b. Dihitung PPh Pasal 21 atas penghasilan teratur yang disetahunkan ditanbah dengan penghasilan tidak teratur berupa tantiem, jasa produksi,
dan sebagainya, c. Dihitung PPh Pasal 21 atas penghasilan teratur yang disetahunkan tanpa
jasa produksi, dan sebagainya. d. Selisih antara PPh Pasal 21 menurut penghitungan huruf a dan huruf b
adalah PPh Pasal 21 atas panghasilan tidak teratur berupa tantiem, jasa produksi, dan sebagainya.
e. Dalam hal pegawai tetap yang berkewajiban pajak subjektifnya sudah ada sejak awal tahun, namun baru mulai bekerja setelah bulan Januari, maka
PPh Pasal 21 atas penghasilan yang tidak teratur tersebut dihitung dengan cara sebagaimana pada butir 1 dengan memperhatikan ketentuan
mengenai perhitungan PPh Pasal 21 bulanan atas penghasilan teratur bagi pegawai tetap.
C. kasus
Tomi adalah Karyawan Perusahaan PT Indah Abadi, Ia menikah dan mempunyai 2 orang anak. Tomi berpenghasilan sebesar Rp.4.000.000,- tiap bulan. PT. Indah
Abadi Mengikuti Program Jamsostek, premi Jaminan Kecelakaan Kerja dan premi Jaminan Kematian dibayar oleh pemberi kerja dengan jumlah masing-masing
Rp.15.000,- dan Rp.10.000,- sebulan. PT. Indah Abadi menanggung iuran Jaminan hari Tua setiap bulan sebesar Rp.20.000,- sedangkan Tomi membayar iuran Jaminan
Hari Tua sebesar Rp.50.000,- setiap bulan. Disamping itu PT. Indah Abadi juga mengikuti program pensiun untuk pegawainya. PT. Indah Abadi membayar iuran
pensiun untuk Tomi ke dana pensiun, yang pendiriannya telah disahkan Menteri Keuangan, setiap bulan sebesar Rp.30.000,- sedangkan Tomi membayar iuran
pensiun sebesar Rp.50.000,- . Berapa PPh Pasal 21 yang harus dibayar oleh Tomi selama satu bulan?
Peerhitungan PPh Pasal 21 : Gaji sebulan
Rp.4.000.000,- Premi Jaminan Kecelakaan kerja
Rp. 15.000,- Premi Jminan Kematian
Rp. 10.000,+ Penghasilan Bruto
Rp.4.025.000,- Pengurangan :
1. Biaya jabatan : 5 x Rp.4.025.000,-
Rp.201.250,- 2. Iuran Pensiun
Rp. 50.000,- 3. Iuran THT
Rp. 50.000,-+ Jumlah Pengurangan
= Rp. 301.250 - Penghasilan neto sebulan
Rp.3.723.750,- Penghasilan neto setahun adalah
12 x Rp3.723.750,- = Rp.44.685.000,-
4. PTKP Untuk WP sendiri
Rp.15.840.000,-
Status Kawin Rp. 1.320.000,-
Tanggungan 2 Rp. 2.640.000,-+
= Rp.19.800.000,-
Penghasilan Kena Pajak Setahun Rp. 5.085.000,-
PPh Pasal 21 terutang Tarif Pasal 17
5 x Rp.5.085.000,- = Rp.254.250,-
PPh Pasal 21 sebulan Rp.254.250,- : 12 bulan
=Rp. 21,187,-
BAB IV ANALISIS DAN EVALUASI
A. Potensi Penerimaan Pajak Penghasilan Pasal 21 Di Kantor Pelayanan Pajak
Pratama Medan Kota Tabel 1
Data Wajib Pajak yang terdaftar di KPP Pratama Medan Kota
Tahun Jumlah Wajib Pajak
Wp Badan Wp Orang
Pribadi Bendahara
Jumlah Wp terdaftar
2010 7.825
89.753 543
98.121 2011
8.603 100.124
583 109.310
Tabel 2
Data Wajib Pajak yang terdaftar sebagai Wajib Pajak PPh Pasal 21
Tahun Jumlah Wajib Pajak
2010 11.996
2011 12.899
Tabel 3
Jumlah SPT Masa tahun 2010-2011
Tahun Jumlah SPT Masa
Jumlah SPT Nihil
Jumlah SPT Kurang Bayar
Jumlah SPT Lebih Bayar
Jumlah
2010 86.263
17.167 2.339
105769 2011
63.577 7.583
12 71172
Tabel 4
Jumlah SPT Masa PPh Pasal 21 tahun 2010-2011
Tahun Jumlah SPT Masa PPh Pasal 21
Jumlah SPT Nihil
Jumlah SPT Kurang Bayar
Jumlah SPT Lebih Bayar
Jumlah
2010 29.108
6758 61
35.927 2011
28.943 7.274
12 36.229
1. Analisa Jumlah Wajib Pajak yang terdaftar sebagai Wajib Pajak yang
berkewajiban atas PPh Pasal 21 di Kantor Pelayanan Pajak Pratama Medan Kota
1.1 Pada Tahun 2010 Jumlah Wajib Pajak yang terdaftar sebagai Wajib pajak yang berkewajiban atas Pajak Penghasilan Pasal 21 adalah sekitar 12,2 dari
jumlah wajib pajak seluruhnya sedangkan pada tahun 2011 jumlah Wajib Pajak yang terdaftar sebagai Wajib pajak yang berkewajiban atas Pajak
Penghasilan Pasal 21 adalah sebesar 11,8 dari jumlah wajib pajak seluruhnya.
1.2 Pada Tahun 2011 Terjadi peningkatan jumlah Wajib Pajak dari sebesar 98.121 jumlah Wajib Pajak pada tahun 2010 menjadi 109.310 Wajip pajak pada tahun
2011 atau bertambah sekitar 11,40 yaitu berjumlah 11.189 Wajib Pajak. 1.3 Untuk Jumlah Wajib Pajak yang terdaftar sebagai Wajib Pajak yang
berkewajiban atas Pajak Penghasilan Pasal 21 Pada Tahun 2011 juga terjadi peningkatan sebesar 7,5 atau berjumlah 909 Wajib Pajak. yang mana pada
tahun 2010 berjumlah 11.996 Wajib Pajak dan meningkat menjadi 12.899
Wajib pajak. 2.
Analisa Penerimaan SPT Masa dan SPT Masa PPh Pasal 21 di Kantor Pelayanan Pajak Pratama Medan Kota
2.1 Pada tahun 2010 jumlah SPT Masa yang diterima tiap bulannya rata-rata sekitar 8814 SPT sedangkan untuk SPT Masa PPh pasal 21 SPT yang diterima
tiap bulannya sekitar 2993 SPT. 2.2 Pada tahun 2011 jumlah SPT Masa yang diterima tiap bulannya rata-rata
sekitar 5931 SPT, sedangkan untuk SPT Masa PPh Pasal 21 jumlah SPT Masa yang diterima tiap bulannya sekitar 3019 SPT.
2.3 Pada tahun 2010 jumlah SPT Masa PPh Pasal 21 yang diterima sebesar 33,9 dari jumlah SPT Masa seluruhnya yang diterima. Sedangkan pada tahun 2011
jumlah SPT Masa PPh Pasal 21 yang diterima sebesar 50,9 dari jumlah SPT Masa seluruhnya yang diterima.
2.4 Terjadi penurunan sebesar 32,7 dalam jumlah penerimaan SPT Masa dari 105.769 SPT pada tahun 2010 menjadi 71.172 SPT pada tahun 2011.
Sedangkan untuk Penerimaan SPT PPh Pasal 21 terjadi peningkatan sebesar 0,71 , yang mana pada tahun 2010 jumlah SPT yang diterima adalah
sebesar 35.927 dan meningkat pada tahun 2011 yakni sebesar 36.229 SPT.
B. Upaya Peningkatan Penerimaan Pajak Penghasilan Pasal 21 di Kantor
Pelayanan Pajak Pratama Medan Kota
Pajak Penghasilan Pasal 21 merupakan salah satu sumber utama pendapatan pajak di Kantor Pelayanan Pajak Pratama Medan Kota. Dalam hal ini, Penerimaan
Pajak Penghasilan Pasal 21 harus di perhatikan dalam perkembangannya, setidaknya harus terjadi peningkatan setiap tahunnya. Kantor Pelayanan Pajak melakukan
berbagai usaha agar terjadi peningkatan sehingga memaksimalkan penerimaannya. Berbagai upaya yang dilakukan Kantor Pelayanan Pajak Pratama Medan Kota
untuk meningkatkan penerimaan Pajak Penghasilan Pasal 21 adalah:
1. Menerapkan sanksi administrasi perpajakan
Sanksi perpajakan yang diterapkan bertujuan untuk menyadarkan Wajib Pajak akan kelalaian dalam membayar atau melaporkan kewajiban perpajakannya. Sanksi
dikenakan dapat berupa bunga, denda atau kenaikan. Sanksi perpajakan dimaksudkan untuk menyadarkan Wajib Pajak akan
keteledorannya. Disamping itu, juga bertujuan untuk menjaga agar kepercayaan yang diberikan pemerintah tidak disalahgunakan oleh Wajib Pajak.
2. Menerbitkan Surat Tagihan Pajak STP
Surat Tagihan Pajak adalah surat untuk melakukan tagihan pajak dan atau sanksi administrasi berupa bunga dan atau denda. STP diterbitkan apabila pajak
kurang atau tidak dibayar, dari hasil penelitian STP terdapat kekurangan pembayaran pajak sebagai akibat salah tulis dan atau salah hitung, dan WP dikenakan sanksi
administrasi berupa denda atau bunga.
3. Mengirim himbauan kepada Pemotong Pajak
Dalam hal ini Petugas Pajak mengirim himbauan kepada para pemotong pajak agar Mendaftarkan subjek pajak yang telah mempunyai penghasilan diatas PTKP
sebagai Wajib Pajak PPh Pasal 21. Masalah ini biasanya terjadi ketika adanya perubahan struktur di sebuah perusahaan yakni adanya karyawan baru di perusahaan
tersebut. Dalam hal ini Pemotong Pajak dihimbau untuk mendaftarkan dan melaporkan karyawan baru tersebut sebagai Wajib Pajak Yang berkewajiban atas
Pajak Penghasilan Pasal 21.
4. Menerbitkan Nomor Pokok Wajib Pajak NPWP secara jabatan
Menerbitkan NPWP secara jabatan kepada orang pribadi atau badan yang menurut ketentuan peraturan perundang-undangan perpajakan ditentukan untuk
melakukan kewajiban perpajakan, namun yang bersangkutan tidak mendaftarkan diri pada Kantor Pelayanan Pajak yang wilayah kerjanya meliputi tempat tinggal atau
tempat kedudukan Wajib Pajak. Dalam hal ini petugas pajak menerbitkan NPWP secara paksa kepada orang pribadi yang telah memenuhi syarat berdasarkan ketentuan
perundang-undangan perpajakan tersebut.
5. Meningkatkan Pelayanan Bagi Wajib Pajak
Pelayanan yang baik sangat berpengaruh terhadap kepatuhan Wajib Pajak karena pelayanan yang baik menimbulkan motivasi Wajib Pajak untuk melaksanakan
kewajibannya. Menyadari hal itu Kantor Pelayanan Pajak Pratama Medan Kota selalu berusaha memberikan pelayanan yang terbaik kepada setiap Wajib Pajak, yang
menjadi inti pelayanan yang baik tersebut bagi Kantor Pelayanan Pajak Pratama
Medan Kota adalah pelayanan yang mampu mengantisipasi masalah-masalah yang muncul dan berkembang dalam masyarakat umumnya dan Wajib Pajak khususnya.
Maka dari itu, Kantor Pelayanan Pajak Pratama Medan Kota terus berupaya untuk peka dan cepat dalam menyelesaikan masalah-masalah yang timbul, tidak
berbelit-belit, dan bekerja sesuai dengan prosedur yang berlaku.
6. Peningkatan Profesionalisme Aparatur Perpajakan
Sebagian Wajib Pajak ada yang memanfaatkan celah-celah kelemahan Undang-undang perpajakan yang ada atau dengan cara memanfaatkan kelemahan
fiskus. Hal ini perlu diimbangi dengan peningkatan kemampuan dan kejelian fiskus. Untuk mengantisipasi hal tersebut.
7. Melakukam pengawasan terhadap Wajib Pajak.
Merupakan suatu proses yang berkaitan satu sama lainnya, terutama dalam hubungannya dengan usaha penegakan Peraturan Perundang – undangan Perpajakan
yang bertujuan untuk meningkatkan kepatuhan Wajib Pajak akan kewajiban perpajakannya sehingga pada akhirnya dapat meningkatkan penerimaan PPh Pasal 21
di Kantor Pelayanan Pajak Pratama Medan Kota. Pengawasan yang dilakukan tersebut antara lain:.
7.1 pengawasan terhadap pembayaran dan pelaporan pajak setiap bulan SPT Masa
7.2 pengawasan terhadap Wajib Pajak yang melakukan kegiatan transaksi namun tidak melaporkan kegiatan transaksinya dalam SPT Tahunan
7.3 pengawasan terhadap pembayaran pajak yang dilaksanakan Wajib Pajak Orang Pribadi yang berdomisili di jalan-jalan utama yang perkembangan
ekonominya relatif pesat.
C. Kendala-Kendala Yang Dihadapi Dalam Meningkatkan Penerimaan Pajak
Penghasilan Pasal 21 di Kantor Pelayanan Pajak Pratama Medan Kota
Dalam pencapaian suatu tujuan terkadang terdapat hal-hal yang menghambat dalam pencapaian dari berbagai segi. selain segi kelemahan juga terdapat hal-hal atau
kendala-kendala yang menghambat pelaksanaan peningkatan penerimaan pph pasal 21 tersebut.
Adapun kendala-kendala yang menghambat dalam pencapaian tujuan tersebut adalah:
1. Adanya kecenderungan Wajib Pajak menganggap bahwa membayar pajak merupakan pemborosan atau beban masih kurangnya kesadaran sebagian
masyarakat dalam membayar pajak yang seolah-olah tidak mau tahu akan besarnya pajak yang terutang yang ditanggung oleh Wajib Pajak itu sendiri
sehingga masih terdapat adanya tunggakan pajak. 2. Usaha yang dijalankan Wajib Pajak sedang dalam kondisi yang buruk sehingga
tidak memungkinkan Wajib Pajak untuk membayar hutang pajaknya.
3. Masih adanya Pemotong Pajak yang memotong dan melaporkan PPh Pasal 21 tidak sesuai dengan ketentuan perundang-undangan. Hal ini karena Pemotong
Pajak kurang memahami prosedur perhitungan PPh Pasal 21. 4. Masih adanya pemotong PPh Pasal 21 yang tidak mengetahui tentang
kewajiban melapor tiap bulannya dan tidak mengetahui batas waktu pembayaran dan pelaporan PPh Pasal 21.
D. Faktor-Faktor Penyebab Terjadinya Tunggakan Pph Pasal 21 dan Cara