,154,957,700 3,230,100 13 Sumber: Laporan Keuangan dan Laporan Piutang PT. Persero Djakarta Lloyd Berdasarkan Tabel 4.3 menunjukkan bahwa perkembangan penjualan dari piutang tak tertagih tidak berjalan sedemikian baik. Hal ini dapat dilihat tahun 2006 penjualan piutang tak tertagih menurun Rp. 60.490 sehingga dapat menaikkan ROI sebesar 5 dari tahun sebelumnya. Tahun 2007 penjualan piutang tak tertagih menurun lagi sebesar Rp. 332.730 disamping itu ROI meningkat 3. Tahun 2008 penjualan piutang tak tertagih naik Rp. 819.348 dan terlebih itu ROI menurun mencapai 4 . Gambar 4.3 Perkembangan Penjualan Tak Tertagih dengan ROI Per 31 Desember 2005-2008 Gambar 4.3 menunjukkan bahwa pergerakan piutang menurut saldo penjualan tak tertagih dengan ROI tidak selalu searah. Hal ini dapat dilihat bahwa pergerakan piutang menurut saldo penjualan tak tertagih selama kurun waktu empat tahun bergerak meningkat walaupun sedikit sedangkan ROI dari tahun 2005 sampai 2008 pergerakannya sangat besar. Universitas Sumatera Utara 44 RTO DENGAN ROI 2 4 6 8 10 12 14 16 18 2005 2006 2007 2008 TAHUN ROI RTO 3. Rasio Aktivitas Piutang 3.1. Receivable Turn Over Ratio Receivable Turn Over Ratio adalah rasio yang digunakan untuk mengukur kecepatan perputaran piutang perusahaan. RTO dihasilkan dengan cara membagi penjualan dengan piutang. RTO pada PT. Persero Djakarta Lloyd mengalami fluktuasi dari tahun ketahun. Berikut pada Tabel 4.4 yang melihatkan perkembangan RTO dengan ROI: TABEL 4.4 Perkembangan RTO dengan ROI Per 31 Desember 2005-2008 Tahun Penjualan Pemberian Kredit RTO ROI 2005 1,401,986,000 5,527,420,386 0.3 9 2006 1,371,741,000 2,739,001,996 0.5 14 2007 1,205,376,000 1,726,040,000 0.7 17 2008 1,615,050,000 4,154,957,700 0.4 13 Sumber: Laporan Keuangan dan Laporan Piutang PT. Persero Djakarta Lloyd Tabel 4.2 menunjukkan bahwa perkembangan RTO dengan ROI dari tahun 2005 sampai 2008 berfluktuasi. Hal ini dapat dilihat pada tahun 2006 RTO mengalami kenaikan 0,2 dan ROI juga mengalami hal yang sama yaitu meningkat sebesar 5. Tahun 2007 RTO terus meningkat sebesar 0,2 dan ROI juga dalam hal sama yaitu meningkat 3. Tahun 2008 RTO mengalami penurunan yaitu sebesar 0,4 dan ROI juga dalam hal yang sama yaitu menurun sebesar 4. Gambar 4.4 Perkembangan RTO dengan ROI Per 31 Desember 2005-2008 Universitas Sumatera Utara 45 Gambar 4.4 menunjukkan bahwa pergerakan RTO dengan ROI tidak selalu searah. Hai ini dapat dilihat bahwa pergerakan RTO selama kurun waktu empat tahun pergerakannya sangat sangat besar sedangkan ROI dari tahun 2005 sampai 2008 pergerakannya sangat kecil.

3.2. Average Collection Period

Average Collection Period adalah bagian dari rasio aktivitas lainnya yang digunakan untuk mengukur seberapa cepat perputaran piutang perusahaan dapat tertagih kembali. ACP dihasilkan dengan cara 360 hari dibagi dengan perputaran piutang yang telah didapat sebelumnya. ACP PT. Persero Djakarta Lloyd mengalami perubahan dalam setiap tahunnya. Berikut pada Tabel 4.5 yang menggambarkan perkembangan dan perubahan ACP dengan ROI: TABEL 4.5 Perkembangan ACP dengan ROI Per 31 Desember 2005-2008 Tahun Pemberian Kredit ACP ROI 2005 5,527,420,386 1,200 9 2006 2,739,001,996 720 14 2007 1,726,040,000 514 17 2008 4,154,957,700 900 13 Sumber: Laporan Keuangan dan Laporan Piutang PT. Persero Djakarta Lloyd Tabel 4.5 menunjukkan bahwasanya keadaan ACP dari tahun 2005 sampai 2008 cukup berfluktuasi signifikan. Hal ini dapat dilihat pada tahun 2006 dimana ACP mengalami penurunan sebanyak 480 hari sedangkan ROI meningkat sebesar 5. Tahun 2007 ACP menurun lagi sebanyak 206 hari begitu sebaliknya ROI meningkat sebesar 3. Tahun 2008 ACP mengalami kenaikan sebanyak 386 hari dan sebaliknya ROI menurun sebesar 4 yang disebabkan oleh kenaikan pemberian kredit namun tidak diiringi pengumpulan piutang yang baik. Universitas Sumatera Utara 46 ACP DENGAN ROI 200 400 600 800 1,000 1,200 1,400 2005 2006 2007 2008 TAHUN ROI ACP Gambar 4.5 Perkembangan ACP dengan ROI Per 31 Des 2005-2008 Gambar 4.5 menunjukkan bahwa pergerakan ACP dengan ROI tidak selalu searah. Hai ini dapat dilihat bahwa pergerakan ACP selama kurun waktu empat tahun pergerakannya menurun namun meningkat lagi di tahun akhir sedangkan ROI dari tahun 2005 sampai 2008 pergerakannya cukup besar.

B. Analisis Statistik