Gambaran Tingkat Konsumsi Kalori, Makronutrien dan Serat Mahasiswa Fakultas Kedokteran Universitas Sumatera Utara Angkatan 2010

(1)

LAMPIRAN 1

LEMBAR PENJELASAN (INFORMED CONSENT)

Saya Dyah Wijiana Heryani, saat ini saya sedang menjalani program pendidikan Kedokteran Umum di Fakultas Kedokteran Universitas Sumatera Utara. Saat ini saya sedang melakukan penelitian yang berjudul “Gambaran Tingkat Konsumsi Kalori, Makronutrien dan Serat Mahasiswa Kedokteran Fakultas Kedokteran Universitas Sumatera Utara Angkatan 2010”.

Pada penelitian ini saya akan melakukan food recall 24 jam dengan menanyakan dan mencatat semua makanan dan minuman yang dikonsumsi dalam sehari atau 24 jam yang lalu dengan pengulangan sebanyak dua kali.

Penelitian ini merupakan penelitian sosial dan biaya penelitian ini sepenuhnya tidak dibebankan kepada teman-teman. Partisipasi teman-teman dalam penelitian ini bersifat sukarela tanpa paksaan apapun. Hasil pemeriksaan dan jawaban teman-teman tidak akan disalahgunakan untuk kepentingan lain dan akan tetap dirahasiakan.

Jika selama penelitian ini terdapat hal-hal yang kurang jelas, maka teman-teman dapat menghubungi saya, Dyah Wijiana Heryani (083197773591).

Demikian surat persetujuan ini saya buat dengan penuh kesadaran dan penuh tanggung jawab tanpa paksaan dari pihak manapun. Atas partisipasi dan kesediannya, saya ucapkan terima kasih.

Medan, 2013

Hormat Saya,


(2)

LAMPIRAN 2

LEMBAR PERNYATAAN

PERSETUJUAN SETELAH PENJELASAN (INFORMED CONSENT) KESEDIAAN MENGIKUTI PENELITIAN

Setelah membaca dan mendapat penjelasan serta memahami sepenuhnya tentang penelitian :

GAMBARAN TINGKAT KONSUMSI KALORI, MAKRONUTRIEN DAN SERAT MAHASISWA FAKULTAS KEDOKTERAN UNIVERSITAS SUMATERA UTARA ANGKATAN 2010

Saya yang bertanda tangan di bawah ini :

Nama :... Umur :... Alamat :...

Saya menyatakan bersedia / tidak keberatan untuk dilibatkan dan berpartisipasi dalam penelitian ini, pernyataan persetujuan ini saya buat dengan penuh kesadaran dan tanpa paksaan.

Medan, 2013

Peneliti, Yang membuat Pernyataan


(3)

LAMPIRAN 3

FOOD RECALL 24 JAM

TGL. :

HARI KE :

NAMA :

WAKTU MAKAN

MENU

MAKANAN KOMPOSISI

BANYAKNYA

URT GRAM

PAGI/JAM

SELINGAN

SIANG/JAM

SELINGAN

MALAM/JAM


(4)

LAMPIRAN 4

DAFTAR RIWAYAT HIDUP

Nama : Dyah Wijiana Heryani

Tempat / Tanggal Lahir : Medan / 14 Agustus 1992

Agama : Islam

Alamat : Jln. Sisingamangaraja Gg. Purnama no.6, Medan Orang Tua (Ayah) : H.M. Hermansyur, S.E., M.Si

Orang Tua (Ibu) : Hj. Ir. Nur Endah Dwi Elyani Riwayat Pendidikan :

1. Tahun 1998-2004 : SD Swasta Harapan 1, Medan

2. Tahun 2004-2007 : SMP Swasta Harapan 2,Medan

3. Tahun 2007-2010 : SMA Negeri 1, Medan 4. Tahun 2010-sekarang : FK USU Medan (2010) Riwayat Pelatihan :

1. Workshop Sirkumsisi HMI Komisariat FK USU (2011)

2. Seminar dan Talk Show “Islamic Medicine 3” PHBI FK USU (2012)

3. Seminar Update Kedokteran dan Penyusunan Proposal Penelitian SCORE FK USU (2013) Riwayat Organisasi : Anggota HMI FK USU (2011-2012)

Pas Photo 3 x 4 cm


(5)

(6)

(7)

LAMPIRAN 7

TINGKAT KONSUMSI KALORI, MAKRONUTRIEN DAN SERAT

NO. NAMA JENIS KELAMIN

KALORI (kkal)

KARBOHIDRAT (gr)

PROTEIN (gr)

LEMAK (gr)

SERAT (gr)

1 KVN L 1496,9 151,7 69,1 67,7 7,9

2 RHLA L 1570,3 190,8 49,5 68,8 4,5

3 AAH L 2201,5 263,7 66,7 101,6 10,8

4 EDRIC L 2418,2 285,4 88,8 104,3 11,8

5 FA L 2454,7 247,0 71,7 133,4 9,2

6 IRFIK L 2789,8 314,5 82,1 134,9 9,6

7 AS L 1765,6 228,0 56,3 73,4 9,7

8 DP L 2150,9 281,7 78,1 85,6 9,5

9 IA L 2234,3 256,1 59,6 107,6 4,6

10 AG L 1682,7 151,7 58,1 96,2 10,1

11 ANWR L 2108,1 216,0 63,7 113,2 9,3

12 DPP L 1953,6 205,6 65,5 102,2 10,3

13 LF L 2097,7 191,6 60,3 122,1 5,8

14 PV L 1699,5 148,9 51,5 102,5 16,0

15 RKAP L 2053,1 181,8 58,1 119,4 5,3

16 SJ L 2070,9 211,2 76,5 104,8 13,9

17 SUPHN L 1610,8 178,7 46,1 114,6 7,4


(8)

19 AAR L 2695,6 287,6 91,4 134,2 9,9

20 BATR L 1641,0 178,9 54,3 79,2 10,6

21 BOY L 2520,9 301,7 75,9 113,8 9,5

22 CQH L 2297,3 216,8 87,5 123,8 9,4

23 DAVD L 1797,8 178,9 53,2 97,4 7,1

24 HAFNO L 2679,8 338,1 85,2 111,1 19,3

25 JOHNS L 1538,3 203,8 47,1 59,9 10,6

26 LSA L 1976,3 177,8 59,8 119,0 9,3

27 MIM L 1320,7 130,8 38,6 72,4 8,0

28 MQR L 3765,6 439,4 115,4 174,5 19,1

29 MFADL L 2333,6 189,6 81,6 140,2 9,6

30 MASKRA L 2540,9 263,3 63,4 138,1 7,8

31 MJDP L 2491,9 217,0 90,7 144,0 17,8

32 MUHFA L 2208,2 235,5 52,8 119,2 9,7

33 RAM L 2146,6 194,7 52,8 128,1 3,7

34 RIDHO L 2043,7 227,1 62,7 95,1 5,4

35 RUBYF L 2133,9 240,1 56,0 107,9 8,8

36 SUTRI L 2057,8 227,6 69,9 95,7 8,8

37 TRIWB L 2193,3 202,6 60,6 127,9 8,9

38 UBAHA L 2344,2 282,6 50,6 116,4 8,9

39 MINST L 2695,6 287,6 91,4 134,2 9,9

40 THN L 1641,0 178,9 54,3 79,2 10,6

41 FIRYUN L 2520,9 301,7 75,9 113,8 9,5

42 LHBN L 2297,3 216,8 87,5 123,8 9,4


(9)

44 AAS P 1866,0 191,3 76,8 87,0 6,0

45 DIR P 1533,4 109,6 53,1 101,7 12,2

46 GCD P 1517,6 159,5 65,9 70,2 8,3

47 IKN P 1758,3 180,9 54,3 95,4 6,8

48 LCS P 1533,2 188,7 42,0 72,3 3,4

49 MZU P 1033,6 130,8 57,3 31,6 7,5

50 PRWN P 1371,2 106,3 73,7 74,6 4,6

51 RST P 1475,3 212,4 49,3 66,7 11,3

52 AABA P 1627,9 182,5 41,4 86,4 5,0

53 CSS P 1900,2 262,8 66,3 64,4 12,4

54 CMK P 1786,3 172,6 53,4 100,2 8,9

55 DRS P 1848,3 236,7 38,0 93,3 7,3

56 GN P 2079,7 236,6 63,9 99,8 10,7

57 ISAS P 1976,6 181,9 59,8 112,8 5,8

58 MN P 1639,1 195,8 75,0 62,3 12,4

59 NAT P 1831,5 152,1 58,9 111,3 9,2

60 RAS P 1598,2 171,5 45,5 81,7 3,3

61 RDH P 1586,8 155,0 61,3 81,3 5,2

62 SF P 2332,2 266,2 74,6 113,4 10,2

63 SC P 1770,1 142,6 65,2 109,4 5,4

64 WC P 2393,9 232,0 103,5 118,6 12,3

65 GDM P 1608,9 201,2 52,9 65,7 8,6

66 DVS P 1613,4 169,0 44,9 90,5 11,2

67 IV P 1993,5 174,9 63,4 117,5 7,3


(10)

69 MYL P 1868,0 246,4 73,5 66,9 13,2

70 MA P 2370,1 275,7 82,7 104,3 10,6

71 NS P 937,0 70,9 30,5 62,0 7,5

72 SH P 1174,8 152,8 33,6 48,0 6,5

73 SCY P 1572,7 165,2 67,4 70,1 7,9

74 SUWY P 1740,4 226,9 67,3 64,6 14,7

75 JEY P 1869,6 216,9 51,3 92,6 4,5

76 SNF P 1639,3 134,2 69,9 92,0 8,0

77 SRIHA P 2180,3 217,1 57,8 122,4 9,2

78 GAR P 2357,1 243,8 90,3 112,1 10,1

79 RFS P 2362,7 278,1 51,3 126,6 9,5

80 SHAAL P 2086,6 206,0 75,8 116,0 5,6

81 AH P 1383,1 230,8 50,5 37,7 11,4

82 DESIR P 1483,6 193,0 33,4 72,5 4,4

83 ERN P 1405,6 190,9 47,9 51,5 10,5

84 EFP P 1366,1 119,6 52,9 87,0 6,5

85 OA P 2057,0 298,4 41,9 79,9 12,8

86 NOORM P 1194,4 179,7 31,3 42,4 13,0

PERSENTASE TINGKAT KONSUMSI KALORI, MAKRONUTRIEN, DAN SERAT (AKG)

NO. NAMA JENIS


(11)

1 KVN L 55% 40% 111% 74% 21%

2 RHLA L 70% 62% 88% 92% 14%

3 AAH L 81% 70% 108% 112% 28%

4 EDRIC L 89% 76% 143% 115% 31%

5 FA L 90% 66% 116% 147% 24%

6 IRFIK L 102% 84% 132% 148% 25%

7 AS L 65% 74% 101% 98% 30%

8 DP L 79% 75% 126% 94% 25%

9 IA L 82% 68% 96% 118% 12%

10 AG L 62% 40% 94% 106% 26%

11 ANWR L 77% 58% 103% 124% 24%

12 DPP L 72% 55% 106% 112% 27%

13 LF L 77% 51% 97% 134% 15%

14 PV L 62% 40% 83% 113% 42%

15 RKAP L 75% 48% 94% 131% 14%

16 SJ L 76% 56% 123% 115% 36%

17 SUPHN L 59% 48% 74% 126% 19%

18 ARR L 87% 73% 183% 117% 169%

19 AAR L 99% 77% 147% 147% 26%

20 BATR L 60% 48% 88% 87% 28%

21 BOY L 93% 80% 122% 125% 25%

22 CQH L 84% 58% 141% 136% 25%

23 DAVD L 66% 48% 86% 107% 19%

24 HAFNO L 98% 90% 137% 122% 51%


(12)

26 LSA L 73% 47% 96% 131% 24%

27 MIM L 48% 35% 62% 80% 21%

28 MQR L 138% 117% 186% 192% 50%

29 MFADL L 86% 51% 132% 154% 25%

30 MASKRA L 93% 70% 102% 152% 20%

31 MJDP L 91% 58% 146% 158% 47%

32 MUHFA L 81% 63% 85% 131% 25%

33 RAM L 79% 52% 85% 141% 10%

34 RIDHO L 75% 61% 101% 104% 14%

35 RUBYF L 78% 64% 90% 119% 23%

36 SUTRI L 76% 61% 113% 105% 23%

37 TRIWB L 80% 54% 98% 141% 23%

38 UBAHA L 86% 75% 82% 128% 23%

39 MINST L 99% 77% 147% 147% 26%

40 THN L 60% 48% 88% 87% 28%

41 FIRYUN L 93% 80% 122% 125% 25%

42 LHBN L 84% 58% 141% 136% 25%

43 MIBYU L 66% 48% 86% 107% 19%

44 AAS P 83% 62% 137% 116% 19%

45 DIR P 68% 35% 95% 136% 38%

46 GCD P 67% 52% 118% 94% 26%

47 IKN P 78% 59% 97% 127% 21%

48 LCS P 68% 61% 75% 96% 11%

49 MZU P 46% 42% 102% 42% 23%


(13)

51 RST P 66% 69% 88% 89% 35%

52 AABA P 72% 59% 74% 115% 15%

53 CSS P 84% 85% 118% 86% 39%

54 CMK P 79% 56% 95% 134% 28%

55 DRS P 82% 77% 68% 124% 23%

56 GN P 92% 77% 114% 133% 33%

57 ISAS P 88% 59% 107% 150% 18%

58 MN P 73% 63% 134% 83% 39%

59 NAT P 81% 49% 105% 148% 29%

60 RAS P 71% 56% 81% 109% 10%

61 RDH P 71% 50% 109% 108% 16%

62 SF P 104% 86% 133% 151% 32%

63 SC P 79% 46% 116% 146% 17%

64 WC P 106% 75% 185% 158% 38%

65 GDM P 72% 65% 94% 88% 27%

66 DVS P 72% 55% 80% 121% 35%

67 IV P 89% 57% 113% 157% 23%

68 JNR P 54% 51% 57% 69% 19%

69 MYL P 83% 80% 131% 89% 41%

70 MA P 105% 89% 148% 139% 33%

71 NS P 42% 23% 54% 83% 23%

72 SH P 52% 49% 60% 64% 20%

73 SCY P 70% 53% 120% 93% 25%

74 SUWY P 77% 73% 120% 86% 46%


(14)

76 SNF P 73% 43% 125% 123% 25%

77 SRIHA P 97% 70% 103% 163% 29%

78 GAR P 105% 79% 161% 149% 31%

79 RFS P 105% 90% 92% 169% 30%

80 SHAAL P 93% 67% 135% 155% 17%

81 AH P 61% 75% 90% 50% 35%

82 DESIR P 66% 62% 60% 97% 14%

83 ERN P 62% 62% 86% 69% 33%

84 EFP P 61% 39% 94% 116% 20%

85 OA P 91% 97% 75% 107% 40%


(15)

LAMPIRAN 8

MASTER DATA DARI 86 SAMPEL

Statistics

Kalori Karbohidrat Protein Lemak Serat

N Valid 86 86 86 86 86

Missing 0 0 0 0 0

Mean ,7776 ,6183 1,0658 1,1645 ,2766

Median ,7750 ,6000 1,0200 1,1750 ,2500

Mode ,66a ,48 ,88a 1,07a ,25

Minimum ,42 ,23 ,54 ,42 ,10


(16)

Statistics

Kalori Karbohidrat Protein Lemak Serat

N Valid 86 86 86 86 86

Missing 0 0 0 0 0

Mean ,7776 ,6183 1,0658 1,1645 ,2766

Median ,7750 ,6000 1,0200 1,1750 ,2500

Mode ,66a ,48 ,88a 1,07a ,25

Minimum ,42 ,23 ,54 ,42 ,10

Maximum 1,38 1,17 1,86 1,92 1,69

Kategori Kalori

Frequency Percent

Valid Percent

Cumulative Percent

Valid Defisit 25 29,1 29,1 29,1

Kurang 26 30,2 30,2 59,3

Sedang 28 32,6 32,6 91,9

Baik 6 7,0 7,0 98,8

Lebih 1 1,2 1,2 100,0

Total 86 100,0 100,0


(17)

Frequency Percent

Valid Percent

Cumulative Percent

Valid Defisit 59 68,6 68,6 68,6

Kurang 17 19,8 19,8 88,4

Sedang 9 10,5 10,5 98,8

Lebih 1 1,2 1,2 100,0

Total 86 100,0 100,0

Kategori Protein

Frequency Percent

Valid Percent

Cumulative Percent

Valid Defisit 7 8,1 8,1 8,1

Kurang 6 7,0 7,0 15,1

Sedang 27 31,4 31,4 46,5

Baik 12 14,0 14,0 60,5

Lebih 34 39,5 39,5 100,0

Total 86 100,0 100,0

Kategori Lemak

Frequency Percent

Valid Percent

Cumulative Percent


(18)

Kurang 1 1,2 1,2 9,3

Sedang 18 20,9 20,9 30,2

Baik 8 9,3 9,3 39,5

Lebih 52 60,5 60,5 100,0

Total 86 100,0 100,0

DARI RESPONDEN LAKI-LAKI (43 ORANG)

Frequency Table

Kategori Kalori Laki-laki

Frequency Percent

Valid Percent

Cumulative Percent

Valid Defisit 11 25,6 25,6 25,6

Kurang 14 32,6 32,6 58,1

Sedang 16 37,2 37,2 95,3

Baik 1 2,3 2,3 97,7

Lebih 1 2,3 2,3 100,0

Total 43 100,0 100,0


(19)

Frequency Percent

Valid Percent

Cumulative Percent

Valid Defisit 30 69,8 69,8 69,8

Kurang 10 23,3 23,3 93,0

Sedang 2 4,7 4,7 97,7

Lebih 1 2,3 2,3 100,0

Total 43 100,0 100,0

Kategori Protein Laki-laki

Frequency Percent

Valid Percent

Cumulative Percent

Valid Defisit 1 2,3 2,3 2,3

Kurang 2 4,7 4,7 7,0

Sedang 16 37,2 37,2 44,2

Baik 7 16,3 16,3 60,5

Lebih 17 39,5 39,5 100,0

Total 43 100,0 100,0


(20)

Frequency Percent

Valid Percent

Cumulative Percent

Valid Defisit 1 2,3 2,3 2,3

Kurang 2 4,7 4,7 7,0

Sedang 5 11,6 11,6 18,6

Baik 5 11,6 11,6 30,2

Lebih 30 69,8 69,8 100,0

Total 43 100,0 100,0

Kategori Serat Laki-laki Frequenc

y Percent

Valid Percent

Cumulative Percent

Valid Defisit 43 100,0 100,0 100,0

DARI RESPONDEN PEREMPUAN (43 ORANG)

Frequency Table

Kategori Kalori Perempuan

Frequency Percent Valid Percent

Cumulative Percent


(21)

Valid Defisit 14 32,6 32,6 32,6

Kurang 12 27,9 27,9 60,5

Sedang 12 27,9 27,9 88,4

Baik 5 11,6 11,6 100,0

Total 43 100,0 100,0

Kategori Karbohidrat Perempuan

Frequency Percent Valid Percent

Cumulative Percent

Valid Defisit 29 67,4 67,4 67,4

Kurang 9 20,9 20,9 88,4

Sedang 5 11,6 11,6 100,0

Total 43 100,0 100,0


(22)

Frequency Percent Valid Percent

Cumulative Percent

Valid Defisit 6 14,0 14,0 14,0

Kurang 4 9,3 9,3 23,3

Sedang 11 25,6 25,6 48,8

Baik 5 11,6 11,6 60,5

Lebih 17 39,5 39,5 100,0

Total 43 100,0 100,0

Kategori Lemak Perempuan

Frequency Percent Valid Percent

Cumulative Percent

Valid Defisit 6 14,0 14,0 14,0

Sedang 12 27,9 27,9 41,9

Baik 3 7,0 7,0 48,8

Lebih 22 51,2 51,2 100,0


(23)

Kategori Serat Perempuan

Frequency Percent Valid Percent

Cumulative Percent


(24)

DAFTAR PUSTAKA

Agung, I.G.A.A., 2008. Pengaruh Perbaikan Gizi Kesehatan Terhadap

Produktivitas Kerja. Open Journal Systems Vol. 4 No. 1. Fakultas MIPA,

Universitas Hindu Indonesia.

Almatsier, S., 2009. Prinsip Dasar Ilmu Gizi. Jakata : PT Gramedia Pustaka Utama.

Amare, B. et. al., 2012. Nutritional Status and Dietary Intake of Urban Residents

in Gondar, Northwest, Ethiopia.

Amelia, F., 2008. Konsumsi Pangan, Pengetahuan Gizi, Aktivitas Fisik, dan

Status Gizi Pada Remaja di Kota Sungai Penuh Kabupaten Kerinci Propinsi Jambi. Program Studi Gizi Masyarakat dan Sumberdaya Keluarga, Fakultas

Pertanian, Institut Pertanian Bogor.

Apriany, R.E.A., 2012. Asupan Protein, Lemak Jenuh, Natrium, Serat, dan IMT

Terkait dengan Tekanan Darah Pasien Hipertensi di RSUD Tugurejo Semarang.

Program Studi Ilmu Gizi Fakultas Kedokteran Diponegoro, Semarang.

Arisman, 2010. Gizi dalam Daur Kehidupan: Buku Ajar Ilmu Gizi, Edisi ke-2. Jakarta : EGC. Dalam : Ikhwan bin Azmi, Mohd., 2010. Prevalensi Jenis

Kekurangan Gizi pada Anak Umur Bawah Lima Tahun di Rumah Sakit Umum Pusat Haji Adam Malik, Medan pada Tahun 2008-2009. Available from: http://repository.usu.ac.id/bitstream/123456789/21367/4/Chapter%20II.pdf

[Accessed 30 April 2013]

Brown, J.E., 2011. Nutrition Through the Life Cycle, Fourth Edition. Wadsworth Cengage Learning, Belmont. Available from:

http://books.google.co.id/books?id=TbWYismamXUC&printsec=frontcover&dq= editions:OWp70_RRbm4C&hl=en&sa=X&ei=gGOSUfyjHMLKrAeYoYHwCA &ved=0CC0QuwUwAA#v=onepage&q&f=false [Accessed 13 May 2013]

Buchara, I., 2008. Gambaran Pola Makan dan Aktivitas Fisik pada Anak dengan

Obesitas, Siswa Kelas 4-6 SDN Merdeka I-VI Bandung. Fakultas Kedokteran,

Universitas Kristen Maranatha, Bandung.


(25)

Departemen Kesehatan Republik Indonesia (Depkes), 2008. Kegemukan Akibat

Kurang Serat. Available from: http://www.depkes.go.id [Accessed 17 May 2013]

Direktorat Jenderal Pendidikan Tinggi, 2009. Undang-Undang No. 36 Tahun

2009 tentang Kesehatan. Available from:

http://www.dikti.go.id/files/atur/sehat/UU-36-2009Kesehatan.pdf [Accessed 18 April 2013]

Djaeni, A., 2008. Ilmu Gizi. Jakarta : PT. Dian Rakyat. Hal 53-65.

Drummond, K.E. & Brefere, L.M.., 2007. Nutrition for Foodservice and Culinary

Proffesionals. USA : John Wiley & Sons, Inc.

Elnovriza, D., Yenrina, R. & Bachtiar, H., 2008. Faktor-Faktor yang

Berhubungan dengan Tingkat Asupan Zat Gizi Mahasiswa Universitas Andalas yang Berdomisili di Asrama Mahasiswa. Padang.

Gharib, N. & Rasheed, P., 2011. Energy and Macronutrient Intake and Dietary

Pattern Among School Children in Bahrain: A Cross-sectional Study. Nutrition

Journal 2011, 10:62.

Hardinsyah, Riyadi, H. & Napitupulu, V., 2013. Kecukupan Energi, Protein,

Lemak, dan Karbohidrat. Departemen Gizi Masyarakat FEMA IPB, Departemen

Gizi, FK UI.

Hartono, A., 2006. Terapi Gizi dan Diet Rumah Sakit Ed.2. Jakarta : EGC. Available from: http://books.google.co.id/books?id=7MPTur8qDZgC&pg=PR5-

IA2&lpg=PR5-IA2&dq=Hartono,+A.+2006.+Terapi+Gizi+dan+Diet+Rumah+Sakit+Ed.2.+Jakar ta+:+EGC.&source=bl&ots=1LUtpQLnzg&sig=LJ8xxHJW4JAZvcVWymWunC ZvYGI&hl=en&sa=X&ei=kmmuUY7UKYqHrgekh4GADg&redir_esc=y#v=one page&q=Hartono%2C%20A.%202006.%20Terapi%20Gizi%20dan%20Diet%20 Rumah%20Sakit%20Ed.2.%20Jakarta%20%3A%20EGC.&f=false [Accessed 28 April 2013]

http://digilib.unimus.ac.id/files/disk1/125/jtptunimus-gdl-lailiratna-6245-3-babii.pdf [Accessed 14 May 2013]

Hutagalung, H., 2004. Karbohidrat. Bagian Ilmu Gizi, Fakultas Kedokteran, Universitas Sumaetra Utara, Medan.

Institute of Medicine (IOM), 2005. Dietary Reference Intake for Energy,

Carbohydrate, Fiber, Fat, Fatty Acids, Cholesterol, Protein, and Amino Acids. A


(26)

Levels of Nutrients and Interpretation and Uses of Dietary Reference Intakes, and the Standing Committee on the Scientific Evaluation of Dietary Reference

Intakes. National Academies Press, Washington, DC.

Irianto, D.P., 2006. Panduan Gizi Lengkap (Keluarga dan Olahragawan). Yogyakarta : CV. Andi Offset. Dalam : Laksono, S., 2012. Status Gizi Siswa

Kelas IV Sekolah Dasar Negeri Segugus Sisingamangaraja Kecamatan

Kertanegara Kabupaten Purbalingga. Fakultas Ilmu Keolahragaan, Universitas

Negeri Yogyakarta.

Jafar, N., 2012. Defisiensi Karbohidrat dan Protein pada Kejadian Gizi Buruk

Balita. Fakultas Kesehatan Masyarakat, Universitas Hasanuddin, Makassar.

Kartono, D., et.al., 2012. Penyempurnaan Kecukupan Gizi Untuk Orang

Indonesia, 2012.Widyakarya Nasional Pangan dan Gizi X. Jakarta.

Koswara, S., 2008. Konsumsi Lemak Yang Ideal Bagi Kesehatan. Available from: http://pustaka-ebook.com/konsumsi-lemak-yang-ideal-untuk-kesehatan/

[Accessed 15 May 2013]

Kusharto, C.M., 2006. Serat Makanan dan Peranannya Bagi Kesehatan. Jurnal Gizi dan Pangan, November 2006 1(2):45-54.

Mahan, L.K. & Escott-Stump, S., 2004. Krause’s Food, Nutrition, & Diet

Therapy, 12th Edition. USA : W.B. Saunders Company.

Mammas, I., et.al., 2004. Nutrient Intake and Food Consumption Among Medical

Student in Greece Assessed During A Clinical Nutrition Course. Division of

Social Medicine, Preventive Medicine and Nutrition Clinic, University of Crete, Heraklion. International Journal of Food Science and Nutrition, Vol. 55, No. 1, Pages 17-26.

Matthys, C., et.al., 2003. Estimated Energy Intake, Macronutrient Intake, And

Meal Pattern of Flemish Adolescents. Department of Public Helath, Ghent

University, Ghent, Belgium. European Journal of Clinical Nutrition, 57, 366-375. McGuire, M. & Beerman, K.A., 2011. Nutritional Sciences: From Fundamentals

to Food, Second Edition. Wadsworth Cengage Learning, Belmont. Available at:

http://books.google.co.id/books?id=VL7gj_blbRoC&printsec=frontcover&source =gbs_ViewAPI&redir_esc=y#v=onepage&q&f=false [Accessed 14 May 2013] Murray, R.K., Granner, D.K. & Rodwell, V.W., 2009. Biokimia Harper. Jakarta : Penerbit Buku Kedokteran EGC.

Pratiwi, M.A., 2011. Pengaruh Jenis Sumber Serat dan Perbandingan Penstabil


(27)

Utara. Available at: http://repository.usu.ac.id/handle/123456789/29440 [Accessed 16 May 2013]

Ramadhani, I., 2009. Efek Konsumsi Air Minum Penambah Oksigen Terhadap

Proliferasi Sel Limfosit Manusia. Departemen Ilmu dan Teknologi Pangan,

Fakultas Teknologi Pertanian, Institut Pertanian Bogor.

Saga, Y.H., 2011. Tingkat Konsumsi Energi dan Zat Gizi Pasien Penerima Diet

Rendah Garam yang Disajikan di Rumah Sakit Royal Taruma Jakarta.

Departemen Gizi Masyarakat, Fakultas Ekologi Manusia, Institut Pertanian Bogor. Available from : http://repository.ipb.ac.id/handle/123456789/47505 [Accessed 28 April 2013]

Sartika, R.A.D., 2011. Faktor Risiko Obesitas pada Anak 5-15 Tahun di

Indonesia. Makara, Kesehatan, Vol.15, No.1, Juni 2011: 37-43. Departemen Gizi

Kesehatan Masyarakat, Fakultas Kesehatan Masyarakat, Universitas Indonesia. Sumardjo, D., 2009. Pengantar Kimia Buku Panduan Kuliah Mahasiswa

Kedokteran. Jakarta:EGC. Available at:

http://books.google.co.id/books?id=7Lauz8HpOVAC&pg=PA270&dq=klasifikasi

+lemak&hl=en&sa=X&ei=3l-SUeCmOYPIrQeqroHIAw&ved=0CCsQ6AEwAA#v=onepage&q=klasifikasi%2 0lemak&f=false [Accessed 14 May 2013]

Supariasa, I.D.N., Bakri B. & Fajar I., 2002. Penilaian Status Gizi. Jakarta : EGC. Tejasari, 2005. Nilai Gizi Pangan. Yogyakarta : Graha Ilmu. Available from : http://grahailmu.co.id/previewpdf/979-756-048-X-112.pdf [Accessed 20 June 2013]

Tiommanisyah, 2010. Analisis Kadar Protein Kasar Dalam Kacang Kedelai,

Kacang Tanah Dan Kacang Hijau Menggunakan Metode Makro Kjeldhal Sebagai Bahan Makanan Campuran. Fakultas MIPA, Universitas Sumatera Utara, Medan.

Tortora, G.J. & Derrickson, B., 2006. Principles of Anatomy and Physiology, 11th

ed. USA: John Wiley and Sons, Inc.

WHO, 2003. Global Database on National Nutrition Policies and Programmes . Geneva: Department of Nutrition, World Health Organization. Dalam: Nishida, C., et. al., 2004. The Joint WHO/FAO Expert Consultation on Diet, Nutrition, and

The Prevention of Chronic Diseases : Process, Product, and Policy Implications.

Department of Nutrition for Healrh and Development, WHO, Geneva. Switzerland. Public Health Nutrition: 7(1A), 245-250.

WHO, 2011. Mental Helath: A State og Well-being. Available at: Available from:


(28)

Winarno, F.G., 2004. Kimia Pangan dan Gizi. Jakarta : PT. Gramedia Pustaka Utama.

Zulaika, 2011. Konsumsi Serat dan Fastfood Serta Aktivitas Fisik Orang Dewasa

yang Berstatus Gizi Obes dan Normal. Departemen Gizi Masyarakat. Fakultas


(29)

BAB 3

KERANGKA KONSEP DAN DEFINISI OPERASIONAL 3.1 Kerangka Konsep

Berdasarkan tujuan penelitian di atas maka kerangka konsep dalam penelitian ini adalah :

3.2 Definisi Operasional

Definsi operasional dari subjek dan variabel yang diteliti dalam penelitian ini adalah :

1. Mahasiswa Fakultas Kedokteran Universitas Sumatera Utara yang menjadi responden adalah mahasiswa angkatan 2010.

2. Jenis kelamin terdiri dari laki-laki dan perempuan.

3. Asupan makanan dan minuman dalam sehari adalah semua makanan dan minuman yang dikonsumsi responden selama 24 jam terakhir yang dicatat dengan menggunakan formulir food recall 24 jam.

4. Tingkat konsumsi kalori, makronutrien (terdiri dari karbohidrat, protein, dan lemak) serta serat adalah hasil yang didapat dari food recall asupan makanan dan minuman selama 24 jam dibandingkan dengan AKG.

3.2.1 Cara Ukur

Dengan menggunakan food recall 24 jam, yaitu cara pengumpulan data kualitatif dan kuantitatif dengan menanyakan kembali dan mencatat semua makanan dan minuman yang dikonsumsi responden dalam ukuran rumah tangga (URT) selama kurun waktu 24 jam yang lalu. Food recall 24 jam dilakukan

Tingkat Konsumsi Kalori, Karbohidrat,

Protein, Lemak dan Serat

Mahasiswa Fakultas Kedokteran Universitas Sumatera Utara Angkatan


(30)

berulang dan harinya tidak berturut-turut minimal 2 kali recall 24 jam (Supariasa, Bakri & Fajar, 2002).

Cara kerja:

Pewawancara menanyakan kembali dan mencatat semua makanan atau minuman yang dikonsumsi responden dalam ukuran rumah tangga (URT) selama kurun waktu 24 jam yang lalu, kemudian pewawancara melakukan konversi dari URT ke dalam ukuran berat (gram) dengan satuan penukar, lalu menginput data makanan ke dalam software Nutrisurvey 2007. Menu makanan diuraikan satu persatu sehingga menjadi dasar bahanan makanan dan dimasukkan berat bahan makanan dalam ukuran berat (gram). Selanjutnya Nutrisurvey 2007 akan menghitung data dan memberikan hasil pengukuran dari zat gizi yang diinginkan.

3.2.2 Alat Ukur

Alat ukur yang digunakan adalah software Nutrisurvey 2007. Kegunaan software nutrisurvey adalah program untuk menganalisis kandungan zat gizi bahan makanan dan/atau resep makanan (www.nutrisurvey.de).

3.2.3 Hasil Ukur

Hasil ukur menggunakan standar tingkat konsumsi berdasarkan buku pedoman petugas gizi Puskesmas, Depkes RI (1990) dalam Supariasa, Bakri & Fajar (2002). Klasifikasi masing-masing tingkat konsumsi dibagi menjadi 4 dengan cut off points masing-masing:

Lebih : > 110% AKG Baik : 100 - 110% AKG Sedang : 80 - 99% AKG Kurang : 70 - 80% AKG Defisit : < 70% AKG

3.2.4 Skala Pengukuran


(31)

n = N x Z2 1-α/2 x P x (1-P) (N-1) x d2+ [ Z2 1-α/2 x P x (1-P)]

BAB 4

METODE PENELITIAN 4.1 Rancangan Penelitian

Penelitian ini menggunakan metode penelitian deskriptif dengan pendekatan studi potong lintang (cross sectional study) yang bertujuan untuk mengetahui gambaran tingkat konsumsi kalori, makronutrien dan serat mahasiswa Fakultas Kedokteran Universitas Sumatera angkatan 2010.

4.2 Lokasi dan Waktu Penelitian 4.2.1 Lokasi Penelitian

Lokasi penelitian dilakukan di Fakultas Kedokteran Universitas Sumatera Utara, Jalan Dr. Mansyur no.5, Kampus USU, Medan.

4.2.2 Waktu Penelitian

Waktu untuk melakukan penelitian mulai bulan September 2013 sampai Oktober 2013.

4.3 Populasi dan Sampel Penelitian 4.3.1 Populasi

Populasi dalam penelitian ini adalah seluruh mahasiswa Fakultas Kedokteran Universitas Sumatera Utara angkatan 2010 yang berjumlah 409 orang.

4.2.2 Sampel

Pengambilan sampel dengan populasi terbatas dilakukan dengan menggunakan rumus (Wahyuni, 2007) :


(32)

n = 409 x 1,962x 0,5 x (1-0,5) ≈ 77 (409-1) x 0,12+ [ 1,962x 0,5 x (1-0,5)] Keterangan:

n = besar sampel

Z1-α/2 = nilai distribusi normal baku pada α tertentu. Sesuai derajat kemaknaan 95% yaitu 1,96 P = harga proporsi di populasi

Bila proporsi sebelumnya tidak diketahui, maka dipergunakan p=0,5 (Sastroasmoro, 2011)

d = kesalahan (absolut) yang dapat ditolerir, yaitu 0,1 N = jumlah populasi

Setelah dilakukan perhitungan dengan menggunakan rumus di atas dengan jumlah populasi 409 mahasiswa, didapatkan hasilnya 77,93, maka jumlah besar sampel minimum adalah 78. Pada penelitian ini besar sampel diambil sebanyak 86 orang untuk mendapatkan hasil yang lebih maksimal. Pengambilan sampel dilakukan dengan simple random sampling yang prosesnya meliputi pemilihan sampel berdasarkan nomor induk mahasiswa yang ganjil. Setelah itu kertas yang berisikan nomor induk mahasiswa diundi dengan melakukan pengocokan dan diambil secara acak (random).

4.4 Metode Pegumpulan Data

Data yang dikumpul untuk penelitian terdiri dari data primer dan data sekunder. Data primer terdiri dari asupan kalori, makronutrien, dan serat. Sedangkan data sekunder terdiri dari data yang diperoleh dari bagian pendidikan Fakultas Kedokteran Universitas Sumatera Utara, berupa jumlah mahasiswa angkatan 2010 yang dipakai untuk perkiraan besar sampel dan nomor induk mahasiswa untuk teknik pengambilan sampel.


(33)

Pengumpulan data dilakukan dengan cara food recall 24 jam dengan menanyakan kembali dan mencatat semua makanan dan minuman yang dikonsumsi mahasiswa sebagai responden selama 24 jam terakhir secara face-to-face (berhadapan langsung) sebanyak dua kali. Data diolah dengan menggunakan program Nutrisurvey. Hasil olahan Nutrisurvey akan memberikan hasil rata-rata asupan zat gizi per hari responden. Selanjutnya tingkat konsumsi kalori, makronutrien, dan serat dicari dengan membandingkan asupan zat gizi responden dengan AKG Widyakarya Nasional Pangan dan Gizi X, 2012. Hasil persentase AKG dikategorikan berdasarkan klasifikasi tingkat konsumsi kalori, makronutrien, dan serat berdasarkan Depkes (1990).

4.5 Metode Analisis Data

Data yang sudah terkumpul diperiksa kembali apakah data sudah terisi dengan lengkap dan jelas. Selanjutnya data diklasifikasikan dan diberi kode sesuai dengan tujuan dikumpulkannya data serta dimasukkan dalam program komputer.

Metode pengolahan data pada penelitian ini adalah dengan menggunakan Statistical Package for The Social Science (SPSS) dan kemudian dianalisis secara statistik meliputi statistik deskriptif frekuensi yang menyajikan data-data konsumsi kalori, makronutrien, dan serat dalam bentuk tabel yang berisikan rata-rata tingkat konsumsi (mean) zat gizi. Tabel distribusi frekuensi juga ditampilkan untuk melihat sebaran tingkat konsumsi zat gizi responden.


(34)

BAB 5

HASIL DAN PEMBAHASAN PENELITIAN 5.1. Hasil Penelitian

5.1.1. Deskripsi Lokasi Penelitian

Penelitian ini dilakukan di Fakultas Kedokteran Universitas Sumatera Utara yang beralamat di Jalan dr. T. Mansyur no.5, Kampus USU, Medan. Fakultas Kedokteran USU dibuka pada tanggal 20 Agustus 1952 oleh Yayasan Universitas Sumatera Utara, yang berlokasi di Kelurahan Padang Bulan, Kecamatan Medan Baru. Terdapat dua kantin dan satu kios koperasi yang terletak di dalam area Fakultas Kedokteran USU. Mahasiswa kedokteran angkatan 2010 pada umumnya memiliki jadwal kuliah yang padat, sehingga mereka lebih memilih untuk membeli makanan dan minuman yang tersedia di kantin kampus atau di sekitar kampus.

5.1.2. Deskripsi Karakteristik Responden

Subjek penelitian adalah mahasiswa Fakultas Kedokteran Universitas Sumatera Utara angkatan 2010. Sampel dipilih dengan menggunakan teknik simple random sampling sebanyak 86 orang mahasiswa dibagi menjadi dua bagian yaitu laki-laki sebanyak 43 orang dan sampel perempuan sebanyak 43 orang.

5.1.3. Tingkat Konsumsi Kalori, Makronutrien dan Serat

Pada tabel 5.1, didapatkan persentase rata-rata tingkat konsumsi kalori mahasiswa Fakultas Kedokteran Universitas Sumatera Utara angkatan 2010 adalah sebesar 78% AKG, yang berarti tingkat konsumsi kalori berada pada kategori kurang. Tingkat konsumsi karbohidrat sebesar 62% AKG, yang berarti tingkat konsumsi karbohidrat berada pada kategori defisit. Protein memiliki persentase sebesar 106% AKG, berada pada kategori baik. Diikuti lemak sebesar


(35)

116% AKG, dengan kategori lebih dan serat pada angka 26% AKG, berada pada kategori defisit.

Tabel 5.1. Tingkat Konsumsi Kalori, Makronutrien dan Serat

Zat Gizi % AKG Kategori

Kalori 78 Kurang

Karbohidrat 62 Defisit

Protein 106 Baik

Lemak 116 Lebih

Serat 26 Defisit

Berdasarkan pengolahan data dapat dijabarkan sebaran tingkat konsumsi kalori, makronutrien dan serat. Untuk sebaran tingkat konsumsi kalori dapat dilihat pada tabel 5.2. dengan kategori defisit adalah sebanyak 25 orang (29,1%), kurang 26 orang (30,2%), sedang 28 orang (32,6%), baik 6 orang (7,0%), lebih 1 orang (1,2%).

Tabel 5.2. Sebaran Tingkat Konsumsi Kalori

Tingkat Konsumsi Kalori Jumlah Persentase

Defisit 25 29,1

Kurang 26 30,2

Sedang 28 32,6

Baik 6 7

Lebih 1 1,2


(36)

Pada tabel 5.3. diketahui bahwa sebaran tingkat konsumsi untuk karbohidrat kategori defisit adalah sebanyak 59 orang (68,6%), kurang 19 orang (19,8%), sedang 7 orang (10,5%), lebih 1 orang (1,2%).

Tabel 5.3. Sebaran Tingkat Konsumsi Karbohidrat

Tingkat Konsumsi Karbohidrat Jumlah Persentase

Defisit 59 68,6

Kurang 19 19,8

Sedang 7 10,5

Baik 0 0

Lebih 1 1,2

Total 86 100

Berdasarkan hasil pengolahan data yang terdapat pada tabel 5.4., diketahui bahwa sebaran tingkat konsumsi untuk protein kategori defisit adalah sebanyak 7 orang (8,1%), kurang 6 orang (7,0%), sedang 27 orang (31,4%), baik 12 orang (14,0%), lebih 34 orang (39,5%).

Tabel 5.4. Sebaran Tingkat Konsumsi Protein

Tingkat Konsumsi Protein Jumlah Persentase

Defisit 7 8,1

Kurang 6 7

Sedang 27 31,4

Baik 12 14

Lebih 34 39,5

Total 86 100

Tabel 5.5. menunjukkan bahwa sebaran tingkat konsumsi untuk kalori kategori defisit adalah sebanyak 7 orang (8,1%), kurang 2 orang (1,2%), sedang 17 orang (20,9%), baik 8 orang (9,3%), lebih 52 orang (60,5%


(37)

Tabel 5.5. Sebaran Tingkat Konsumsi Lemak

Tingkat Konsumsi Lemak Jumlah Persentase

Defisit 7 8,1

Kurang 2 1,2

Sedang 17 20,9

Baik 8 9,3

Lebih 52 60,5

Total 86 100

Untuk sebaran tingkat konsumsi serat dari 86 responden, didapatkan hasil yaitu kategori defisit sebanyak 86 orang.

5.1.4. Sebaran Tingkat Konsumsi Kalori, Makronutrien dan Serat Berdasarkan Jenis Kelamin

5.1.4.1. Kalori

Berdasarkan hasil pengolahan data, maka diketahui bahwa sebaran tingkat konsumsi kalori mahasiswa Fakultas Kedokteran Universitas Sumatera Utara angkatan 2010 yang berjenis kelamin laki-laki, yang defisit adalah sebanyak 11 orang (25,6%), kurang sebanyak 14 orang (32,6%), sedang sebanyak 16 orang (37,2%) dan yang berada pada kategori baik sebanyak 1 orang (2,3%) serta kategori lebih sebanyak 1 orang (2,3%). Data dapat dilihat pada gambar 5.1.

Pada gambar 5.1. juga dapat dilihat sebaran tingkat konsumsi kalori mahasiswa Fakultas Kedokteran Universitas Sumatera Utara angkatan 2010 yang berjenis kelamin perempuan, yang defisit adalah sebanyak 14 orang (32,6%), kurang sebanyak 12 orang (27,9%), sedang sebanyak 12 orang (27,9%) dan yang berada pada kategori baik sebanyak 5 orang (11,6%)


(38)

Jumlah

Kategori

Gambar 5.1. Sebaran Tingkat Konsumsi Kalori Laki-Laki dan Perempuan

5.1.4.2. Karbohidrat

Pada gambar 5.2., dapat dilihat sebaran tingkat konsumsi karbohidrat mahasiswa Fakultas Kedokteran Universitas Sumatera Utara angkatan 2010 yang berjenis kelamin laki-laki, yang defisit adalah sebanyak 30 orang (69,8%), kurang sebanyak 10 orang (23,3%), sedang sebanyak 2 orang (4,7%) serta yang berada pada kategori lebih sebanyak 1 orang (2,3%).

Pada gambar 5.2., juga dapat diketahui bahwa hasil sebaran tingkat konsumsi karbohidrat responden perempuan, yang defisit adalah sebanyak 29 orang (67,4%), kurang adalah sebanyak 9 orang (21%), sedang sebanyak 5 orang (11,6%).

11

14

16

1 1

14

12 12

5

0 0

2 4 6 8 10 12 14 16 18

Defisit Kurang Sedang Baik Lebih


(39)

Jumlah

Kategori

Gambar 5.2. Sebaran Tingkat Konsumsi Karbohidrat Laki-Laki dan Perempuan

5.1.4.3. Protein

Berdasarkan hasil pengolahan data yang terdapat pada gambar 5.3., maka diketahui bahwa hasil sebaran tingkat konsumsi protein mahasiswa Fakultas Kedokteran Universitas Sumatera Utara angkatan 2010 yang berjenis kelamin laki-laki, yang defisit adalah sebanyak 1 orang (2,3%), kurang sebanyak 2 orang (4,7%), sedang sebanyak 16 orang (37,2%) dan yang berada pada kategori baik sebanyak 7 orang (16,3%), serta kategori lebih sebanyak 17 orang (39,5%).

Pada gambar 5.3., juga dapat diketahui bahwa hasil sebaran tingkat konsumsi protein mahasiswa Fakultas Kedokteran Universitas Sumatera Utara angkatan 2010 yang berjenis kelamin perempuan, yang defisit adalah sebanyak 6 orang (14%), kurang sebanyak 4 orang (9,3%), sedang sebanyak 11 orang (25,5%) dan yang berada pada kategori baik sebanyak 5 orang (11,7%), serta lebih sebanyak 17 orang (39,5%).

30

10

2

0 1

29

9

5

0 0

0 5 10 15 20 25 30 35

Defisit Kurang Sedang Baik Lebih


(40)

Jumlah

Kategori

Gambar 5.3. Sebaran Tingkat Konsumsi Protein Laki-Laki dan Perempuan

5.1.4.4. Lemak

Pada tabel 5.9., dapat dilihat sebaran tingkat konsumsi lemak mahasiswa Fakultas Kedokteran Universitas Sumatera Utara angkatan 2010 yang berjenis kelamin laki-laki, yang defisit adalah sebanyak 1 orang (2,3%), kurang sebanyak 2 orang (4,7%), sedang sebanyak 5 orang (11,6%) dan yang berada pada kategori baik sebanyak 5 orang (11,6%), serta kategori lebih 30 orang (69,8%).

Sebaran tingkat konsumsi lemak mahasiswa Fakultas Kedokteran Universitas Sumatera Utara angkatan 2010 yang berjenis kelamin perempuan pada tabel 5.9., yang defisit adalah sebanyak 6 orang (14%), sedang sebanyak 12 orang (27,9%) dan yang berada pada kategori baik sebanyak 3 orang (6,9%), serta kategori lebih sebanyak 22 orang (51,2%).

1 2 16 7 17 6 4 11 5 17 0 2 4 6 8 10 12 14 16 18

Defisit Kurang Sedang Baik Lebih


(41)

Jumlah

Kategori

Gambar 5.4. Sebaran Tingkat Konsumsi Lemak Laki-Laki dan Perempuan

5.1.4.5. Serat

Pada tabel 5.10., dapat dilihat sebaran tingkat konsumsi serat mahasiswa Fakultas Kedokteran Universitas Sumatera Utara angkatan 2010 yang berjenis kelamin laki-laki, untuk kategori defisit adalah sebanyak 43 orang (100%).

Hasil sebaran tingkat konsumsi serat mahasiswa Fakultas Kedokteran Universitas Sumatera Utara angkatan 2010 yang berjenis kelamin perempuan secara keseluruhan berada pada kategori defisit dengan jumlah 43 orang (100%). Hal ini dapat dilihat pada tabel 5.10. di bawah.

1 2

5 5

30

6

0

12

3

22

0 5 10 15 20 25 30 35

Defisit Kurang Sedang Baik Lebih


(42)

Jumlah

Kategori

Gambar 5.5. Sebaran Tingkat Konsumsi Serat Laki-Laki dan Perempuan

5.2. Pembahasan

Penelitian ini bertujuan untuk melihat tingkat konsumsi kalori, karbohidrat, protein, lemak dan serat serta untuk melihat sebaran tingkat konsumsinya berdasarkan jenis kelamin.

Kalori diperoleh dari karbohidrat, protein dan lemak yang ada di dalam bahan makanan, dimana ketiga zat gizi tersebut menentukan nilai energinya (Almatsier, 2009). Dari hasil penelitian ini didapatkan tingkat konsumsi kalori dari 86 responden adalah 78% AKG, yang berarti berada pada kategori kurang. Hal ini dapat dilihat dari data yang diolah dengan Nutrisurvey dimana nilai kalori dari keseluruhan responden rata-rata di bawah standar yang ditetapkan oleh AKG Widyakarya Nasional Pangan dan Gizi 2012 (2487,5 kkal). Kalori diperoleh dari karbohidrat, protein dan lemak. Dalam penelitian ini, kurangnya kalori disebabkan oleh karena rendahnya asupan dari karbohidrat yaitu sebesar 44% dari total kalori,

43

0 0 0 0

43

0 0 0 0

0 5 10 15 20 25 30 35 40 45 50

Defisit Kurang Sedang Baik Lebih


(43)

dimana WHO (2003) menganjurkan konsumsi karbohidrat sebesar 55% - 75% dari kebutuhan total kalori. Penelitian ini berbeda dengan penelitian yang dilaporkan oleh Elnovriza, Yenrina & Bachtiar (2008) bahwa asupan energi mahasiswa Universitas Andalas mencapai 84,4% AKG dalam kategori sedang dan penyebab masih kurangnya energi yang masuk karena rendahnya asupan dari lemak dan karbohidrat.

WHO (2003) merekomendasikan kebutuhan karbohidrat adalah 55% - 75% dari total kalori. Pada penelitian ini, tingkat konsumsi karbohidrat

sebesar 62% AKG, berada pada kategori defisit, dengan persentase terhadap total kalori adalah 44%. Sumber karbohidrat yang banyak dimakan sebagai makanan pokok di Indonesia adalah beras, jagung, ubi, singkong, talas dan sagu (Almatsier, 2009). Dari hasil penelitian penulis, sumber karbohidrat utama responden adalah nasi, roti dan mie. Namun, tingkat konsumsi makanan tersebut masih sedikit yang menyebabkan defisitnya asupan karbohidrat. Berbeda dengan penelitian Elnovriza, Yenrina & Bachtiar (2008) yang mendapatkan tingkat konsumsi karbohidrat 84,61% dalam kategori sedang. Hasil penelitian Elnovriza menyatakan, sumber karbohidrat utama berasal dari bahan pokok berupa nasi, selain itu juga berasal dari singkong, pisang, terigu.

WHO (2003) merekomendasikan kebutuhan protein adalah sebesar 10% - 13% dari total kalori. Protein pada penelitian ini, memiliki persentase sebesar 106% AKG, berada pada kategori baik, dengan persentase 13% dari total kalori. Hal ini disebabkan karena mahasiswa mengonsumsi bahan makanan sumber protein sebagian besar sebagai lauk pauk yang sumbernya banyak dari protein hewani seperti daging sapi, daging ayam, ikan dan telur. Sebayang (2012) mendapatkan hasil penelitian tingkat konsumsi protein yang sedikit lebih besar yaitu 110,3% yang artinya rata-rata asupan protein seluruh responden melebihi angka kecukupan gizi yang dianjurkan. Dalam penelitiannya, Sebayang mendapatkan asupan protein hewani adalah jenis protein yang paling banyak dikonsumsi oleh responden, yang berupa daging ayam dan telur, untuk sumber protein nabati adalah tahu dan tempe.


(44)

WHO (2003) merekomendasikan kebutuhan lemak adalah sebesar 15% - 30% dari total kalori. Tingkat konsumsi lemak pada penelitian ini adalah 43% dari total kalori, dengan rata-rata konsumsi 96,7 gram. Didapatkan pula perbandingan terhadap AKG Widyakarya Nasional Pangan dan Gizi X 2012, tingkat konsumsi lemak sebesar 116% AKG, yang termasuk pada kategori lebih. Hal ini disebabkan karena konsumsi sumber lemak responden, berasal dari bahan untuk memasak sumber zat gizi lain, seperti minyak kelapa sawit dan mentega. Dan jenis makanan yang sering dikonsumsi responden adalah gorengan. Hasil ini sejalan dengan penelitian Amare et. al. (2012) bahwa konsumsi rata-rata lemak penduduk di Gondar, Ethiopia adalah 80 gr/hari yang berkontribusi sebesar 33% dari total energi, termasuk kontribusi lebih.

Angka kecukupan serat yang dianjurkan oleh Widyakarya Nasional Pangan dan Gizi X 2012 untuk orang Indonesia adalah 38 gram untuk laki-laki dan 32 gram untuk perempuan. Pada penelitian ini, tingkat konsumsi serat yang didapat adalah 9,2 gram dengan persentase terhadap nilai AKG sebesar 26% yang berada pada kategori defisit. Hal ini disebabkan karena tingkat konsumsi sumber serat, seperti sayur dan buah yang sedikit. Hasil penelitian ini berbeda dengan penelitian yang dilakukan Apriany (2012), dimana rata-rata asupan serat 18,5 gram. Sumber serat yang banyak dikonsumsi pada penelitian tersebut, berasal dari protein nabati dan serealia (biji-bijian), sedikit sekali yang mengonsumsi serat yang berasal dari sayuran dan buah.

Selanjutnya peneliti melakukan pengukuran sebaran tingkat konsumsi secara terpisah antara responden laki-laki 43 orang dan responden perempuan 43 orang. Dari pemisahan tersebut didapatkan data sebaran untuk konsumsi kalori responden laki-laki yang paling dominan adalah kategori sedang, yaitu sebanyak 16 orang (37,2%), perempuan yang paling dominan berada pada kategori defisit sebanyak 14 orang (32,6%). Laki-laki lebih banyak membutuhkan kalori daripada perempuan karena adanya perbedaan ukuran tubuh dan komposisi tubuh, dimana perempuan memiliki proporsi lemak yang lebih dibandingkan laki-laki yang proporsi tubuhnya lebih didominasi oleh otot (Mahan & Escott-Stump, 2004).


(45)

Perempuan sangat memperhatikan citra tubuhnya, sehingga banyak dari mereka yang menunda makan bahkan mengurangi porsi makan sesuai kebutuhannya, agar memiliki proporsi tubuh yang sempurna. Penelitian ini juga sejalan dengan penelitian Gharib & Rasheed (2011) yang melaporkan konsumsi kalori laki-laki 2097,1 kkal dan perempuan 1786,8 kkal di Bahrain, rata-rata tingkat konsumsi energi pada laki-laki lebih tinggi secara signifikan daripada perempuan (p<0,01).

Sebaran tingkat konsumsi karbohidrat responden laki-laki dan perempuan yang paling banyak berada pada kategori defisit masing-masing sebanyak 30 orang (69,8%) untuk laki-laki dan 29 orang (67,4%) untuk perempuan. Hasil yang didapat tidak sejalan dengan penelitian Amare et. al. (2012) bahwa konsumsi karbohidrat laki-laki lebih tinggi daripada perempuan, laki-laki 460,42 gr/hari dengan pemenuhan sebesar 59,67% dari total energi dan perempuan 264,78 gr/hari dengan pemenuhan sebesar 52,73% dari total energi.

Tingkat konsumsi protein responden laki-laki dan perempuan paling banyak berada pada kategori lebih dengan jumlah sebanyak 17 orang (39,5%) laki-laki dan 17 orang (39,5%) perempuan. Hasil yang sama juga dilaporkan Amelia (2008) bahwa tingkat konsumsi protein laki-laki 120,75% dan perempuan 120,57% dalam kategori lebih dan tidak ditemukan perbedaan yang signifikan antara laki-laki dan perempuan.

Sebaran tingkat konsumsi lemak pada responden laki-laki dan perempuan juga paling banyak berada pada kategori lebih, laki-laki 30 orang (69,8%) dan perempuan 22 orang (51,2%). Hal ini sejalan dengan penelitian Amare et. al. (2012), bahwa konsumsi lemak laki-laki di Gondar, Ethiopia, 92,06 gr/hari dengan pemenuhan sebesar 26,85% dari total energi dan perempuan 74,63 gr/hari dengan pemenuhan sebesar 33,44% dari total energi.

Tingkat konsumsi serat berada pada kategori defisit, dengan populasi yang sama yaitu 43 orang (100%) laki-laki dan 43 orang (100%) perempuan. Hasil ini sejalan dengan penelitian Amare et. al. (2012) bahwa tingkat konsumsi serat


(46)

laki-laki 21,44 gr dan perempuan 18,41 gr tidak sesuai dengan rekomendasi zat gizi untuk laki-laki 38 gr/hari dan perempuan 21 gr/hari.

Data konsumsi makanan dan minuman diambil dengan menggunakan food recall 24 jam yang membutuhkan daya ingat yang baik (Supariasa, Bakri & Fajar 2002). Metode ini cocok dilakukan untuk responden penelitian ini, yang merupakan mahasiswa. Dalam membantu responden mengingat apa yang dimakan, diberi penjelasan waktu kegiatannya, dimulai dari waktu baru bangun, waktu makan siang, makan malam, beserta selingan di setiap waktu makan. Untuk memudahkan responden dalam menaksir atau memperkirakan jumlah porsi, pewawancara menggunakan alat bantu seperti contoh ukuran rumah tangga (piring, gelas, sendok dan lain-lain) atau model dari makanan (food model).

Keterbatasan yang penulis temukan dalam penelitian ini antara lain adalah kurang tepatnya perhitungan asupan makanan dan minuman responden menggunakan daftar makanan penukar atau food model. Kemungkinan tidak jujurnya responden atau responden tidak dapat mengingat makanan dan minuman yang dikonsumsinya selama 24 jam yang lalu.


(47)

BAB 6

KESIMPULAN DAN SARAN

6.1 Kesimpulan

Berdasarkan hasil penelitian gambaran tingkat konsumsi kalori, makronutrien dan serat di kalangan mahasiswa Fakultas Kedokteran Universitas Sumatera Utara angkatan 2010, didapatkan kesimpulan adalah sebagai berikut:

1. Tingkat konsumsi kalori pada 86 sampel sebesar 78% termasuk kategori kurang (70%-80% AKG), karbohidrat sebesar 62% kategori defisit (<70% AKG), protein sebesar 106% kategori baik (100% - 110% AKG), lemak sebesar 116% kategori berlebih (>110% AKG), serta serat sebesar 26% kategori defisit (<70% AKG).

2. Sebaran tingkat konsumsi kalori, makronutrien, dan serat jika dibagi berdasarkan jenis kelamin adalah sebagai berikut :

a. Tingkat konsumsi kalori responden laki-laki berada pada kategori sedang sebanyak 16 orang (37,2%) dan perempuan berada pada kategori defisit sebanyak 14 orang (32,6%).

b. Tingkat konsumsi karbohidrat responden laki-laki berada pada kategori defisit sebanyak 30 orang (69,8,%) dan perempuan juga berada pada kategori defisit sebanyan 29 orang (67,4%).

c. Tingkat konsumsi protein responden laki-laki dan perempuan berada pada kategori berlebih sebanyak 17 orang (39,5%) laki-laki dan 17 orang (39,5%) perempuan.

d. Tingkat konsumsi lemak responden laki-laki dan perempuan berada pada kategori lebih sebanyak 30 orang (69,8%) laki-laki dan 22 orang (51,2%) perempuan.

e. Tingkat konsumsi serat responden laki-laki dan perempuan berada pada kategori defisit sebanyak 43 orang (100%).


(48)

6.2 Saran.

Berdasarkan hasil penelitian yang telah dilakukan terhadap mahasiswa Fakultas Kedokteran Universitas Sumatera Utara angkatan 2010, dapat disarankan:

1. Mahasiswa memperhatikan makanan atau minuman sumber kalori, makronutrien yang terdiri dari karbohidrat, protein, dan lemak serta serat dan mengetahui tingkat konsumsi dari zat-zat gizi yang dianjurkan sesuai angka kecukupan gizi.

2. Diharapkan data dan informasi yang diperoleh dari penelitian ini dapat menjadi data dan informasi yang mendukung untuk penelitian selanjutnya yang sejenis.


(49)

BAB 2

TINJAUAN PUSTAKA 2.1 Makronutrien

Menurut Hartono (2006) dalam Saga (2011), makanan yang dikonsumsi setiap hari tersusun dari unsur-unsur gizi atau nutrien yang dapat diklasifikasikan sebagai makronutrien dan mikroutrien. Makronutrien terdiri atas karbohidrat, lemak serta protein dan dinamakan demikian karena dibutuhkan dalam jumlah besar (jumlah makro) mengingat ketiga nutrien ini umumnya terpakai habis dan tidak didaur ulang. Sebaliknya mikronutrien yang terdiri atas vitamin dan mineral diperlukan tubuh dalam jumlah sedikit (jumlah mikro) karena dapat didaur ulang. Di samping nutrien yang disebutkan di atas, tubuh juga membutuhkan air, oksigen dan serat makanan.

2.1.1 Karbohidrat 2.1.1.1 Definisi

Karbohidrat merupakan sumber kalori utama bagi hampir seluruh penduduk di dunia khususnya bagi penduduk negara yang sedang berkembang. Karbohidrat juga merupakan sumber kalori yang murah, selain itu beberapa golongan karbohidrat menghasilkan serat-serat yang sangat bermanfaat sebagai dietary fiber yang berguna bagi pencernaan dan kesehatan manusia. Dalam tubuh, karbohidrat berguna untuk mencegah pemecahan protein tubuh yang berlebihan yang berakibat kepada penurunan fungsi protein sebagai enzim dan fungsi antibodi, timbulnya ketosis, kehilangan mineral dan berguna untuk membantu metabolisme lemak dan protein (Budianto, 2009).

Karbohidrat merupakan unsur gizi atau nutrien yang diperlukan tubuh dalam jumlah besar untuk menghasilkan energi atau tenaga karena terpakai habis dan tidak didaur ulang. Karbohidrat yang tidak terpakai karena asupannya melebihi pengeluaran energi akan diubah menjadi simpanan karbohidrat yang dinamakan glikogen. Jika simpanan glikogen dalam hati dan otot sudah penuh, karbohidrat yang berlebihan dapat pula diubah menjadi lemak tubuh yang merupakan


(50)

simpanan energi yang digunakan ketika asupan energi dari makanan berkurang atau ketika kebutuhan energi meningkat. Satu gram karbohidrat akan menghasilkan energi sebesar 4 kcal (16 kilojoule [kJ]) ketika teroksidasi dalam tubuh (Hartono, 2006).

Menurut Iswari (2006) dalam Jafar (2012), karbohidrat merupakan komponen organik yang paling banyak terdapat pada buah-buahan, sayur-sayuran, legume, gandum dan memberikan tekstur dan rasa pada makanan-makanan olahan. Karbohidrat merupakan sumber energi utama manusia bagi pencernaan dan penyerapan pada usus kecil serta pada tingkat yang lebih rendah dilakukan oleh fermentasi mikroba dalam usus besar.

2.1.1.2 Sumber Karbohidrat

Sumber karbohidrat adalah padi-padian, umbi-umbian, kacang-kacang kering dan gula. Sebagian besar sayur dan buah tidak banyak mengandung karbohidrat. Bahan makanan hewani seperti daging, ayam dan telur sedikit mengandung karbohidrat (Almatsier, 2009). WHO (2003) menganjurkan agar 55-75% konsumsi energi total berasal dari karbohidrat kompleks.

Sumber karbohidrat yang banyak digunakan sebagai makanan pokok di Indonesia adalah beras, ubi, singkong, jagung, sagu dan talas (Arisman, 2010). Kandungan karbohidrat beberapa bahan makanan dapat dilihat pada Tabel 2.1.


(51)

Tabel 2.1. Kandungan Karbohidrat Berbagai Bahan Makanan (gram/100gram)

Sumber : Daftar Komposisi Bahan Makanan, Depkes RI, 2004

Berikut adalah gambaran dari piramida makanan. Piramida makanan adalah sebagai gambaran atau ilustrasi dari pedoman gizi seimbang. Ilustrasi ini didesain untuk menggambarkan variasi, proporsi dan seimbang, ukuran dari tiap bagian menunjukkan jumlah porsi per hari yang dianjurkan. Piramida makanan dapat dilihat pada Gambar 2.1.

Bahan Makanan Nilai KH Bahan Makanan Nilai KH

Gula Pasir 94,0 Kacang Tanah 23,6

Gula Kelapa 76,0 Tempe 12,7

Jeli/jam 64,5 Tahu 1,6

Pati (maizena) 87,6 Pisang Ambon 25,8

Bihun 82,0 Apel 14,9

Makaroni 78,7 Mangga harumanis 11,9

Beras setengah giling 78,3 Pepaya 12,2

Jagung kuning, pipil 73,7 Daun Singkong 13 Kerupuk udang dengan pati 68,2 Wortel 9,3

Mie kering 50,0 Bayam 6,5

Roti putih 50,0 Kangkung 5,4

Ketela pohon 34,7 Tomat masak 4,2

Ubi jalar merah 27,9 Hati sapi 6,0

Kentang 19,2 Telur bebek 0,8

Kacang ijo 62,9 Telur ayam 0,7

Kacang merah 59,5 Susu sapi 4,3


(52)

Gambar 2.1. Piramida Makanan

Sumber

2.1.1.3 Klasifikasi

Menurut Murray, Granner & Rodwell (2009) dan Hutagalung (2004), karbohidrat yang terdapat pada makanan dapat dikelompokkan :

1. Available Carbohydrate yaitu karbohidrat yang dapat dicerna, diserap serta dimetabolisme sebagai karbohidrat.

2. Unvailable Carbohydrate yaitu karbohidrat yang tidak dapat dihidrolisa oleh enzim-enzim pencernaan manusia, sehingga tidak dapat diabsorbsi.

Karbohidrat adalah turunan aldehida atau keton dari alkohol polihidrat dan diklasifikasikan sebagai berikut :

1. Monosakarida adalah karbohidrat yang tidak dapat dihidrolisis menjadi karbohidrat yang lebih sederhana. Monosakarida dapat diklasifikasikan sebagai triosa, tetrosa, pentosa, heksosa, atau heptosa, bergantung pada jumlah atom karbon; dan sebagai aldosa atau ketosa bergantung pada gugus aldehida atau keton yang dimiliki senyawa tersebut. Heksosa (mengandung 6 buah karbon) terdiri dari glukosa, fruktosa dan galaktosa. Pentosa (mengandung 5 buah karbon) terdiri dari ribosa, arabinosa dan xylosa (Hutagalung, 2004).


(53)

a. Glukosa, dinamakan juga dekstrosa atau gula anggur, terdapat luas di alam dalam jumlah sedikit, yaitu di dalam sayur, buah, sirup jagung, sari pohon dan bersamaan dengan fruktosa dalam madu. Glukosa merupakan hasil akhir pencernaan pati, sukrosa, maltosa dan laktosa pada hewan dan manusia. Glukosa merupakan karbohidrat yang beredar dalam tubuh dan sebagai sumber energi. Tingkat kemanisan glukosa hanya separuh dari sukrosa (Almatsier, 2009).

b. Fruktosa, merupakan gula alami yang paling manis, juga ditemukan dalam madu seperti dalam buah. Walaupun fruktosa adalah gula alami, madu (dihasilkan oleh lebah) adalah bentuk primer dari fruktosa dan glukosa, dua komponen dari gula putih. Fruktosa dan glukosa adalah monosakarida paling umum di alam (Drummond & Brefere, 2007).

c. Galaktosa, tidak terdapat di alam bebas, tetapi terdapat dalam tubuh sebagai hasil pencernaan laktosa (Almatsier, 2009).

2. Disakarida adalah produk kondensasi dua unit monosakarida, contohnya maltosa, sukrosa dan laktosa.

3. Oligosakarida adalah produk kondensasi tiga sampai sepuluh monosakarida. Sebagian besar oligosakarida tidak dicerna oleh enzim dalam tubuh manusia. Contohnya rafinosa, stakiosa dan verbaskosa.

4. Polisakarida adalah produk kondensasi lebih dari sepuluh unit monosakarida, contohnya pati dan dekstrin yang mungkin merupakan polimer linier atau bercabang (Hutagalung, 2004).

Lebih lanjut disebutkan bahwa berbagai jenis karbohidrat yang tersedia dalam berbagai bahan makanan, agar dapat dimanfaatkan dalam penyediaan energi, pertama-tama harus diubah menjadi bentuk glukosa, yang selanjutnya melalui sirkulasi darah akan diserap, kemudian melalui proses metabolisme dioksidasi selengkapnya dan melalui siklus Krebs, barulah akan merupakan sumber energi yang penting bagi pelaksanaan berbagai kegiatan tubuh. Otak


(54)

sebagai pusat kegiatan selamanya menggunakan glukosa sebagai sumber energinya (Agung, 2008).

Selengkapnya, menurut Agung (2008), Almatsier (2009) & Budianto (2009), fungsi karbohidrat disebutkan sebagai berikut :

1. Menyediakan keperluan energi bagi tubuh (yang merupakan fungsi utamanya).

2. Melaksanakan dan melangsungkan proses metabolisme lemak. Karbohidrat mencegah terjadinya oksidasi lemak yang tidak sempurna, sehingga menghasilkan bahan-bahan keton berupa asam asetonasetat, aseton dan asam beta-hidroksi-butirat.

3. Melangsungkan aksi penghematan terhadap protein. Bila karbohidrat makanan tidak mencukupi, maka protein akan digunakan untuk memenuhi kebutuhan energi. Sebaliknya, bila karbohidrat makanan mencukupi, protein digunakan sebagai zat pembangun.

4. Menyiapkan cadangan energi siap pakai sewaktu-waktu diperlukan, dalam bentuk glikogen (glikogenesis) yang disimpan di hati dan otot.

2.1.1.4 Pencernaan

Di dalam mulut, enzim saliva amilase (ptyalin), yang bekerja pada kadar pH yang netral atau sedikit basa, memulai proses pencernaan dengan menghidrolisa molekul karbohidrat menjadi fragmen yang lebih kecil. Amilase pankreas memecah molekul karbohidrat yang besar menjadi maltose dan dekstrin. Enzim dari brush border enterosit usus halus akan memecah disakarida dan oligosakarida menjadi monosakarida. Contohnya, maltase dari sel mukosa memecah disakarida maltose menjadi dua molekul glukosa (Mahan & Escott-Stump, 2008). Laktosa dengan bantuan enzim laktase diubah menjadi galaktosa dan glukosa. Sukrosa dengan bantuan enzim sukrase diubah menjadi fruktosa dan glukosa (Hutagalung, 2004).

Glukosa, galaktosa dan fruktosa melewati sel mukosa dan memasuki aliran darah via kapiler vili, yang akan dibawa oleh vena porta ke hati. Glukosa dan galaktosa memasuki aliran darah dengan jalan transfer aktif dengan


(55)

sodium-dependent carrier, sedangkan fruktosa lebih lambat diabsorbsi dengan jalan difusi terfasilitasi (Mahan & Escott-Stump, 2008). Semua jenis karbohidrat diserap dalam bentuk monosakarida, proses penyerapan ini terjadi di usus halus. Akhimya berbagai jenis karbohidrat diubah menjadi glukosa sebelum diikut sertakan dalam proses metabolisme. Berdasarkan urutan, yang paling cepat diabsorbsi adalah galaktosa, glukosa dan terakhir fruktosa (Jafar, 2012).

2.1.1.5 Metabolisme

Setelah melalui dinding usus halus, glukosa akan menuju ke hepar melalui vena portae. Sebagian karbohidrat ini diikat di dalam hati dan disimpan sebagai glikogen, sehingga kadar gula darah dapat dipertahankan dalam batas-batas normal (80-120 mg%) (Hutagalung, 2004).

Apabila jumlah karbohidrat yang dimakan melebihi kebutuhan tubuh, sebagian besar (2/3) akan disimpan di dalam otot dan selebihnya di dalam hati sebagai glikogen. Jika penimbunan dalam bentuk glikogen ini telah mencapai batasnya, kelebihan karbohidrat akan diubah menjadi lemak dan disimpan di jaringan lemak. Bila tubuh memerlukan kembali energi tersebut, simpanan glikogen akan dipergunakan terlebih dahulu, disusul oleh mobilisasi lemak. Jika dihitung dalam jumlah kalori, simpanan energi dalam bentuk lemak jauh melebihi jumlah simpanan dalam bentuk glikogen (Hutagalung, 2004).

Sebagian dari asam piruvat dapat diubah menjadi asam laktat. Asam laktat ini dapat keluar dari sel-sel jaringan dan memasuki aliran darah menuju ke hepar. Di dalam hepar asam laktat diubah kembali menjadi asam pyruvat dan selanjutnya menjadi glikogen, dengan demikian akan menghasilkan energi. Hal ini hanya terdapat di dalam hepar, tidak dapat berlangsung di dalam otot, meskipun di dalam otot terdapat juga glikogen (Hutagalung, 2004).

Metabolisme karbohidrat juga diatur oleh hormon-hormon tertentu. Hormon insulin yang dihasilkan oleh pulau-pulau Langerhans akan mempercepat oksidasi glukosa di dalam jaringan, merangsang perubahan glukosa menjadi glikogen di dalam sel-sel hepar maupun otot. Hal ini terjadi apabila kadar glukosa di dalam darah meninggi. Sebaliknya apabila kadar glukosa darah menurun, glikogen hati


(56)

dimobilisasikan sehingga kadar glukosa darah akan menaik kembali (Hutagalung, 2004).

Glukosa merupakan sumber yang dibutuhkan untuk menghasilkan energi. Siklus utama pemecahan glukosa untuk membentuk energi terdapat dalam 2 tahap. Tahap yang pertama diketahui sebagai proses glikolisis dan tahap yang kedua merupakan lanjutan dari tahap sebelumnya, yang sering dikenal dengan nama siklus Krebs. Proses glikolisis terjadi di dalam sitosol (cairan sitoplasma) tanpa menggunakan oksigen (anaerob). Glikolisis merupakan proses perombakan satu monomer glukosa (memiliki 6 atom C) menjadi dua molekul senyawa piruvat (memiliki 3 atom C). Dari keseluruhan proses glikolisis, selain menghasilkan asam piruvat juga dihasilkan 2 molekul ATP dan 2 molekul NADH (Nicotinamide Adenine Dinucleotide). Molekul NADH ini akan melalui proses lanjutan, yaitu transpor elektron di mana nantinya akan dipecah menjadi molekul ATP. Proses glikolisis dapat dilihat pada Gambar 2.2 (Murray, Granner & Rodwell, 2009).


(57)

Gambar 2.2. Glikolisis

Sumber: Murray, Granner & Rodwell, 2009

Menurut Scheffler (1999) dalam Ramadhani (2009), setelah melalui tahap glikolisis, asam piruvat akan masuk menuju siklus Krebs. Namun sebelum itu, asam piruvat perlu dioksidasi terlebih dahulu menjadi asetil Ko-A. Proses ini disebut juga dekarboksilasi oksidatif karena menggunakan oksigen sebagai oksidatornya (aerob) dan berlangsung di dalam matriks mitokondria. Tahapan ini merupakan tahap penggabungan asam piruvat (3C) yang terbentuk dari proses glikolisis dengan koenzim A sehingga terbentuk asetil Ko-A (2C). Hasil akhir dekarboksilasi oksidatif berupa 2 molekul asetil Ko-A dan 2 molekul NADH, serta hasil sampingan 2 molekul CO2. Asetil Ko-A kemudian masuk ke dalam


(58)

rangkaian siklus Krebs atau siklus asam trikarboksilat (TCA cycle). Siklus ini dilalui sebanyak dua kali karena terdapat 2 molekul asetil Ko-A yang masuk melaluinya.

Hasil akhir siklus ini berupa 6 molekul NADH, 2 molekul FADH2, 2 molekul ATP dan 4 molekul CO2. Sebagian besar tahap glikolisis dan siklus Krebs merupakan reaksi redoks di mana terdapat enzim dehidrogenase mentransfer elektron dari substrat ke NAD+ lalu jadi NADH (Scheffler, 1999).

Menurut Lehninger (1982) dalam Ramadhani (2009), sejak reaksi glikolisis sampai siklus Krebs, telah dihasilkan NADH dan FADH2 masing-masing sebanyak 10 dan 2 molekul. Setiap oksidasi NADH menghasilkan kira-kira 3 ATP, sedangkan oksidasi FADH2 menghasilkan 2 ATP. Jadi di dalam transpor elektron dihasilkan sebanyak 34 ATP dan H2O. Ditambah dari 4 molekul ATP hasil glikolisis dan siklus Krebs, maka secara keseluruhan reaksi respirasi seluler menghasilkan total 38 ATP dari satu molekul glukosa. Akan tetapi, karena dibutuhkan 2 ATP untuk melakukan transpor aktif, maka hasil bersih dari setiap respirasi seluler adalah 36 ATP. Siklus Krebs dapat dilihat pada Gambar 2.3.


(59)

Gambar 2.3. Siklus Krebs Sumber: www.biologycorner.com

2.1.2 Protein 2.1.2.1 Definisi

Menurut Budianto (2009) dalam Tiommanisyah (2010), protein merupakan suatu zat makanan yang sangat penting bagi tubuh, karena zat ini disamping berfungsi sebagai zat pembangun dan pengatur, protein adalah sumber asam-asam amino yang mengandung unsur C, H, O dan N yang tidak dimiliki oleh lemak atau karbohidrat.

Protein adalah molekul makro yang terdiri dari rantai-rantai panjang asam amino yang terdiri atas unsur-unsur karbon, hidrogen, oksigen dan nitrogen, beberapa asam amino mengandung unsur-unsur tambahan seperti fosfor dan besi yang terikat satu sama lain dengan ikatan peptide (Tortora & Derrickson, 2006).


(60)

Konsumsi protein yang dianjurkan adalah 12 hingga 15% dari total kebutuhan energi (Koswara, 2008).

Dalam kualifikasi protein berdasarkan sumbernya, telah kita ketahui protein hewani dan protein nabati. Jenis dan jumlah kandungan proteinnya dapat dilihat pada Tabel 2.2. (Djaeni, 2008).

Tabel 2.2. Daftar Kadar Protein Beberapa Bahan Makanan Sumber protein

hewani Protein ( g %)

Sumber protein

nabati Protein (g%) Daging 18,8 Kacang kedelai 34,9

Hati 19,7 Kacang ijo 22,2 Babat 17,6 Kacang tanah 25,3

Jeroan 14,0 Beras 7,4

Daging kelinci 16,6 Jagung 9,2 Ikan segar 17,0 Tepung terigu 8,9

Kerang 16,4 Jampang 6,2

Udang 21,0 Kenari 15,0

Ayam 18,2 Kelapa 3,4

Telur 12,8 Daun singkong 6,6 Susu sapi 3,2 Singkong. tapioca 1,1 Sumber : Djaeni, 2008.

Tabel 2.3. Kebutuhan Protein Menurut FAO/WHO Usia

(Tahun)

Jumlah yang aman dikonsumsi

(g protein/kg per hari) Bayi dan anak-anak

0,25-0,5 1,86 0,75-1,0 1,48

2-3 1,13

9-10 0,99

Masa pertumbuhan

10-11 0,99

14-15 0,96

17-18 0,86

Dewasa 0,75

Sumber : FAO/WHO

- Untuk masa kehamilan kebutuhan protein meningkat hingga 6 gr/hari. - Untuk masa menyusui kebutuhan menjadi 16 gr/hari.


(61)

2.1.2.2 Klasifikasi

1. Berdasarkan Struktur Susunan Molekul a. Protein Fibriler/Skleroprotein

Protein ini berbentuk serabut, tidak larut dalam pelarut-pelarut encer, baik larutan garam, asam, basa, ataupun alkohol. Susunan molekulnya terdiri dari rantai molekul yang panjang sejajar dengan rantai utama, tidak membentuk kristal dan bila rantai ditarik memanjang, dapat kembali pada keadaan semula. Kegunaan protein ini terutama hanya untuk membentuk struktur bahan dan jaringan. Contoh protein fibriler adalah kolagen yang terdapat pada tulang rawan, miosin pada otot, keratin pada rambut dan fibrin pada gumpalan darah (Winarno, 2004). b. Protein Globuler/Sferoprotein

Protein ini berbentuk bola, banyak terdapat pada bahan pangan seperti susu, telur dan daging. Protein ini mudah terdenaurasi, yaitu susunan molekulnya berubah yang diikuti dengan perubahan sifat fisik dan fisiologiknya seperti yang dialami oleh enzim dan hormon (Winarno, 2004).

2. Berdasarkan Komponen Penyusunan a. Protein Sederhana

Protein sederhana tersusun oleh asam amino saja, oleh karena itu pada hidrolisisnya hanya diperoleh asam-asam amino penyusunnya saja. Contoh protein ini antara lain, albumin, globulin, histon dan prolamin. b. Protein Majemuk

Protein ini tersusun oleh protein sederhana dan zat lain yang bukan protein. Zat lain yang bukan protein disebut radikal protestik. Yang termasuk dalam protein ini adalah phosprotein dengan radikal prostetik asam phostat, nukleoprotein dengan radikal prostetik asam nukleat dan mukoprotein dengan radikal prostetik karbohidrat (Tejasari, 2005).


(62)

3. Berdasarkan Asam Amino Penyusunnya

a. Protein yang tersusun oleh asam amino esensial

Asam amino esensial adalah asam amino yang dibutuhkan oleh tubuh, tetapi tubuh tidak dapat mensintesanya sendiri sehingga harus didapat atau diperoleh dari protein makanan. Ada 10 jenis asam esensial yaitu isoleusin (ile), leusin (leu), lisin (lys), metionin (met), sistein (cys), valin (val), triptifan (tryp), tirosina (tyr), fenilalanina (phe) dan treonina (tre) (Mahan & Escott-Stump, 2008).

b. Protein yang tersusun oleh asam amino non esensial

Asam amino non esensial adalah asam amino yang bibutuhkan oleh tubuh dan tubuh dapat mensintesa sendiri melalui reaksi aminasi reduktif asam keton atau melaui transaminasi. Yang termasuk dalam protein ini adalah alanin, aspartat, glutamat, glutamine (Tejasari, 2005).

4. Berdasarkan Sumbernya a. Protein Hewani

Yaitu protein dalam bahan makanan yang berasal dari hewan, umumnya mengandung protein lengkap seperti terdapat pada daging, ikan, ayam, telur dan susu.

b. Protein Nabati

Yaitu protein yang berasal dari bahan makanan tumbuhan, seperti protein jagung, kacang panjang, gandum, kedelai dan sayuran (Safro, 1990). 5. Berdasarkan Tingkat Degradasi

a. Protein alami adalah protein dalam keadaan seperti protein dalam sel. b. Turunan protein yang merupakan hasil degradasi protein pada tingkat

permulaan denaturasi. Dapat dibedakan sebagai protein turunan primer (protean, metaprotein) dan protein turunan sekunder (proteosa, pepton dan peptida) (Winarno, 2004).


(63)

2.1.2.3 Fungsi

Menurut Drummond & Brefere (2007), fungsi protein diantaranya adalah : 1. Berperan sebagai komponen struktural dari tubuh dengan membentuk

struktural sel jaringan dan memberi kekuatan pada jaringan. Yang termasuk golongan ini adalah elastin, fibrin dan keratin.

2. Membangun dan memelihara tubuh dengan campuran asam amino yang sesuai.

3. Ditemukan di berbagai enzim dan hormon seluruh antibodi. Berperan pada biokatalisator dan pada umumnya mempunyai bentuk globular. Protein enzim ini mempunyai sifat yang khas, karena hanya bekerja pada substrat tertentu. Yang termasuk golongan ini antara lain peroksidase yang mengkatalase peruraian hidrogen peroksida, pepsin yang mengkatalisa pemutusan ikatan peptida, polinukleotidase yang mengkatalisa hidrolisa polinukleotida.

4. Transpor ion, lemak, mineral dan oksigen. Fungsi ini mempunyai kemampuan membawa ion atau molekul tertentu dari satu organ ke organ lain melalui aliran darah. Contohnya hemoglobin pengangkut oksigen dan lipoprotein pengangkut lipid.

5. Memelihara cairan dan keseimbangan asam basa. Protein tubuh bertindak sebagai buffer. Sebagian besar jaringan tubuh berfungsi dalam keadaan pH netral atau sedikit alkali (pH 7,34 – 7,45).

6. Membantu pembentukan klot darah. Contohnya fibrin yang berperan dalam kaskade koagulasi darah.

7. Sumber energi. Protein ekivalen dengan karbohidrat karena menghasilkan 4 kkal/g protein.

2.1.2.4 Pencernaan

Protein tidak bisa diabsorbsi melalui membran intestinal sebelum dipecah menjadi unit asam amino. Pencernaan protein dimulai di lambung, dimana asam lambung membuka golongan protein (proses denaturasi), sehingga enzim pencernaan dapat memecah ikatan peptida dan membuat rantai protein


(64)

memendek. Asam di lambung, yang disebut asam hidroklorida, mengubah substansi yaitu enzim pepsinogen tidak aktif yang dikeluarkan oleh mukosa lambung menjadi bentuk aktif pepsin (Drummond & Brefere, 2007).

Proses selanjutnya terjadi di usus halus, dimana pencernaan protein sempurna. Brush border usus halus memproduksi beberapa peptida yang menghidrolisis ikatan peptida dan enzim-enzim pankreas memecah protein dari polipeptida menjadi peptida lebih pendek, yaitu dipeptida, tripeptida dan sebagian menjadi asam amino. Unit yang lebih kecil inilah yang siap untuk diabsorbsi oleh mikrovili di dinding usus halus (Drummond & Brefere, 2007).

Tripeptida dan dipeptida akan diubah menjadi asam amino ketika memasuki sel intestinal. Asam amino mudah memasuki sirkulasi darah menuju hati dan menuju sel yang membutuhkan karena asam amino bersifat water-soluble (Drummond & Brefere, 2007).

Absorbsi protein mungkin tidak terjadi secara komplit. Beberapa jenis protein tidak dapat dicerna dan dikeluarkan melalui usus halus tanpa perubahan, selain itu bisa juga bila ada infeksi saluran cerna dapat menganggu fungsi usus halus. Protein atau asam amino yang tidak diabsorbsi ini masuk ke dalam usus besar. Dalam usus besar terjadi metabolisme mikroflora kolon dan produknya dikeluarkan melalui feses, terutama dalam bentuk protein bakteri (Almatsier, 2009).

2.1.3 Lemak 2.1.3.1 Definisi

Lemak (lipid) adalah sekelompok senyawa heterogen, meliputi lemak, minyak, steroid, malam (wax) dan senyawa terkait, yang berkaitan lebih karena sifat fisiknya daripada sifat kimianya. Lipid memiliki sifat umum berupa (1) relatif tidak larut dalam air dan (2) larut dalam pelarut nonpolar misalnya eter dan kloroform. Senyawa ini penting karena nilai energinya yang tinggi, vitamin larut-lemak dan asam lemak esensial yang terkandung di dalam lemak makanan alami. Lemak disimpan di jaringn adiposa, tempat senyawa ini juga


(65)

berfungsi sebagai insulator panas di jaringan subkutan dan di sekitar organ tertentu (Murray, Granner & Rodwell, 2009).

Rekomendasi yang dikeluarkan oleh FAO/WHO untuk konsumsi lemak adalah (1) individu-individu yang aktif dan kondisi energi dan nutrisinya sudah cukup atau seimbang, hendaknya mengkonsumsi maksimal 35% dari total energinya berasal dari lemak. Jumlah asam lemak jenuh dikonsumsi hendaknya tidak melebihi 10% dari total energi dan (2) individu dengan aktifitas sedang, hendaknya tidak mengkonsumsi lebih dari 30% energinya berasal dari lemak, terutama lemak hewani yang tinggi kandungan asam lemak hewani kandungan asam lemak jenuhnya (Koswara, 2008).

Lemak (lipid) merupakan komponen struktural dari semua sel-sel tubuh, yang dibutuhkan oleh ratusan bahkan ribuan fungsi fisiologis tubuh (McGuire & Beerman, 2011). Lemak terdiri dari trigliserida, fosfolipid dan sterol yang masing-masing mempunyai fungsi khusus bagi kesehatan manusia. Sebagian besar (99%) lemak tubuh adalah trigliserida. Trigliserida terdiri dari gliserol dan asam-asam lemak. Disamping mensuplai energi, lemak terutama trigliserida, berfungsi menyediakan cadangan energi tubuh, isolator, pelindung organ dan menyediakan asam-asam lemak esensial (Mahan & Escott-Stump, 2008). Selain itu juga berfungsi penting dalam metabolisme zat gizi, terutama penyerapan karoteniod, vitamin A, D, E dan K (Brown, 2011). Pada Tabel 2.4 terdapat beberapa bahan makanan yang mengandung lemak.


(66)

Tabel 2.4. Kandungan Lemak Berbagai Bahan Makanan (gram/100gram)

Sumber : Daftar Komposisi Bahan Makanan, Depkes RI, 1992

2.1.3.2 Klasifikasi

Asam lemak berdasarkan kejenuhannya dikelompokkan menjadi asam lemak jenuh dan asam lemak tidak jenuh (baik tidak jenuh tunggal maupun tidak jenuh jamak) (Brown, 2011).

Lemak netral, trigliserida atau triasil gliserol yang diperoleh dari hewani dan di Indonesia pada umumnya berupa bahan padat (fat). Lemak yang diperoleh dari tanaman disebut lemak nabati dan di Indonesia biasanya merupakan zat cair (minyak). Sebagian besar lemak hewani merupakan zat padat karena unit penyusunnya berupa asam lemak jenuh rantai panjang. Pada suhu kamar, lemak yang terdapat pada ikan paus, ikan kod dan ikan hering, berupa zat cair sehingga dikenal sebagai minyak ikan. Lemak nabati merupakan zat cair, karena pada umumnya mengandung satu atau lebih asam lemak tak jenuh sebagai unit penyusunnya. Lemak nabati banyak terdapat dalam kacang-kacangan, buah-buahan, biji-bijian dan akar tanaman. Perbedaan antara lemak dan minyak hanya pada bentuk wujud fisiknya (Sumardjo, 2009).

Bahan Makanan Nilai Lemak Bahan Makanan Nilai Lemak

Minyak kacang tanah 100,0 Mentega 81,6

Minyak kelapa sawit 100,0 Margarin 81,0 Minyak kelapa 98,0 Coklat manis, batang 52,9

Ayam 25,0 Tepung susu 30,0

Daging Sapi 14,0 Keju 20,3

Telur Bebek 14,3 Susu kental manis 10,0

Telur ayam 11,3 Susu sapi segar 3,5

Sarden dalam kaleng 27,0 Tepung susu skim 1,0

Tawes 13,0 Biskuit 14,4

Ikan segar 4,5 Mie kering 11,8

Udang segar 0,2 Jagung kuning, pipil 3,9 Kacang tanah kupas 42,8 Roti putih 1,2 Kelapa tua, daging 34,7 Beras setengah giling 1,1


(67)

Omega-3 (seperti asam linolenat, EPA dan DHA) dan Omega-6 (seperti asam linoleat dan asam arakhidonat) merupakan asam lemak tidak jenuh rantai panjang (long chain fatty acids) yang berfungsi sebagai inflamasi, anti-clotting sehingga penting bagi kelancaran aliran darah dan fungsi sendi (IOM, 2005).

Omega-6 banyak terdapat dalam minyak nabati seperti minyak kedelai, minyak jagung, minyak biji bunga matahari, minyak biji kapas dan minyak safflower. Omega-3 banyak terdapat dalam minyak ikan, ikan laut dalam seperti lemuru, tuna, salmon, cod, minyak kanola, minyak kedele, minyak zaitun dan minyak jagung. Lemak/gajih, minyak kelapa, mentega (butter), minyak inti sawit dan coklat banyak mengandung lemak jenuh (Hardinsyah, Riyadi & Napitupulu, 2013).

Menurut Leeds & Gray (2001) dalam Hardinsyah, Riyadi & Napitupulu (2013), asam-asam lemak yang tidak jenuh dapat menjadi jenuh atau sebagian tetap tidak jenuh tetapi berubah menjadi trans-fatty acids, yang tidak baik bagi kesehatan karena proses pengolahan pangan (hidrogenisasi) atau cara menggunakannya. Kolesterol merupakan suatu fat-like substance. Kolesterol membentuk empedu yang berfungsi dalam pencernaan dan penyerapan lemak. Kolesterol juga berfungsi dalam pertumbuhan sel dan pembentukan hormon steroid (seperti estrogen). Dengan bantuan sinar matahari, kolesterol dapat diubah menjadi vitamin D di dalam tubuh. Kolesterol diproduksi dalam tubuh terutama oleh hati, tetapi jika produksi kolesterol berlebihan bisa meningkatkan risiko penyumbatan pembuluh arteri. Kolesterol banyak terdapat dalam daging, organ dalam (jeroan), otak dan kuning telur.

2.1.3.3 Pencernaan

Di mulut enzim lingual lipase yang akan memecah sebagian kecil lemak ke dalam komponen yang lebih sederhana. Saat memasuki esofagus, lemak dalam bolus akan dilembekkan dengan suhu esofagus. Kemudian lemak akan masuk ke lambung dan dimulailah pencernaan yang sesungguhnya. Lambung akan menghasilkan lipase gastrik untuk memecah lemak menjadi digliserida dan


(68)

monogliserida. Setelah itu komponen lemak yang tergabung dalam kimus (sudah tercampur enzim-enzim lambung) akan masuk ke duodenum, menyebabkan stimulasi dinding usus untuk menghasilkan:

1. Hormon sekretin dari sel S yang akan menstimulasi dihasilkannya enzim-enzim pankreas;

2. Pankreozimin, juga menstimulasi dihasilkannya enzim-enzim pankreas dan 3. Kolesistokinin dari sel CCK untuk stimulasi empedu menghasilkan cairan

empedu (Tortora & Derrickson, 2006).

Di duodenum, lipase usus dan lipase pankreas lebih jauh lagi memecah lemak menjadi monogliserid agar dapat diabsorbsi usus, dalam hal ini lemak akan dibentuk menjadi asam lemak bebas dan gliserol. Selain itu empedu yang distimulasi hormon CCK akan menghasilkan garam empedu untuk kemudian berikatan dengan lemak membentuk misel (Tortora & Derrickson, 2006).

Misel akan digunakan untuk mengangkut asam lemak rantai panjang ke dinding usus agar bisa diabsorbsi. Asam lemak rantai panjang selanjutnya akan diabsorbsi masuk ke sel absorptif usus kemudian berubah bentuk menjadi trigliserida lalu bergabung atau "diselubungi" protein membentuk kilomikron. Setelah itu ia akan keluar dari sel absorptif secara eksositosis dan masuk ke lakteal menuju pembuluh limfe untuk beredar di sirkulasi sistemik melewati duktus thoraksikus kemudian masuk vena subklavia kiri. Dalam waktu 10 menit pasca makan, setengah dari jumlah kilomikron di sirkulasi akan dibersihkan lipoprotein lipase untuk dipecah menjadi asam lemak dan gliserol kemudian didistribusikan ke hepar dan jaringan adiposa tubuh. Sementara itu garam empedu yang dihasilkan untuk membentuk misel, usai digunakan akan diserap ileum kemudian dialirkan ke vena porta untuk di recycle dan digunakan kembali (siklus enterohepatik) (Tortora & Derrickson, 2006).


(69)

2.2. Serat

2.2.1 Definisi dan Sumber

Serat pangan adalah serat yang tetap ada dalam usus besar setelah proses pencernaan. Secara umum serat pangan (dietary fiber) didefinisikan sebagai kelornpok polisakarida dan polimer-polimer lain yang tidak dapat dicerna oleh sistem gastrointestinal bagian atas tubuh rnanusia. Terdapat beberapa jenis komponennya yang dapat dicerna (difermentasi) oleh mikroflora dalam usus besar menjadi produk-produk terfermentasi (Pratiwi, 2011). Beberapa jenis sayuran dengan kandungan seratnya terdapat pada Tabel 2.5.

Tabel 2.5. Kandungan serat dalam 100 gram sayuran

Jenis Sayuran Kandungan Serat (g)

Bayam 0,8

Kangkung 2,0

Daun Pepaya 2,1

Daun Singkong 1,2

Kol 1,2

Sawi Hijau 1,2

Seledri 0,7

Selada 0,6

Tomat 1,2

Paprika 1,4

Cabai 0,3

Buncis 1,2

Kacang Panjang 2,5


(1)

2.1.3 Lemak ... 20

2.1.3.1 Definisi ... 20

2.1.3.2 Klasifikasi ... 21

2.1.3.3 Pencernaan ... 23

2.2 Serat ... 24

2.2.1 Defenisi dan Sumber ... 24

2.2.2 Klasifikasi dan Fungsi ... 26

2.2.3 Pencernaan ... 27

2.3 Angka Kecukupan Gizi ... 28

BAB 3 KERANGKA KONSEP DAN DEFENISI OPERASIONAL ... 30

3.1 Kerangka Konsep ... 30

3.2 Defenisi Operasional ... 30

3.2.1 Cara Ukur ... 30

3.2.2 Alat Ukur ... 31

3.2.3 Hasil Ukur... 31

3.2.4 Skala Pengukuran ... 31

BAB 4 METODE PENELITIAN ... 32

4.1 Rancangan Penelitian ... 32

4.2 Lokasi dan Waktu Penelitian ... 32

4.3 Populasi dan Sampel Penelitian ... 32

4.4 Metode Pengumpulan Data ... 33

4.5 Metode Analisis Data ... 34

BAB 5 HASIL PENELITIAN DAN PEMBAHASAN ... 35

5.1 Hasil Penelitian ... 35

5.1.1 Deskripsi Lokasi Penelitian ... 35

5.1.2 Deskripsi Karakteristik Responden ... 35

5.1.3 Tingkat Konsumsi Kalori, Makronutrien dan Serat ... 35


(2)

5.1.4.1 Kalori ... 38

5.1.4.2 Karbohidrat ... 39

5.1.4.3 Protein ... 40

5.1.4.4 Lemak ... 41

5.1.4.5 Serat ... 42

5.2 Pembahasan... 43

BAB 6 KESIMPULAN DAN SARAN ... 48

6.1 Kesimpulan ... 48

6.2 Saran ... 49

DAFTAR PUSTAKA ... 50


(3)

DAFTAR TABEL

Nomor Judul Halaman

2.1. Kandungan Karbohidrat Berbagai Bahan Makanan

(gram/100gram) ... 6 2.2. Daftar Kadar Protein Beberapa Bahan Makanan ... 15 2.3. Kebutuhan Protein Manurut FAO/WHO ... 16

2.4. Kandungan Lemak Berbagai Bahan Makanan

(gram/100gram) ... 21 2.5. Kandungan serat dalam 100 gram sayuran ... 24 ` 2.6. Dietary Reference Intake (DRI) Serat berdasarkan

National Academy of Sciences ... 25

2.7. Klasifikasi Serat Makanan ... 27 2.8. Angka Kecukupan Energi, Lemak, Karbohidrat, Protein, Serat dan Air yang dianjurkan untuk orang Indonesia (per orang per hari) ... 28 5.1. Tingkat Konsumsi Kalori, Makronutrien dan Serat ... 36 5.2. Sebaran Tingkat Konsumsi Kalori dari Responden ... 36 5.3. Sebaran Tingkat Konsumsi Karbohidrat dari Responden .. 37 5.4. Sebaran Tingkat Konsumsi Protein dari Responden ... 37 5.5. Sebaran Tingkat Konsumsi Lemak dari Responden ... 38


(4)

DAFTAR GAMBAR

Nomor Judul Halaman

2.1. Piramida Makanan ... 7 2.2. Glikolisis ... 12 2.3. Siklus Krebs ... 14 5.1. Sebaran Tingkat Konsumsi Kalori Laki-Laki dan

Perempuan... 39 5.2. Sebaran Tingkat Konsumsi Karbohidrat Laki-Laki dan

Perempuan... 40 5.3. Sebaran Tingkat Konsumsi Protein Laki-Laki dan

Perempuan... 41 5.4. Sebaran Tingkat Konsumsi Lemak Laki-Laki dan

Perempuan... 42 5.5. Sebaran Tingkat Konsumsi Serat Laki-Laki dan


(5)

DAFTAR SINGKATAN WHO World Health Organization

NADH Nicotinamide Adenine Dinucleotide ATP Adenosine Triphosphate

TCA Tricarbocyclic Acid

FADH2 Flavin Adenine Dinucleotide

NAD+ Nicotinamide Adenine Dinucleotide FAO Food and Agriculture Organizatiom DHA Docosahexaenoic Acid

EPA Eicosapentaenoic Acid IOM Institute of Medicine CCK Cholecystokinin Depkes Departemen Kesehatan

DRI Dietary Reference Intake

AKG Angka Kecukupan Gizi


(6)

DAFTAR LAMPIRAN

LAMPIRAN 1 Lembar Penjelasan (Informed Consent) ... 54

LAMPIRAN 2 Lembar Pernyataan Persetujuan Setelah Penjelasan (Informed Consent) Kesediaan Mengikuti Penelitian ... 55

LAMPIRAN 3 Kuisioner (Food Recall) ... 56

LAMPIRAN 4 Daftar Riwayat Hidup (Curriculum Vitae) ... 57

LAMPIRAN 5 Surat Izin ... 58

LAMPIRAN 6 Surat Ethical Clearance ... 59

LAMPIRAN 7 Tabel Data Induk (Master Data) ... 60