BAB 1 PENDAHULUAN
1.1. Latar Belakang
Dewasa ini Indonesia masih dihadapkan dengan meningkatnya beberapa penyakit menular Re-Emerging Diseases, sementara penyakit tidak menular atau penyakit
degeneratif juga terus meningkat. Di samping itu telah muncul lagi berbagai penyakit baru New-Emerging Diseases. Salah satu masalah yang menjadi perhatian dan
tercantum dalam PERPRES No. 7 Tahun 2005 tentang Rencana Pembangunan Jangka Menengah Nasional RPJMN 2004-2009 adalah perkembangan re-emerging
diseases seperti Chikungunya yang mana jumlah kasusnya cenderung meningkat serta penyebarannya semakin luas Oktikasari, F.Y., Susanna, D., dan Djaja, I.M.,
2008. Demam Chikungunya adalah penyakit virus yang disebabkan oleh alfa virus
yang disebarkan oleh gigitan nyamuk Aedes aegypti. Nama chikungunya ini berasal dari kata Makonde yang berarti yang membungkuk mengacu pada postur bungkuk
yang dikembangkan sebagai hasil dari gejala arthritis penyakit ini. Di Indonesia, infeksi virus Chikungunya telah ada sejak abad ke-18. Saat itu infeksi virus ini
menimbulkan penyakit yang dikenal sebagai penyakit demam 5 hari yang kadangkala disebut juga sebagai demam sendi Depkes RI, 2003.
Gejala utama yang sering ditimbulkan berupa demam mendadak, nyeri pada persendian dan ruam makulopapuler kumpulan bintik-bintik kemerahan pada kulit
yang kadang-kadang disertai rasa gatal. Beberapa gejala lainnya jaga bisa ditemukan seeperti nyeri otot, sakit kepala, menggigil mual dan muntah. Walaupun gejalanya
terlihat mirip dengan penyakit demam denggi berdarah, yang menjadi perbedaan
Universitas Sumatera Utara
adalah pada chikungunya tidak terjadi perdarahan hebat, renjatan maupun kematian. Masa inkubasinya dalam 3 sampai 7 hari tetapi bisa bervariasi dalam 2-12 hari.
Demam chikungunya biasanya berakhir beberapa hari ke 2 minggu tetapi sesetengah pasien berasa kelelahan sehingga beberapa minggu Swaroop, A., Jain, A., Kumhar,
M., Parihar, N., and Jain, S., 2007.
Demam chikungunya pertama kali dilaporkan di Tanzania pada tahun 1952. Setelah tercetusnya wabah sekitar tahun 1952-1953, virus telah tersebar meluas ke
seluruh bagian sub-Sahara Afrika, India, dan negara-negara Asia Tenggara sehingga menyebabkan banyak kejadian epidemi di tahun-tahun berikutnya Edelman et al
2000 dalam Sudeep, A .B and Parashar D 2008. Virus tersebut kemudian menjadi endemik di Afrika sebagaimana dibuktikan dengan sering wabah di Uganda,
Republik Demokratik Kongo, Zimbabwe, Senegal, Nigeria, Afrika Selatan dan Kenya Powers dan Logue 2007. Sementara itu tercetusnya wabah pertama di Asia
dilaporkan di Bangkok pada tahun 1958 serta diikuti oleh sejumlah wabah di Kamboja, Vietnam, Malaysia, Taiwan dan lain-lain di tahun-tahun berikutnya
Sudeep, A .B and Parashar D 2008. Di Indonesia, Kejadian Luar Biasa KLB penyakit Chikungunya pertama kali
dilaporkan pada tahun 1973 yang terjadi di Samarinda Provinsi Kalimantan Timur dan di DKI Jakarta. Kemudian juga timbul pada tahun 1982 di Kuala Tungkal
Provinsi Jambi dan tahun 1983 di Daerah Istimewa Yogyakarta. KLB Chikungunya mulai banyak dilaporkan sejak tahun 1999 yaitu di Muara Enim 1999, Aceh 2000,
Jawa Barat yakni Bogor, Bekasi, dan Depok 2001 yang menyerang secara bersamaan pada penduduk di satu kesatuan wilayah RWDesa. Pada tahun 2002
banyak daerah melaporkan terjadinya KLB Chikungunya seperti Palembang, Semarang, Indramayu, Manado, DKI Jakarta, Banten, Jawa Timur dan lain-lain. Pada
tahun 2003 KLB Chikungunya terjadi lagi di beberapa wilayah di pulau Jawa, NTB,
Universitas Sumatera Utara
dan Kalimantan Tengah. Kemudian tahun 2006 dan 2007 terjadi KLB di Provinsi Jawa Barat dan Sumatera Selatan Depkes RI, 2003.
Di Sumatera Utara mulai November tahun 2005 kasus Demam Chikungunya muncul, yakni di Pancur Batu-Deli Serdang. Selanjutnya sejak tahun 2008 sampai
dengan tanggal Oktober 2009 Chikungunya telah berjangkit di beberapa Kabupaten Kota dengan beberapa penderita namun belum ada kematian, dengan rincian
berdasarkan laporan yang masuk, sebagai berikut :
Tabel 1.1 : Bilangan Penderita Demam Chikungunya yang
Dilaporkan di Sumatera Utara
Kabupaten kota Bilangan penderita
Kabupaten Asahan 1947 penderita.
Kabupaten Serdang Bedagai 461 penderita.
Kabupaten Labuhan Batu Utara
581 penderita
Kabupaten Labuhan Batu Selatan.
179 penderita
Kabupaten Labuhan Batu. 59 penderita
Kabupaten Nias Selatan 84 penderita.
Kabupaten Langkat 334 penderita
Universitas Sumatera Utara
Kabupaten Deli Serdang 199 penderita
Kabupaten Batubara 199 penderita,
Kabupaten Pak Pak Bharat 65 penderita .
Kota Medan, 5 penderita
Kabupaten Nias 54 penderita.
Kota Padang Sidempuan 120 penderita .
Kabupaten Padang Lawas 48 penderita
Kabupaten Tapanuli Selatan 377 penderita
Proses terjadinya penularan Chikungunya di suatu daerah meliputi tiga faktor utama yakni adanya manusia, virus dan vektor perantara yaitu nyamuk. Melalui
nyamuk ini penyakit ini bisa menyebar dan menjangkiti individu lainnya. Untuk itu harus dilakukan upaya pencegahan sesegera mungkin agar penularan dan angka
kejadian penyakit ini tidak meningkat. Beberapa faktor yang menjadi penyebab timbulnya Kejadian Luar Biasa KLB Chikungunya adalah perpindahan penduduk
dari daerah terinfeksi, sistem pengelolaan limbah dengan penyediaan air bersih yang tidak memadai, serta sanitasi lingkungan yang buruk. Kurangnya pengetahuan dan
kepedulian masyarakat tentang keberadaan penyakit ini bisa menyebabkan angka kejadiannya semakin bertambah Sunarto dkk, 2000.
1.2. Rumusan Masalah