Analisis Statistik Hubungan Kebijakan Pemberian Kredit Terhadap Peningkatan Kemampuan Laba Perusahaan Pada PT. (Persero) Djakarta Lloyd

46 ACP DENGAN ROI 200 400 600 800 1,000 1,200 1,400 2005 2006 2007 2008 TAHUN ROI ACP Gambar 4.5 Perkembangan ACP dengan ROI Per 31 Des 2005-2008 Gambar 4.5 menunjukkan bahwa pergerakan ACP dengan ROI tidak selalu searah. Hai ini dapat dilihat bahwa pergerakan ACP selama kurun waktu empat tahun pergerakannya menurun namun meningkat lagi di tahun akhir sedangkan ROI dari tahun 2005 sampai 2008 pergerakannya cukup besar.

B. Analisis Statistik

Analisis statistik dilakukan untuk menguji apakah pemberian kredit mempunyai hubungan yang signifikan dengan ROI, rumus korelasi spearman     2 6 1 di rs yang digunakan koefisien r s . Untuk menghitung koefisien r s maka setiap data harus dirangking terlebih dahulu. Setelah itu setiap data diberikan variabel X dan Y, berikan nilai 1 untuk data tertinggi dari setiap variabel dan nilai n untuk data terendah. Kemudian tentukan di yaitu pemberian antara rangking Y dan X untuk setiap observasi, kuadratkan di di 2 dan jumlahkan nilai di 2 untuk mendapatkan hasil keseluruhan. Kemudian masukkan nilai tersebut kedalam rumus korelasi spearman untuk memperoleh hasil dari korelasi spearman. Universitas Sumatera Utara 47

1. Analisis perhitungan korelasi spearman Pemberian Kredit dengan ROI

TABEL 4.6 Data dan Ranking Pemberian Kredit dengan ROI Per 31 Desember 2005-2008 Tahun Pemberian Kredit ROI Ranking Ranking di di 2 Pemberian Kredit ROI 2005 5,527,420,386 9 1 4 -3 9 2006 2,739,001,996 14 3 2 1 1 2007 1,726,040,000 17 4 1 3 9 2008 4,154,957,700 13 2 3 -1 1 Jumlah 20 Sumber: Laporan Keuangan dan Laporan Piutang PT. Persero Djakarta Lloyd diolah Perhitungan dengan rumus korelasi spearman:   1 6 1 2 2     n n di r s   1 4 4 20 6 1 2     s r   15 4 120 1   s r 60 120 1   s r , 1  s r Hasil perhitungan nilai koefisien korelasi spearman r s sebesar 1,0 atau 100 yang berarti bahwa pemberian kredit mempunyai hubungan sebesar 1,0 dengan ROI. Jika dilihat besarnya angka 1,0 atau 100, maka dikatakan kuat namun bergerak negatif. Dari perhitungan r s = 1,0 lebih besar r s Tabel pada α=5 adalah sebesar 0.886, maka kesimpulannya H 1 ditolak. Artinya pemberian kredit dengan ROI mempunyai hubungan yang tidak signifikan. Implikasi berdasar penjelasan tersebut bahwasanya pemberian kredit tidak berpengaruh terhadap tingkat kemampuan memperoleh laba ROI yang menunjukkan daya perusahaan untuk mencapai laba yang diharapkan dibanding dengan jumlah dana yang telah ditanam. Universitas Sumatera Utara 48 2. Piutang Tak Tertagih 2.1. Analisis perhitungan korelasi spearman Berdasarkan Saldo Piutang TABEL 4.7 Data dan Ranking Berdasarkan Saldo Piutang dengan ROI Per 31 Desember 2005-2008 Tahun Saldo Piutang ROI Ranking Ranking di di 2 Saldo Piutang ROI 2005 138,185,509 9 1 4 -3 9 2006 68,475,050 14 3 2 1 1 2007 43,151,000 17 4 1 3 9 2008 103,873,943 13 2 3 -1 1 Jumlah 20 Sumber: Laporan Keuangan dan Laporan Piutang PT. Persero Djakarta Lloyd diolah Perhitungan dengan rumus korelasi spearman:   1 6 1 2 2     n n di r s   1 4 4 20 6 1 2     s r   15 4 120 1   s r 60 120 1   s r , 1  s r Hasil perhitungan nilai koefisien korelasi spearman r s sebesar 1,0 atau 100 yang berarti bahwa piutang berdasar saldo piutang tak tertagih mempunyai hubungan sebesar 1,0 dengan ROI. Jika dilihat besarnya angka 1,0 atau 100, maka dikatakan kuat namun bergerak negatif. Dari perhitungan r s = 1,0 lebih besar r s Tabel pada α=5 adalah sebesar 0.886, maka kesimpulannya H 1 ditolak. Artinya piutang berdasar saldo piutang tak tertagih dengan ROI mempunyai hubungan yang tidak signifikan. Dapat disimpulkan bahwasanya piutang berdasar saldo piutang tak tertagih yang ditujukan untuk memperoleh nilai piutang yang diharapkan dapat diterima adalah tidak terlalu berpengaruh atas kredit yang diberikan terhadap kemampuan memperoleh laba ROI. Universitas Sumatera Utara 49

2.2. Analisis perhitungan korelasi spearman Berdasarkan Saldo Penjualan

TABEL 4.8 Data dan Ranking Berdasarkan Saldo Penjualan dengan ROI Per 31 Desember 2005-2008 Tahun Saldo Penjualan ROI Ranking Ranking di di 2 Saldo Penjualan ROI 2005 2,803,972 9 2 4 -2 4 2006 2,743,482 14 3 2 1 1 2007 2,410,752 17 4 1 -3 9 2008 3,230,100 13 1 3 -2 4 Jumlah 18 Sumber: Laporan Keuangan dan Laporan Piutang PT. Persero Djakarta Lloyd diolah Perhitungan dengan rumus korelasi spearman:   1 6 1 2 2     n n di r s   1 4 4 18 6 1 2     s r   15 4 108 1   s r 60 108 1   s r 8 ,  s r Hasil perhitungan nilai koefisien korelasi spearman r s sebesar 0,8 atau 80 yang berarti bahwa saldo penjualan piutang tak tertagih mempunyai hubungan sebesar 0,8 dengan ROI. Jika dilihat besarnya angka 0,8 atau 80, maka dikatakan lemah namun bergerak positif. Dari perhitungan r s = 0,8 lebih kecil r s Tabel pada α=5 adalah sebesar 0.886, maka kesimpulannya H 1 diterima. Artinya piutang tak teragih berdasarkan penjualan dengan ROI mempunyai hubungan yang signifikan. Dari keterangan tersebut dapat diambil implikasi bahwasanya piutang tak tertagih menurut saldo penjualan yang diperoleh berdasar total penjualan perusahaan adalah memiliki pengaruh yang kuat untuk memperoleh profitabilitas ROI secara normal. Universitas Sumatera Utara 50 3. Rasio Aktivitas Piutang 3.1. Receivable Turn Over Ratio TABEL 4.9 Data dan Ranking RTO dengan ROI Per 31 Desember 2005-2008 Tahun RTO ROI Ranking Ranking di di 2 RTO ROI 2005 0.3 9 4 4 0 0 2006 0.5 14 2 2 0 0 2007 0,7 17 1 1 0 0 2008 0,4 13 3 3 0 0 Jumlah Sumber: Laporan Keuangan dan Laporan Piutang PT. Persero Djakarta Lloyd diolah Perhitungan dengan rumus korelasi spearman:   1 6 1 2 2     n n di r s   1 4 4 6 1 2     s r   15 4 1   s r 60 1   s r , 1  s r Hasil perhitungan nilai koefisien korelasi spearman r s sebesar 1 atau 100 yang berarti bahwa RTO mempunyai hubungan sebesar 1 dengan ROI. Jika dilihat besarnya angka 1 atau 100, maka dikatakan kuat namun bergerak negatif. Dari perhitungan r s = 1 lebih besar r s Tabel pada α=5 adalah sebesar 0.886, maka kesimpulannya H 1 ditolak. Artinya RTO dengan ROI mempunyai hubungan yang tidak signifikan. Dari penjelasan tersebut dapat berimplikasikan bahwa RTO dalam hal mempengaruhi kemampuan memperoleh laba ROI adalah tidak berpengaruh bagi perputaran jumlah dana yang dapat diukur secara efektif oleh ROI. Universitas Sumatera Utara 51

3.2. Average Collection Period

TABEL 4.10 Data dan Ranking ACP dengan ROI Per 31 Desember 2005-2008 Tahun ACP ROI Ranking Ranking di di 2 ACP ROI 2005 1,200 9 1 4 -3 9 2006 720 14 3 2 1 1 2007 514 17 4 1 3 9 2008 900 13 2 3 -1 1 Jumlah 20 Sumber: Laporan Keuangan dan Laporan Piutang PT. Persero Djakarta Lloyd diolah Perhitungan dengan rumus korelasi spearman:   1 6 1 2 2     n n di r s   1 4 4 20 6 1 2     s r   15 4 120 1   s r 60 120 1   s r , 1  s r Hasil perhitungan nilai koefisien korelasi spearman r s sebesar 1,0 atau 100 yang berarti bahwa ACP mempunyai hubungan sebesar 1,0 dengan ROI. Jika dilihat besarnya angka 1,0 atau 100, maka dikatakan kuat namun bergerak negatif. Dari perhitungan r s = 1,0 lebih besar r s Tabel pada α=5 adalah sebesar 0.886, maka kesimpulannya H 1 ditolak. Artinya ACP dengan ROI mempunyai hubungan yang tidak signifikan. Secara defenisinya bahwa ACP atau tingkat hari pengumpulan piutang terhadap ROI adalah tidak berpengaruh dalam hal penagihan piutang yang dilakukan pada tenggat waktu yang telah ditentukan untuk mendapatkan ROI. Universitas Sumatera Utara 52

C. Pengujian Hipotesis