BAB 1 PENDAHULUAN
1.1. Latar Belakang
Invaginasi merupakan suatu keadaan, bagian saluran cerna dimasuki oleh segmen bagian bawahnya sehingga menimbulkan obstruksi intestinum Pickering,
2000. Invaginasi pada anak dan bayi masih sering ditemukan dibandingkan
invaginasi pada orang dewasa. Penderita biasanya bayi sehat, meneteki, gizi baik, dan dalam pertumbuhan optimal. Penyebab invaginasi pada anak dan bayi 70-
90 belum diketahui Husain, 1993. Masih diduga bahwa terjadinya invaginasi akibat infeksi adenovirus,
perubahan cuaca ataupun perubahan pola makan. Sedangkan invaginasi pada orang dewasa sekitar 5-10 penderita dan dapat dikenali hal-hal pendorong untuk
terjadinya invaginasi, seperti apendiks yang terbalik, divertikulum Meckelli, polip usus, atau kistik fibrosis Pickering, 2000.
Manifestasi klinis invaginasi pada anak mulai tampak 3-24 jam setelah terjadinya invaginasi. Gejala-gejala khas sebagai tanda obstruksi intestinum yaitu
nyeri abdomen, muntah, dan perdarahan rektum. Nyeri abdomen bersifat serangan setiap 15-30 menit dengan durasi 1-2 menit, di antara 2 serangan bayi terlihat
sehat. Persentase nyeri abdomen pada anak 1 tahun 60,7, 1-2 tahun 81,8, dan 2 tahun 91 yang menunjukkan gejala yang mencolok Sapan, 1987.
Biasanya nyeri di susul oleh muntah, pada bayi muntah dapat sebagai gejala pertama. Muntah paling sering pada anak berumur 2 tahun 73 dan 2 tahun
52 mula-mula terdiri atas sisa-sisa makanan yang ada dalam lambung kemudian berisi cairan empedu. Setelah nyeri kolik yang pertama tinja masih
normal kemudian disusul oleh defekasi darah bercampur lendir pada awal penyakit currant jelly stool pada penderita 59 perdarahan terjadi dalam
waktu 12 jam, kemudian berangsur-angsur bercampur jaringan nekrosis terry stool karena terjadi kerusakan jaringan dan pembuluh darah Sapan, 1987.
Universitas Sumatera Utara
Dari hasil pengamatan jenis invaginasi, paling banyak terjadi ileo-colica 75, ileo-ileocolica 15, dan sisanya 10. Angka kejadian invaginasi pada
anak dan bayi dijumpai pada usia di 2 tahun dan terbanyak ditemukan pada usia 5-9 bulan. Prevalensi penyakit diperkirakan 1-3 per 1000 kelahiran hidup dengan
perbandingan laki-laki berbanding perempuan adalah 3:1 Sapan, 1987 kemudian terjadi peningkatan terhadap prevalensi penyakit invaginasi menjadi 1-4
per 1000 kelahiran hidup dengan perbandingan laki-laki berbanding perempuan adalah 4:1 Pickering, 2000.
Hasil laporan World Health Organization yang dikeluarkan pada tahun 2002 di 3 kota besar di Indonesia menunjukan angka invaginasi pada anak yang terjadi
di kota Medan sebanyak 29 kasus, dijumpai pada usia 2 bulan–2 tahun dan paling banyak di temukan pada anak usia di 1 tahun 95 dengan perbandingan laki–
laki dan perempuan 2:1. Sedangkan di kota lain seperti Jakarta dan Yogyakarta angka kejadian invaginasi yang terjadi masing–masing adalah sebanyak 103
86 kasus dan 35 61 kasus anak dengan perbandingan laki–laki dan perempuan masing–masing sebanyak 2:1 dan 1:1.
Pengamatan data bahwa penyakit invaginasi pada anak di Indonesia terus menunjukkan kenaikan pada beberapa tahun terakhir yang penyebarannya
kebanyakan pada anak dibandingkan orang dewasa, maka saya merasa perlu untuk mendapatkan data mengenai prevalensi penyakit invaginasi pada anak di
Indonesia, yang dilaksanakan di Rumah Sakit Umum Pusat Haji Adam Malik Medan dengan Rumah Sakit Umum Dokter Pirngadi Medan.
1.2. Rumusan Masalah Dalam penelitian ini penulis mencoba merumuskan permasalahan dalam
bentuk pertanyaan:
1. Bagaimana prevalensi penyakit invaginasi pada anak di Rumah Sakit
Umum Pusat Haji Adam Malik Medan dengan Rumah Sakit Umum
Dokter Pirngadi Medan periode 2006-2009?
Universitas Sumatera Utara
1.3. Tujuan Penelitian 1.3.1 Tujuan Umum