Perencanaan dan Pengendalian Persediaan Obat Pada Rumah Sakit Umum Pusat H. Adam Malik Medan Dengan Menggunakan Metode Economic Order Quantity

(1)

UNIVERSITAS SUMATERA UTARA FAKULTAS EKONOMI

MEDAN

SKRIPSI

PERENCANAAN DAN PENGENDALIAN PERSEDIAAN OBAT PADA RUMAH SAKIT UMUM PUSAT H. ADAM MALIK MEDAN DENGAN

MENGGUNAKAN METODE ECONOMIC ORDER QUANTITY OLEH :

NAMA : RAHMAN

NIM : 030503083

DEPARTEMEN : AKUNTANSI

GUNA MEMENUHI SALAH SATU SYARAT UNTUK MEMPEROLEH GELAR SARJANA EKONOMI


(2)

PERNYATAAN

Dengan ini saya menyatakan bahwa skripsi yang berjudul :

“Perencanaan dan Pengendalian Persediaan Obat Pada Rumah Sakit Umum

Pusat H. Adam Malik Medan Dengan Menggunakan Metode Economic

Order Quantity”.

Adalah benar hasil karya saya sendiri dan judul dimaksud belum pernah dimuat, dipublikasikan atau diteliti oleh mahasiswa lain dalam konteks penulisan skripsi level program S-1 Departemen Akuntansi Fakultas Ekonomi Universitas Sumatera Utara.

Semua sumber data dan informasi yang diperoleh telah dinyatakan dengan jelas benar apa adanya dan apabila dikemudian hari pernyataan ini tidak benar saya bersedia menerima sanksi yang ditetapkan oleh universitas.

Medan, 11 Januari 2010 Penulis,

Rahman


(3)

ABSTRAK

Perencanaan obat di RSUP H. Adam Malik Medan ini berdasarkan rata-rata penjualan obat-obatan beberapa minggu yang lalu. Padahal fluktuasi penjualan obat-obatan tidak sama antara minggu yang telah lalu dengan minggu ini. Apabila rata-rata penjualan obat-obatan beberapa minggu yang lalu tinggi tetapi penjualan minggu-minggu selanjutnya rendah dapat mengakibatkan obatan yang telah dibeli tersimpan lama. Namun apabila rata-rata penjualan obat-obatan beberapa minggu yang lalu rendah tetapi penjualan minggu-minggu selanjutnya tinggi akan mengakibatkan obat-obatan cepat habis sebelum waktu pembelian selanjutnya. Hal ini dapat memperbesar biaya pemesanan obat-obatan. Karena itu, penulis menghitung jumlah yang harus dipesan dan kapan seharusnya dilakukan pemesanan itu agar tidak terjadi pemborosan biaya persediaan.

Untuk mencari tahu jumlah yang harus dipesan dan kapan waktu pemesanan perlu juga diketahui karakteristik obatan. Karakteristik obat-obatan ini digolongkan menjadi 3, yaitu obat-obat-obatan tingkat perputaran rendah, obat-obatan tingkat perputaran sedang dan obat-obatan tingkat perputaran tinggi.

Perbedaan karakteristik obat-obatan akan membuat perbedaan juga di dalam jumlah yang harus dipesan dan waktu pemesanan.

Kata kunci : Manajemen Persediaan, Kuantitas Pesanan Ekonomis (EOQ).


(4)

ABSTRACT

Purchasing plan in RSUP H. Adam Malik Medan hospital is based on the average sales some weeks ago. Whereas, medicine sales fluctuation keeps on changing. Therefore, if the sales average some weeks ago high, but the sales on the following weeks is low, the medicine will be stored longer. On the contrary, if the sales average some weeks ago low, but on the following weeks it is high. The inventory will be zero before the next order so it can enlarge the ordering cost. Because of those reason, the writer counts the quantity that has to be bought, and when to order to avoid waste inventory cost.

In order to find out the quantity and the time to order, medicine characteristics must be known. The characteristics of medicine can be divided into three, they are : low turn over medicine, average turn over medicine, and high turn over medicine.

The differences of medicine characteristics will influence in the quantity and time of order.


(5)

KATA PENGANTAR

Syukur alhamdulillah penulis ucapkan keadirat Allah SWT yang telah memberikan rahmat dan karunia-Nya. Sehingga penulis dapat menyelesaikan skripsi yang berjudul “Perencanaan dan Pengendalian Persediaan Obat Pada Rumah Sakit Umum Pusat H. Adam Malik Medan Dengan Menggunakan Metode

Economic Order Quantity” dengan baik guna memenuhi salah satu syarat untuk

menyelesaikan Pendidikan Program S1-Reguler Akuntansi di Fakultas Ekonomi Universitas Sumatera Utara Medan. Tidak lupa penulis ucapkan shalawat serta salam kepada Nabi Besar Muhammad SAW yang telah membawa kita dari alam kebodohan kea lam yang penuh ilmu pengetahuan seperti sekarang ini.

Penulis menyadari sepenuhnya bahwa skripsi ini masih jauh dari sempurna. Untuk itu, dengan hati yang tulus dan ikhlas penulis menerima kritik dan saran yang bersifat membangun guna penyempurnaan skripsi ini.

Dalam penulisan skripsi ini, penulis banyak memperoleh bantuan moril maupu materil dari berbagai pihak. Terutama kepada Ibunda Hasniar dan Ayahanda Syahminan, yang telah memberikan segalanya kepada penulis untuk dapat menyelesaikan skripsi ini. Dengan segala kerendahan hati penulis juga mengucapkan terima kasih yang sebesar-besarnya kepada :

1. Bapak Drs. Jhon Tafbu Ritonga, M.Ec selaku Dekan Fakultas Ekonomi Universitas Sumatera Utara.

2. Bapak Drs. Hasan Sakti Siregar, M.Si, Ak dan Bapak Fahmi Natigor Nasution, SE. M.Acc, Ak, selaku Ketua dan Sekretaris Departemen Akuntansi Fakultas Ekonomi Universitas Sumatera Utara.


(6)

3. Bapak Drs. M. Zainul Bahri Torong, M.Si. Ak, selaku dosen pembimbing yang telah memberikan banyak bimbingan dan pengarahan dalam penyusunan serta penyelesaian skripsi ini.

4. Bapak Drs. Rustam, M.Si, Ak selaku Dosen Pembanding I dan Bapak Iskandar Muda, SE, M.Si, Ak, selaku Dosen Pembanding II yang telah memberikan banyak arahan dan masukan dalam penyusunan skripsi ini. 5. Bapak Pimpinan RSUP H. Adam Malik Medan serta seluruh staf dan

karyawan rumah sakit yang telah memberikan data dan informasi serta bimbingan bagi penulis.

6. Kakanda Midar, Emy, dan adinda Raden Saleh, Randi Saputra, serta buat yang tersayang Adinda Evy Yani, yang telah banyak memberikan motivasi kepada penulis dalam menyelesaikan skripsi ini.

7. Bapak Ponten Tarigan, Bunda Rismawati br.Ginting, dan adinda Dessy, Manda, Kia, Pak Tengah, dll.

8. Saudaraku Irwantauhid, Amd, Aulia Rahman, dan buat keluarga besar Istana Gantung…Salam Kompak Slalu..Trim’s atas masukannya.

9. Teman-teman yang tergabung di Ikatan Pelajar Mahasiswa Kecamatan Tanah Putih (IPMKTP-Medan), Perhimpunan Pelajar Mahasiswa Rokan Hilir (PerPeM ROHI-Medan), Karang Taruna Kab.Rokan Hilir, Pramuka Universitas Sumatera Utara (USU), Pramuka Kwartir Ranting Tanah Putih, Gabungan Anak Melayu Medan (GAMMe), HMI Koms.FE-USU. Salam kompak slalu..

10.Keluarga Besar Partai Demokrasi Indonesia Perjuangan (DPC-Rokan Hilir, DPD-Riau, DPD-SUMUT, DPC-Langkat), serta buat rekan-rekan di


(7)

Lembaga Bantuan Hukum Mahatva Rokan Hilir dan Koalisi Hak Azazi Manusia Rokan Hilir. Salam Perjuangan…

Semoga Allah SWT senantiasa melimpahkan rahmat-Nya dalam kehidupan kita semua, Amin.

Akhirnya penulis mengharapkan semoga skripsi ini dapat bermanfaat pembaca da yang membutuhkannya.

Medan, 11 Januari 2010 Penulis,

Rahman


(8)

ABSTRAK

Perencanaan obat di RSUP H. Adam Malik Medan ini berdasarkan rata-rata penjualan obat-obatan beberapa minggu yang lalu. Padahal fluktuasi penjualan obat-obatan tidak sama antara minggu yang telah lalu dengan minggu ini. Apabila rata-rata penjualan obat-obatan beberapa minggu yang lalu tinggi tetapi penjualan minggu-minggu selanjutnya rendah dapat mengakibatkan obatan yang telah dibeli tersimpan lama. Namun apabila rata-rata penjualan obat-obatan beberapa minggu yang lalu rendah tetapi penjualan minggu-minggu selanjutnya tinggi akan mengakibatkan obat-obatan cepat habis sebelum waktu pembelian selanjutnya. Hal ini dapat memperbesar biaya pemesanan obat-obatan. Karena itu, penulis menghitung jumlah yang harus dipesan dan kapan seharusnya dilakukan pemesanan itu agar tidak terjadi pemborosan biaya persediaan.

Untuk mencari tahu jumlah yang harus dipesan dan kapan waktu pemesanan perlu juga diketahui karakteristik obatan. Karakteristik obat-obatan ini digolongkan menjadi 3, yaitu obat-obat-obatan tingkat perputaran rendah, obat-obatan tingkat perputaran sedang dan obat-obatan tingkat perputaran tinggi.

Perbedaan karakteristik obat-obatan akan membuat perbedaan juga di dalam jumlah yang harus dipesan dan waktu pemesanan.

Kata kunci : Manajemen Persediaan, Kuantitas Pesanan Ekonomis (EOQ).


(9)

ABSTRACT

Purchasing plan in RSUP H. Adam Malik Medan hospital is based on the average sales some weeks ago. Whereas, medicine sales fluctuation keeps on changing. Therefore, if the sales average some weeks ago high, but the sales on the following weeks is low, the medicine will be stored longer. On the contrary, if the sales average some weeks ago low, but on the following weeks it is high. The inventory will be zero before the next order so it can enlarge the ordering cost. Because of those reason, the writer counts the quantity that has to be bought, and when to order to avoid waste inventory cost.

In order to find out the quantity and the time to order, medicine characteristics must be known. The characteristics of medicine can be divided into three, they are : low turn over medicine, average turn over medicine, and high turn over medicine.

The differences of medicine characteristics will influence in the quantity and time of order.


(10)

BAB I PENDAHULUAN

A. Latar Belakang Masalah

Dewasa ini, persaingan terjadi di berbagai sektor, termasuk sektor jasa. Salah satunya adalah rumah sakit. Persaingan yang ada membuat rumah sakit harus menggunakan berbagai strategi untuk dapat bertahan menghadapi competitor yang lain. Dengan adanya perbedaan strategi yang diterapkan disetiap rumah sakit membuat setiap rumah sakit memiliki keunggulannya masing-masing. Keunggulan yang dapat dimiliki seperti keunggulan dalam hal harga, kualitas pelayan, dan lain sebagainya. Salah satu strategi yang harus diperhatikan adalah biaya.

Untuk mendapatkan keunggulan dalam hal harga, rumah sakit harus menekan biaya yang dikeluarkan seminimalisasi adalah persediaan. Setiap rumah sakit perlu mengadakan persediaan terutama obat-obatan yang biasanya harganya mahal.

Tanpa adanya persediaan, rumah sakit dihadapkan pada resiko bahwa rumah sakit tidak dapat mengobati pasiennya. Jikalau hal ini terjadi, pasien dapat meninggal atau penyakitnya bertambah parah. Persediaan obat-obatan di rumah sakit harus dapat mencukupi kebutuhan pasien. Persediaan yang terlalu berlebihan akan menyulitkan rumah sakit itu sendiri karena akan meningkatkan modal kerja yang ditanamkan di persediaan. Modal kerja itu seharusnya dapat digunakan untuk hal-hal yang lain seperti membeli alat kesehatan untuk meningkatkan teknologi yang dipakai di rumah sakit ataupun untuk hal-hal lain yang penting.


(11)

Persediaan yang terlalu sedikit akan menimbulkan masalah juga. Jikalau sewaktu-aktu obat-obatan yang persediaannya sedikit itu diperlukan dalam jumlah besar akan tidak terpenuhi.

Untuk mengatasi hal itu perlu adanya pengaturan persediaan agar persedian yang ada tidak terlalu besar maupun tidak terlalu kecil. Dengan adanya pengaturan ini, biaya persediaanpun dapat diefisiensikan. Uang yang didapat dari penerapan efesiensi itu dapat digunakan untuk hal lain yang lebih penting.

Persediaan barang (inventory) bagi kebanyakan perusahaan merupakan salah satu modal kerja yang sangat penting, dimana prosesnya terus–menerus mengalami perubahan dan perputaran. Pada umumnya persediaan meliputi jenis barang yang cukup banyak dan merupakan bagian yang cukup berarti dari seluruh aktiva perusahaa, baik itu perusahaan dagang ataupun perusahaan industri. Hal ini karena persediaan diperoleh dengan menyediakan sejumlah dana yang tertanam di perusahaan. Bagi perusahaan dagang persediaan dibeli dalam bentuk barang dagang kemudian dijual kembali tanpa adanya pemrosesan lebih lanjut. Sedang bagi perusahaan industri persediaan dibeli dalam bentuk bahan baku dan kemudiaan diproses menjadi barang jadi yang siap dipasarkan. Meski demikian tidak berarti perusahaan harus menyediakan persediaan sebanyak-banyaknya untuk maksud tertentu.

Persediaan yang tinggi memungkinkan perusahaan memenuhi permintaan mendadak dari pelanggan. Namun persediaan yang tinggi akan menyebabkan perusahaan memerlukan modal kerja yang makin besar pula. Apabila perusahaan mampu memprediksi dengan tepat kebutuhan akan bahan baku atau barang jadi, perusahaan bisa menyediakan persediaan tepat pada waktunya sesuai dengan


(12)

jumlah yang diperlukan pada saat diperlukan. Pada saat diperlukan, jumlah persediaan bisa saja sangat kecil. Selain itu persediaan yang terlalu lama tersimpan digudang akan menyebabkan kerusakan dan turunnya kualitas barang.

Perhitungan jumlah obat-obatan yang akan dibeli menggunakan rata-rata penjualan obat-obatan beberapa minggu yang lalu. Padahal fluktuasi penjualan obat-obatan tidak sama antara minggu-minggu yang telah lalu dengan minggu ini. Apabila rata-rata penjualan obat-obatan pada minggu yang lalu tinggi tetapi penjualan minggu selanjutnya rendah dapat mengakibatkan obat-obatan yang telah dibeli tersimpan lama. Namun apabila rata-rata penjualan obat-obatan beberapa minggu yang lalu rendah tetapi penjualan minggu-minggu selanjutnya tinggi akan mengakibatkan obat-obatan cepat habis sebelum waktu pembelian selanjutnya. Hal ini dapat memperbesar biaya pemesanan obat-obatan.

Dari berbagai macam persediaan tersebut dapat dikelompokan menjadi beberapa macam obat-obatan setiap bulannya yang memberi kontribusi pendapatan yang paling besar. Obat-obatan ini biasanya memiliki harga jual dan harga beli yang tinggi. Obat-obatan jenis ini mempengaruhi biaya kesempatan (opportunity cost). Agar terjadi efesiensi biaya, obat-obatan jenis ini harus dipertimbangkan dengan baik. Apabila obat-obat jenis ini tidak diperhatikan dengan baik, rumah sakit akan kehilangan keuntungan yang seharusnya ia dapatkan. Selain itu, kelancaran pemberian obat akan terganggu.

Pengaruh yang besar dari obat-obatan jenis ini membuat perencanaan dan pengendaliannya harus dipertimbangkan dengan baik.

Berdasarkan uraian yang dikemukakan diatas maka penulis tertarik untuk membahas masalah persediaan terutama yang menyangkut perencanaan dan


(13)

pengawasan , sehingga penulis memilih judul “Perencanaan dan Pengendalian

Persediaan Obat Pada Rumah sakit Umum Pusat H.Adam Malik Medan Dengan Menggunakan Metode Economic Order Quantity”.

B. Perumusan Masalah

Dari latar belakang masalah tersebut timbul permasalahan sebagai berikut : a. Bagaimana karakteristik obat-obatan dilihat dari aspek turnover-nya ? b. Berapa jumlah yang harus dipesan untuk setiap obat-obatan supaya tidak

terjadi pemborosan biaya penyimpanan ?

c. Kapan seharusnya dilakukan pemesanan ulang supaya tidak terjadi pemborosan biaya pemesanan ?

C. Batasan Penelitian

a. Penelitian ini hanya membahas penerapan metode economic order

quantity persediaan obat pada rumah sakit.

b. Data persediaan yang akan diambil terbatas pada obat-obatan setiap bulannya yang memberikan kontribusi pendapatan paling besar menurut Rumah Sakit dan terbatas 1 tahun.

c. Untuk menerapkan kuantitas pesanan ekonomis ada 6 asumsi yang harus dipenuhi. Tetapi pada kenyataannya sulit untuk menerapkan 6 asumsi itu. Jadi penulis menggunakan asumsi relatifitas yang berarti apabila varian yang ada kecil di asumsikan konstan. Dari obat-obat yang ada hanya ada 3 obat yang memenuhi asumsi kuantitas pesanan ekonomis (EOQ) yaitu claforan 1 gr, sandostatin inj dan toradol 30 mg inj.


(14)

D. Tujuan dan Manfaat Penelitian 1. Tujuan Penelitian

Adapun Tujuan penelitian ini adalah :

a. Melihat karakteristik obat dilihat dari aspek turnover-nya.

b. Menentukan jumlah yang harus dipesan untuk setiap obat-obatan supaya tidak terjadi pemborosan biaya penyimpanan.

c. Mengetahui waktu pemesanan ulang supaya tidak terjadi pemborosan biaya pemesanan.

2. Manfaat Penelitian

Diperolehnya informasi tentang :

Adapun manfaat dari penelitian ini adalah : a. Penulis

Dapat mengimplementasikan dan menambah pengetahuan di dalam manajemen persediaan.

b. Rumah Sakit

Pihak Rumah Sakit dapat menetapkan informasi yang didapat dari penelitian ini untuk meminimalisasi biaya persediaan.

c. Calon Peneliti

Sebagai bahan referensi untuk penelitian mendatang yang berkaitan dengan Perencanaan dan Pengendalian Persediaan Obat Pada Rumah Sakit Umum Pusat H.Adam Malik Medan Dengan Menggunakan Metode Economic Order Quantity.


(15)

1.5.Kerangka Konseptual

Rumah Sakit Umum Pusat H. Adam Malik Medan adalah Perusahaan yang bergerak dibidang jasa pelayanan kesehatan masyarakat. Dimana dalam memenuhi kebutuhan operasional perusahaan , manajemen harus terlebih dahulu membuat perencanaan persediaan. Setelah adanya perencanaan, maka dilakukan penyusunan anggaran dan melihat hasilnya pada realisasi anggaran perencanaan. Untuk mengantisipasi terjadinya kesalahan maka perlu dilakukan tindakan pengendalian. Dari uraian tersebut dapat di gambarkan sebagai berikut :

1.5.Kerangka Konseptual

Gambar II.2 Kerangka Konseptual

Rumah sakit Umum Pusat H.Adam Malik Medan

Persediaan Obat

Perputaran Obat

Pengendalian Obat


(16)

BAB II

TINJAUAN PUSTAKA

A. Pengertian dan Arti Penting Persediaan

1. Pengertian Persediaan

persediaan (inventory) merupakan barang yang disimpan untuk digunakan atau dijual pada periode mendatang. Persediaan erat hubungannya dengan operasional perusahaan, baik perusahaan yang bergerak dalam bidang perdagangan maupun industri. Jika penanganan persediaan tidak dilaksanakan dengan baik maka akan mengakibatkan resiko terganggunya proses produksi atau tidak terpenuhinya pesanan pembelian, akibatnya dapat merugikan perusahaan.

Sifat atau batasan barang yang dapat diklasifikasikan sebagai persediaan adalah bervariasi sesuai dengan aktivitas perusahaan. Untuk mengetahui apakah pengertian persediaan itu, penulis akan menjelaskan batasan-batasannya.

Menurut Ikatan Akuntansi Indonesia (2004:14) pengertian persediaan adalah sebagai berikut :

Persediaan adalah aktiva :

a. Tersedianya untuk dijual dalam kegiatan usaha normal b. Dalam proses produksi dan atau dalam perjalanan, atau

c. Dalam bentuk bahan atau perlengkapan (supplier) untuk digunakan dalam proses produksi atau pemberian jasa.

Sedang menurut Soemarso S.R (2004:384) “persediaan adalah barang-barang yang dimiliki oleh perusahaan untuk dijual kembali”. Persediaan terjadi apabila jumlah bahan atau barang yang diadakan (dibeli atau dibuat sendiri)”.


(17)

Dan menurut Warren et al (2004:440) istilah persediaan dapat disrtikan sebagai :

a. Barang dagang yang disimpan untuk dijual dalam operasional normal perusahaan.

b. Bahan yang terdapat dalam proses produksi atau yang disimpan untuk tujuan perusahaan tersebut.

Dari beberapa defenisi diatas dapat disimpulkan bahwa persediaan merupakan salah satu unsure yang paling aktif dalam operasi perusahaan yang secara kontinue diperoleh atau diproduksi maupun dijual. Persediaan pada perusahaan industri dan jasa adalah berbeda ditinjau dari sifat dan jenisnya, tetapi fungsinya sama yaitu untuk dijual dan merupakan unsur yang sangat aktif didalam perusahaan.

Menurut M. Arief (2004:47) “Persediaan obat adalah semua bahan tunggal atau campuran yang dipergunakan oleh semua makhluk untuk bagian dalam dan luar tubuh guna mencegah, meringankan, dan menyembuhkan”.

Jika secara tegas dapat disimpulkan bahwa yang dinamakan persediaan obat adalah semua bahan atau campuran bahan untuk dipergunakan dalam menentukan diagnosi, mencegah, mengurangi, menghilangkan, menyembuhkan penyakit atau gejala penyakit, luka atau kelainan jasmani ataupun rohani pada manusia atau hewan.

Alasan-alasan untuk menyimpan persediaan :

a. Untuk menyeimbangkan biaya pemesanan atau perencanaan dan biaya penyimpanan (carrying cost). Tindakan memaksimalkan keuntungan mensyaratkan bahwa biaya-biaya yang terkait dengan persediaan


(18)

diminimalkan. Namun demikian, meminimalkan biaya penyimpanan berarti menimbulkan biaya pemesanan membesar, sementara meminimalkan biaya pemesanan akan menimbulkan pesanan dalam jumlah besar. Oleh karena itu, diperlukan keseimbangan antara kedua biaya ini agar biaya persediaan dapat diminimalkan.

b. Untuk memuaskan permintaan pelanggan (misalnya, untuk memenuhi jatuh tempo pengiriman). Adanya ketidakpastian dalam permintaan merupakan alasan kedua untuk menyimpan persediaan. Bahkan walau biaya memesan dan mengatur persediaan tidak terlalu besar, perusahaan tetap akan menyimpan persediaan karena adanya biaya-biaya kekurangan persediaan.

c. Untuk menghindari fasilitas manufaktur yang tidak bisa bekerja lagi karena adanya kegagalan mesin, suku cadang yang rusak, suku cadang yang tidak tersedia ataupun karena pengiriman suku cadang yang terlambat.

d. Proses produksi yang tidak dapat diandalkan dapat juga menciptakan permintaan untuk memproduksi persediaan ekstra. Misalnya, suatu perusahaan memutuskan untuk memproduksi berlebih dari yang dibutuhkan untuk memenuhi permintaan karena proses produksi seringkali menghasilkan produk yang tidak seragam dalam jumlah yang cukup besar. e. Untuk mengambil keuntungan dari diskon-diskon, perusahaan juga dapat

mengambil keuntungan karena adanya diskon jika perusahaan membeli bahan baku jumlah besar.


(19)

f. Untuk berjaga-jaga jika terjadi kenaikan harga di masa mendatang..Perusahaan akan membeli bahan baku dalam jumlah yang lebih besar dari yang di butuhkan jika akan terjadi kenaikan harga di masa yang akan datang.

2. Fungsi Persediaan

Disamping persediaan sebagai fungsi cadangan, persediaan juga memiliki :

a. Fungsi “decoupling“

Fungsi penting persediaan adalah memungkinkan operasi perusahaan internal dan eksternal mempunyai “kebebasan” (independence). Persediaan “decouples” ini memungkinkan perusahaan dapat memenuhi permintaan langganan tanpa tergantung pada supplier.

b. Fungsi “Economic Lot Sizing“

Melalui penyimpanan persediaan, perusahaan dapat memproduksi dan membeli sumber daya-sumber daya dalam kuantitas yang dapat mengurangi biaya per unit.

c. Fungsi Antisipasi

Perusahaan sering menghadapi fluktuasi permintaan yang dapat diperkirakan dan diramalkan berdasarkan pengalaman atau data-data masa lalu, yaitu permintaan musiman. Perusahaan juga sering mengalami ketidakpastian jangka waktu pengiriman dan permintaan akan barang-barang selama periode pesanan kembali.


(20)

Persediaan antisipasi ini penting agar kelancaran proses tidak terganggu.

3. Jenis-jenis Persediaan

Persediaan atau inventory adalah sejumlah bahan-bahan atau barang-barang yang disediakan oleh perusahaan baik barang jadi, bahan mentah, maupun barang yang masih dalam proses. Oleh sebab itu persediaan merupakan suatu unsure yang penting dalam usaha mencapai tingkat penjualan yang dikehendaki. Persediaan yang disimpan perusahaan mungkin terdiri dari barang-barang yang tahan lama, barang-barang yang mudah rusak, yang mahal dan yang murah. Hal tersebut tergantung dari sifat perusahaannya.

Menurut Rangkuti (2000:7) dilihat dari fungsinya, persediaan dapat dibedakan atas :

a. Batch Stock atau Lot Size Inventory yaitu persediaan yang diadakan

karena kita membeli atau membuat bahan-bahan/barang-barang dalam jumlah yang lebih besar dari pada jumlah yang dibutuhkan pada saat itu. Keuntungan batch stock atau lot size inventory antara lain :

1. Potongan harga pada harga pembelian. 2. Efesiensi produksi.

3. Penghematan biaya angkutan.

b. Fluctuation Stock adalah persediaan yang diadakan untuk menghadapi

fluktuasi permintaan konsumen yang tidak dapat diramalkan.

c. Anticipation Stock yaitu persediaan yang diadakan untuk menghadapi


(21)

yang terdapat dalam satu tahun dan untuk menghadapi penggunaan atau penjualan permintaan yang meningkat.

Walaupun kita mengetahui persediaan menurut fungsinya, tetapi perlu kita ketahui bahwa persediaan itu sendiri merupakan fungsi cadangan dank arena itu hendaknya harus dapat digunakan secara efesien.

4. Biaya-biaya Persediaan

Biaya-biaya yang timbul dari adanya persediaan meliputi :

a. Biaya Pemesanan (ordering cost) merupakan biaya-biaya penempatan dan penerimaan pesanan. Biaya-biaya pemesanan secara terperinci meliputi adanya penghematan di dalam biaya angkutan, pemrosesan pesanan dan biaya ekspedisi, upah, biaya telephone, pengeluaransurat-menyurat, biaya pengepakan dan penimbangan, biaya pemeriksaan (inspeksi) penerimaan, biaya pengiriman ke gudang, biaya hutang lancer, dan sebagainya.

b. Biaya perencanaan (Persediaan) (set up cost) merupakan biaya untuk menyiapkan peralatan dan fasilitas sehingga mereka dapat digunakan untuk memproduksi komponen atau produk tertentu. Biaya-biaya ini terdiri dari biaya mesin-mesin menganggur, biaya persiapan tenaga kerja langsung, biaya penjadwalan, biaya ekspedisi, dan sebagainya.

c. Biaya Penyimpanan (carrying cost) merupakan biaya-biaya yang dikeluarkan untuk menyimpan persediaan. Termasuk didalamnya adalah asuransi, pajak persediaan, keusangan, biaya kesempatan dari dana-dana


(22)

yang tersimpan dalam persediaan, biaya-biaya penanganan persediaan, dan biaya gudang.

Biaya pemesanan dan biaya perencanaan (persediaan) pada dasarnya sama, keduanya mewakili biaya-biaya yang timbul untuk memperoleh persediaan. Perbedaan di antara mereka terletak pada kegiatan yang mendahului (mengisi dan menempatkan pesanan dengan perencanaan peralatan dan fasilitas).

d. Biaya kekurangan persediaan (stockout cost) merupakan biaya-biaya yang timbul karena tidak memiliki produk disaat ada permintaan oleh pelanggan. Biaya-biaya yang termasuk biaya kekurangan bahan adalah biaya kehilangan penjualan, kehilangan langganan, biaya pemesanan khusus, biaya ekspedisi, selisih harga, terganggunya operasi, tambahanpengeluaran kegiatan manajerial, dan sebagainya.

5. Tingkat Perputaran Persediaan (Inventory Turnover)

Pada perusahaan perdagangan, persediaan selalu dalam perputaran, yang selalu dibeli dan dijual. Tingkat perputaran persediaan selalu dalam perputaran, yang selalu dibeli dan dijual. Tingkat perputaran persediaan dalam suatu periode tertentu dapat diketahui dengan cara sebagai berikut :

Tingkat perputaran persediaan = Harga Pokok Penjualan/Rata-rata persediaan.

Sedangkan,

Rata-rata persediaan = (persediaan awal tahun + persediaan akhir tahun ) : 2

Tinggi rendahnya tingkat perputaran persediaan mempunyai efek yang langsung terhadap besar kecilnya modal yang diinvestasikan dalam persediaan.


(23)

Makin tinggi tingkat perputaran persediaannya, berarti makin cepat perputarannya. Hal ini berarti makin pendek waktu terikatnya modal dalam persediaan, sehingga untuk memenuhi volume penjualan atau harga pokok penjualan tertentu dengan naiknya tingkat perputaran persediaannya dibutuhkan modal yang lebih kecil.

Apabila modal yang digunakan untuk membelanjai persediaan tersebut adalah modal asing, maka kenaikan tingkat perputaran persediaan akan memperkecil beban bunganya dan apabila yang digunakan modal sendiri, maka kelebihan modal tersebut dapat diinvestasikan pada aktiva lainnya yang lebih efisien.

2.2. Sistem Persediaan

1. Pengertian Sistem Persediaan

Sistem persediaan adalah serangkaian kebijaksanaan dan pengendalian yang memonitor tingkat persediaan dan menentukan tingkat persediaan yang harus dijaga, kapan persediaan harus di isi, dan berapa besar pesanan yang harus dilakukan. Sistem ini bertujuan menetapkan dan menjamin tersedianya sumber daya yang tepat, dalam kuantitas yang tepat dan pada waktu yang tepat.

Ada dua sistem persediaan yang umum yaitu kuantitas pesana yang ekonomis

(atau disebut juga economic order quantity,EOQ, modelQ, dan fixed order quantity) dan model fixed time periop (juga berarti periode system,periodic review system,fixed order interval system, dan model P). perbedaan utama di

antara keduanya adalah model fixed order quantity dipicu oleh kejadian sedangkan model fixed time period dipicu oleh waktu.


(24)

Model fixed order quantity menempatkan pesanan apabila terjadi kejadiaan tercapainya tingkat pemesanan kembali (reorder point). Kejadiaan ini dapat terjadi kapanpun juga, tergantung pada permintaan untuk bahan yang dipertimbangkan. Kebalikannya, model fixed time period menempatkan pesananya pada akhir periode yang telah ditetapkan. Untuk menggunakan model fixed order quantity dimana pesanan ditempatkan apabila persediaan yang ad turun titik pemesanan kembali, R., persediaan yang masih ada harus selalu di monitor. Model ini merupakan system perpetual yang menghendaki bahwa setiap waktu ada pengambilan dari persediaan atau pun ada tambahan ke persediaan, catatan harus diperbaharui untuk memastikan titik pemesanan kembali sudah atau belum terlampaui. Dalam model fixed time period menghitung persediaan hanya pada saat periode yang telah ditentukan

(review period)

Ada beberapa perbedaan antara kedua system itu:

a. model fixed time period mempunyai rata-rata persediaan yang besar karena itu harus mamberikan perlindungan terhadap kehabisan stock selama satu periode yang telah ditetapkan ,T; sedangkan model fixed

order quantity tidak ada periode yang telah ditetapkan.

b. Model fixed order quantity biasanya untuk bahan yang mahal karena rata-rata persediaan yang rendah.


(25)

d. Model fixed oerder quantity menghendaki lebih banyak waktu karena setiap pengurangan atau penambahan harus dicatat.

Ada dua sistem persediaan yang umum yaitu yaitu kuantitas pesanan yang ekonomis

a. Model kuantitas pesanan yang ekonomis (atau disebut juga

economic order quantity, EOQ, model Q, dan fixed order quantity)

b. Model fixed time period (juga berarti periodic system, periodic review system, fixed order interval system, dan model P)

Perbedaan utama diantara keduanya adalah model fixed order

quantity dipicu oleh kejadian, sedangkan model fixed time period

dipicu oleh waktu.

2. Kuantitas Pesanan Ekonomis (Economc Order Quantiy-EOQ).

Kuantitas pesanan Ekonomis adalah ukuran pesanan yang meminimumkan jumlah biaya pemesanan serta biaya penyimpanan persediaan.

Dalam mengembangkan kebijakan persediaan, terdapat 2 pertanyaan pokok yang harus diperhatikan :

a. Berapa banyak yang harus dipesan (atau diproduksi)?

b. Kapan seharusnya pemesanan dilakukan (atau kapan perencanaan persediaan dilakukan)?


(26)

Pertanyaan pertama tersebut di atas harus dijawab terlebih dahulu sebelum pertanyaan kedua dapat dijawab.

Asumsi Kuantitas Pesanan Ekonomis adalah :

a. Permintaan diketahui dengan pasti dan relatif konstan sepanjang waktu

b. Harga per unit produk adalah konstan

c. Biaya Penyimpanan per unit per tahun adalah konstan d. Biaya pemesanan per pesanan adalah konstan

e. Waktu tunggu antara pesanan dilakukan dan penerimaan pesanan adalah konstan

f. Tidak terjadi kekurangan barang atau “back orders”

Kuantitas pesanan ekonomis berusaha untuk memperkirakan titik yang spesifik, R, dimana pesanan akan diletakan dan jumlah dari pesanan it, Q. Titik pesanan, R, selalu jumlah unit yang spesifik. Jumlah pesanan (Q) ditempatkan ketika persediaan yang tersedia mencapai titik R. Posisi persediaan diartikan sebagai persediaan yang ada di tangan ditambah persediaan yang sudah dipesan dikurangi jumlah order yang tidak terpenuhi.

Untuk menghitung jumlah yang dipesan digunakan rumus :

H DS Qopt

2


(27)

Jumlah biaya tahunan = Biaya pembelian tahunan + Biaya pemesanan tahunan + Biaya penyimpanan tahunan

Atau

TC=DC+ S QH

Q D

2

Dimanan :

TC = Total Biaya Tahunan D = Permintaan (Tahunan) C = Biaya per unit

Q = Jumlah yang dipesan ( jumlah optimum ini yang ditunjukan oleh economic order quantity-EOQ-atauQopt)

S = Biaya penempatan pesanan R = Titik pemesanan kembali L = Waktu tunggu(lead time)

H = Biaya penyimpanan per unit dari rata-rata persediaan (seringkali, biaya penyimpanan ini dalam persentase dari biaya per bahan, seperti H=iC dimana I adalah persentase dari biaya penyimpanan)

2.2.2.1.Titik Pemesanan Ulang (Reorder Point)

Titik pemesanan ulang merupakan titik waktu dimanan pesanan baru (atau produksi baru) harus dilakukan. Titik waktu ini merupakan fungsi dari EOQ, waktu tunggu, dan tingkat dimana persediaan sudah habis. Waktu tunggu merupakan waktu yang


(28)

diperlukan untuk menerima kuantitas pesanan ekonomis ketika suatu pesanan dilakukan atau ketika produksi dimulai.

Bila diasumsikan permintaan konstan dan waktu tunggu konstan, tidak memerlukan persediaan pengaman, R atau titik pemesanan kembali dapat dirumuskan sebagai :

R = dL Dimana :

d= Rata-rata permintaan harian (konstan) L = Waktu tunggu dalam hari (konstan)

2.2.2.2.Potongan Harga

Kebanyakan supplier menawarkan insentif kepada pembeli dalam bentuk harga per unit yang lebih rendah untuk jumlah pembelian tertentu. Biasanya discount atau potonggan akan diberikan pada jumlah pembelian yang

besar.Pembeli yang melakukan pembelian dalam jumlah besar akan memperoleh beberapa keuntungan antara lain harga per-unit yang lebih rendah, Biaya

transportasi yang lebih rendah , Biaya pesan lebih rendah, terhindar dari kemunggkinan kehabisan persediaan (out of stock)

Akan tetapi pembelian dalam jumlah besar bisa juga menimbulkan beberapa akibat yang merugikan seperti carrying cost menjadi lebih tinggi, persediaan terlalu lama disimpan sehingga terancam kerusakan kualitas, perputaran persediaan menjadi lebih besar, dana yang dibutuhkan menjadi lebih besar.


(29)

Keuntungan dan kerugian seperti itu harus dipertimbangkan sebelum memutuskan untuk menerima tawaran discount dari supplier.

Dasar pertimbangkan yang bisa dipakai untuk memutuskan apakah perusahaan sebaiknya memanfaatkan tawaran discount atau tidak adalah total biaya dalam setahun.

Misalnya, Perusahaan apabila tidak ada tawaran pongan harga dari supplier melakukan pembelian sebanyak 4x dalam setahun, dengan setiap kali beli

sejumlah 400kg (EOQ). Adanya tawaran discount dapat merubah kebijaksaan ini. Perushaan memiliki kebutuhan setahun 1600 kg, ordering cost Rp. 100,- untuk setiap kali pesan dan carrying cost 20% dari nilai rata-rata.

Table 2.1. Potongan Harga

Jumlah Pembelian (kg) Potongan Harga (%) Harga per kg (Rp)

1-499 0 Rp.10,- 500-999 2 Rp.9,8 1000-lebih 3 Rp.9,7

Dari data ini total incremental cost (TIC) pada berbagai alternative pembelian dapat dihitung pada table di bawah ini.

Table 2.2. Total Biaya Pada Berbagai Alternatif Pembelian Pembelian pada

EOQ, 400 kg (Q1)

Pembelian 500 kg Pembelian 1600 kg (Q2) harga Rp.9,8/ (Q3) harga Rp.9,7/


(30)

harga Rp. 10/kg (Pi) kg(Pi) kg(Pi) Pembelian setahun

(Pi x 1600 kg)

Rp. 16.000,00 Rp. 15.680,00 Rp. 15.520,00

Ordering cost

(Rp. 100 x (1600:Q))

Rp. 400,00 Rp. 320,00 Rp.100,00

Carrying cost

(20% x (9QxHarga/unit):2)

Rp. 400,00 Rp. 490,00 Rp. 1.552,00

TIC Rp. 16.800,00 Rp. 16.490,00 Rp. 17.172,00

Perhitungan diatas dapat dijelaskan sebagai berikut :

a. Jika perusahaan tidak membeli sebesar 400 kg pada setiap pembelian berarti perusahaan tidak memperoleh potongan harga, sehingga jumlah biaya pembelian setahun = 1600 kg x Rp. 10,- = Rp.16.000,-. Dalam setahun berarti terjadi 4x pembelian sehingga ordering cost = 4 x Rp. 100,- = Rp. 400,-. Sedangkan carrying cost = 20%x((400 kg x Rp. 10,-):2) = Rp. 400,-

b. Jika perusahaan akan membeli sebesar 500 kg pada setiap kali pembelian, perusahaan akan memperoleh potongan harga sebesar 2% atau pada harga Rp. 9,8. Biaya pembelian setahun = 1600 kg x Rp. 9,8 = Rp. 15.680,-. Dalam setahun berarti ada 3,2 kali pembelian. Ordering cost = 3,2 x Rp. 100,- = Rp. 320,-. Adapun carrying cost = 20% x ((500 kg x Rp. 9,8):2) = Rp. 490,-.

c. Jika pembelian sebesar 1.000 kg perusahaan akan memperoleh potongan harga sebesar 3% atau pada harga Rp. 9,7. Biaya pembelian setahun = 1600 kg x Rp. 9,7 = Rp. 15.520,-. Dalam setahun terjadi pembelian


(31)

sebanyak 1 kali. Ordering cost = 1x Rp. 100,-. Carrying cost = 20% x ((1600 kg x Rp. 9,7):2) = Rp. 1.552,-.

Dari hasil perhitungan ini dapat dilihat bahwa pembelian sejumlah 500 kg dengan discount 2% lebih menguntungkan dari pada pembelian pada tingkat 400 kg atau 1600 kg.

2.2.2.3. Menetapkan Persediaan Pengaman

Persediaan Pengaman (safety stock) merupakan persediaan ekstra yang disimpan sebagai jaminan dalam menghadapi permintaan yang berfluktuasi. Jika perusahaan menyimpan persediaan pengaman yang tidak mencukupi, maka interupsi serta kesemerawutan operasi dapat terjadi dan stockout bisa sering timbul. Stok pengaman dalam jumlah yang ideal akan memperkecil kemungkinan terjadinya stockout dan biaya penyimpanan persediaan. Biaya tidak berwujud yang diakibatkan oleh stockout sulit untuk diukur nilai dari hubungan baik dengan pelanggan dan penjualan yang tidak dapat dipenuhi.

Faktor-faktor yang menentukan besarnya persediaan pengaman adalah :

a. penggunaan bahan rata-rata

salah satu dasar untuk memperkirakan penggunaan bahan baku selama periode tertentu , khususnya selama periode pemesanan adalah rata-rata penggunaan bahan baku pada masa sebelumnya. Hal ini perlu diperhatikan karena setelah kita mengadakan pesanan penggantian, maka pemenuhan kebutuhan atau permintaan dari langganan sebelum barang yang di pesan dating, harus dapat dipenuhi dari persediaan yang ada. Kebutuhan atau


(32)

permintaan dari langganan biasanya turun naik (variable) dan tidak dapat diramalkan dengan penuh keyakinan. Oleh karena itu walaupun kita telah meramalkan atau menaksir penggunaan untuk kebutuhan atau permintaan langgan, akan tetapi tetap ada resiko yang tidak dapat dihindarkan dari

persediaan yang telah ditetapkan sebelumnya atas taksiran tersebut habis sama sekali sebelum pergantian bahan /barang dari pesanan datang . turun naiknya penggunaan ini membutuhkan kita mencari metode untuk dapat

memperkirakannya,seperti metode rata-rata hitung (average mean). Disamping rata-rata, perlu pula diketahui penyimpangan dari rata-rata tersebut, karena adanya penggunaan yang turun naik.

b. faktor waktu atau lead time

Didalam pengisian kembali persediaan terdapat suatu perbedaan waktu yang cukup lama antara saat mengadakan pesanan untuk penggatian atau pengisiaan kembali persediaan dengan saat penerimaan barang-barang yang dipesan tersebut diterima dan di masukkan ke dalam persediaan. Perbedaan waktu ini lah yang disebut “ lead time”. Jadi yang dimaksudkan dengan lead time adalah lamanya waktu antara mulai dilakukannya pemesanan bahan-bahan sampai dengan kedatangan bahan-bahan yang di pesan tersebut dan diterima di gudang persediaan. Lamanya waktu tersebut tidaklah sama antara satu pesanan dengan pesanan yang lain tetapi bervariasi. Oleh karena itu untuk suatu pesanan yang dilakukan lamanya waktu ini harus diperkirakan atau ditaksir, walaupun resiko kesalahan masih tetap ada karena mungkin lebih besar atau kecil. Biasanya persediaan yang diadakan adalah untuk


(33)

menutupi kebutuhan selama lead time yang diperkirakan. Akan tetapi apabila kedatangan bahan tersebut terlambat atau lead time yang terjadi lebih besar dari pada yang diperkirakan. Maka persediaan yang ditetapkan semula tidak dapat memenuhi kebutuhan penggunaan.

Oleh karena itu, dibutuhkan adanya persediaan pengaman untuk menghadapi keterlambatan kedatangan bahan yang dapat menggakibatkan kemacetan produksi.perkiraan atau penaksiran lead time dari suatu pesanan yang melakukan , biasanya dengan menggunakan rata-rata hitung dari lead time dari beberapa kali pemesanan sebelumnya. Sedangkan resiko kesalahan dari perkiraan ini diatasi dengan menetapkan persediaan pengaman dapat didasarkan atas deviasi standar dari lead time dari beberapa kali pemesanan sebelumnya tersebut atau dengan melihat kemungkinan (probabilitas) dari adanya keterlambatan kedatagan bahan dari beberapa pesanan yang lalu.

Ada beberapa cara untuk mengestimasi persediaan pengaman. Salah satunya adalah dengan menetapkan kuantitas bahan yang digunakan dalam beberapa hari tertentu sebagai persediaan pengaman. Metode lainnya mempertimbangkan fluktuasi di antara penggunaan harian maksimum dengan penggunaan rata-rata.

Persediaan pengaman di hitung sebagai berikut:

Persediaan pengaman = (penggunaan harian maksimum – penggunaan harian rata-rata) x waktu tunggu

Dengan adanya persediaan pengaman, titik pemesanan ulang dapat dihitung sebagai berkut:


(34)

Titik pemesanan ulang = (tingkat pemakaian rata-rata x waktu tunggu) + persediaan penggaman

Metode lainnya lagi adalah dengan menghitung probabilitas terjadinya stock out pada berbagai tingkatan atau jumlah persediaan pengaman dan menetukan perkiraan biaya stockout tahunan. Biaya tahunan untuk menyimpan persediaan pengaman ditambahkan ke dalam biaya ini. Total biaya penyimpanan per tahun meningkat dengan bertambahnya tingkat persediaan pengaman,tetapi biaya stockout itu. Sasaranya adalah untuk menentukan berapa jumlah persediaaan pengaman yang mengakibatkan biaya tahunan terendah.

Dalam menggunakan metode ini dipakai asumsi bahwa lead time adalah konstan dan seluruh barang yang dipesan diserahkan oleh supplier pada suatu saat yang sama. Dengan asumsi ini, terjadinya stockout bukan disebabkan karena perubahan (fluktuasi) dari lead time atau penyerahan bahan yang dipesan tidak pada saat yang sama,akan tetapi stockout terjadi karena adanya penambahan dalam permintaan atau penambahan dalam penggunaan.Misalnya, sebuah perusahaan membutuhkan bahan tertentu sebanyak 3600 unit untuk keperluan produksinya. Pimpinan perusahaan telah menetapkan atas dasar analisis jumlah pesanan yang ekonomis, bahwa pesanan dilakukan sebanyak 5 kali dalam setahunnya adalah yang optimum bagi perusahaan. Penggunaan bahan tersebut setiap harinya adalah 50 unit, sedangkan lead time adalah 6 hari. Sehingga dengan dasar ini dapat diketahui


(35)

bahwa pada tingkat persediaan 300 unit. Perusahaan akan melakukan pemesanan kembali, bila seandainya tidak ada persediaan penyelamat. Kerugian yang ditimbulkan karena terjadinya kekurangan bahan (stockout) satu unit adalah sebesar Rp. 50,00 sedangkan carrying cost dari adanya persediaan penyelamat satu unit Rp. 10,00. Atas dasar pengalaman selama periode pemesanan seperti terdapat pada table 2.1. dibawah ini.

Table 2.3. Probabilitas Penggunaan Bahan Selama Periode Pemesanan Penggunaan selama Banyaknya Probabilitas Periode pemesanan penggunaan penggunaan (dalam unit) (dalam kali)

150 3 0.03 200 4 0.04 250 6 0.06 300 68 0.68 350 9 0.09 400 7 0.07 450 3 0.03 100 kali 100%

Dari tabel diatas diketahui bahwa apabila perusahaan melakukan persediaan kembali pada tingkat persediaan 300 unit, maka kemungkinan perusahaan selamat sebesar 81% dan kemungkinan terjadinya stockout sebesar 19% (0,09+0,07+0,03) dalam satu kali periode pesanan.


(36)

Seperti telah dikatakan sebelumnya bahwa dalam usaha melakukan pengadaan persediaan penyelamat yang menguntungkan, perusahaan akan memilih tingkat persediaan penyelamat di mana total cost (cost of stockout +

carrying cost) adalah yang terendah.Untuk ini perusahaan akan menghitung

kerugian-kerugian dan biaya-biaya yang ditimbulkan pada tingkat persediaan pengaman seperti tersebut di bawah ini.

1. Dengan pengadaan persediaan penyelamat sebesar 50 unit, kemungkinan terjadinya stockout hanya terjadi pada tingkat penggunaan 400 dan 450 unit, yaitu sebesar 0,07 + 0,03 + 0,1.

2. Dengan pengadaan persediaan penyelamat sebesar 100 unit, kemungkinan terjadinya stockout hanya terjadi pada tingkat penggunaan 450 unit, yaitu sebesar 0,03 + 0,3.

3. Dengan persediaan penyelamat 150 unit, kemungkinan stockout tidak ada.

Tabel 2.4. Biaya Dari Kebijaksanaan Pengadaan Persediaan Penyelamat Persediaan

penyelamat (safety stock)

Biaya karena

stockout

Biaya carrying cost per tahun

Total biaya per tahun

0 Rp.4000,00 0 Rp.4000,00

50 Rp.1625,00 50 x Rp.10,00 = Rp.500,00

Rp.2125,00

100 Rp.375,00 100 x Rp.10,00 = Rp.1000,00

Rp.1375,00

150 Rp.0,00 150 x Rp.10,00 = Rp.1500,00


(37)

Dari tabel diatas terlihat bahwa pengadaan persediaan penyelamat (safety stock) yang sebaiknya dimiliki perusahaan adalah sebesar 100 unit, karena menghasilkan total biaya yang terendah, yaitu sebesar Rp.1375,00. Dengan demikian apabila seandainya perusahaan melakukan pengadaan persediaan penyelamat, maka titik pemesanan kembali (reorder point) akan berubah, yaitu pada jumlah dari hasil perkalian besarnya rata-rata penggunaan setiap harinya dengan panjangnya masa waktu tunggu, ditambah dengan persediaan penyelamat (safety stock). Dalam contoh ini, apabila perusahaan mengadakan persediaan penyelamat sebesar 100 unit, titik pemesanan kembali (reorder


(38)

DAFTAR PUSTAKA

Adisaputra, Gunawan, Marwan Asri, 2003. Anggaran Perusahaan, Buku I, Edisi Pertama, BPFE, Yogyakarta.

Carter, William K dan Milton F. Usry, 2004. Akuntansi Biaya, Penerjemah: Krista, Buku I, Edisi 13, Penerbit Salemba Empat, Jakarta.

Gudono, 2000. Akuntansi Manajemen, Editor D. Danan Priyatmoko, Penerbit PT. Gramedia Pustaka Utama, Jakarta

Hansen, Don R., Maryanne M. Mowen, 2002. Manajemen Biaya, Penerjemah: Ancella A. Hermawan, Edisi Pertama, Buku Dua, Penerbit Salemba Empat, Jakarta

Hartanto. D., 2001. Anggaran Perusahaan, Edisi Kelim, Lembaga Penerbit Fakultas Ekonomi Unuversitas Indonesia, Jakarta

Munandar, M., 2001. Budgeting : Perencanaan Kerja, Pengkoordinasian Kerja,

Pengawasan Kerja, Edisi Pertama, Cetakan Kedua, BPFE, Yogyakarta.

Nafarin, M., 2000, Penganggaran Perusahaan, Ediis Pertama, Penerbit Salemba Empat, Jakarta.

Sukanto, Edy, 2000. Sistem Pengendalian Manajemen – Suatu Pendekatan

Praktis, Penerbit Pt. Gramedia Pustaka Utama, Jakarta

Supriyono, R. A, 2000. Akuntansi Biaya : Perencanaan dan Pengendalian Biaya

serta Pembuatan Keputusan, Edisi Kedua, Buku II, BPFE, Yogyakarta.


(39)

BAB III

METODE PENELITIAN

Metode penelitian yang digunakan dalam skripsi ini adalah sebagai berikut :

A. Jenis dan Sumber Data 1. Jenis Data

Jenis data yang dikumpulkan adalah sebagai berikut :

a. Data Kuantitatif merupakan data yang dapat diukur dalam bentuk angka yang menunjukan jumlah atau banyaknya sesuatu, data ini merupakan laporan jumlah persediaan, lead time, biaya pemesanan, juga biaya penyimpanan.

b. Data Kualitatif merupakan data yang tidak berdasarkan jumlah atau banyaknya sesuatu, data ini merupakan data historis perusahaan, deskripsi data obat, dan proses pesanan. Termasuk didalamnya adalah data yang diperoleh dari hasil wawancara dengan pihak-pihak yang berkepentingan dalam Rumah Sakit.

2. Sumber Data

1. Data Primer adalah data yang diperoleh secara langsung dari sumber asli atau dari perusahaan tempat diadakannya penelitian. Data tersebut diperoleh dengan cara wawancara langsung dengan responden di tempat penelitian.


(40)

2. Data Sekunder adalah data yang diperoleh secara tidak langsung melalui media perantara (diperoleh dan dicatat oleh pihak lain), dalam bentuk dokumen dan laporan yang berkaitan dengan manajemen persediaan di perusahaan.

3. Teknik Pengumpulan Data

Teknik Pengumpulan Data yang digunakan adalah :

a. Observasi, merupakan pengamatan yang dilakukan oleh penulis terhadap objek yang diteliti (surrvey pendahuluan sebelum melakukan penelitian).

b. Wawancara, yakni dengan melakukan tanya-jawab secara langsung dengan pihak perusahaan mengenai masalah yang diteliti.

c. Dokumentasi, yakni dengan melakukan analisis terhadap isi atau pesan dari suatu dokumen.

3.5 Teknik Analisis Data

Teknik analisis data yang digunakan dalam penelitian ini adalah analisis deskriptif kualitatif tanpa menggunakan analisis statistik, yaitu data yang diperoleh dianalisis sesuai dengan tujuan penelitian, kemudian ditarik kesimpulan.

Tahapan analisis meliputi :


(41)

Data yang digunakan adalah persediaan awal. Persediaan akhir obat-obatan dan harga pokok penjualan. Cara menghitung inventory turnover ada beberapa langkah . pertama-tama persediaan awal ditambah dengan persediaan akhir.

Hasilnya dibagi dua. Hasil yang di sebut sebagai persediaan rata-rata.

Inventory turnover didapat dari harga pokok penjualan dibagi dengan

persediaan rata-rata. Klafikasi inventory turnover digolongkan menjadi tiga.

Inventory turnover digolongkan tinggi apabila lebih besar dari 25,

digolongkan kecil apabila dibawah 12.

b. Mengghitung kuantitas pesanan yang ekonomis.

Data yang digunakan untuk perhitungan ini adalah penggunakan obat-obatan selama periode waktu tertentu, biaya pemesanan, dan biaya penyimpanan. Cara perhitungan dengan mengalikankan permintaan selama setahun dengan biaya penyimpanan. Untuk mendapatkan kuantitas pesanan yang ekonomis hasil pembagian yang sudah ada diakar kuadratkan.

c. Menghitung persediaan pengaman

Pertama-tama menentukan probabilitas penjualan obat-obatan. Probabilitas ini didapat dari dokumentasi rumah sakit mengenai jumlah penjualan selama periode. Setelah itu, membuat probabilitas terjadinya

stockout untuk setiap tingkat persediaan penyelamat .perhitungan ini di

lanjutkan dengan mencari biaya stockout dan biaya penyimpanan untuk setiap tingkat persediaan penyelamat. Kedua biaya itu di jumlahkan . persediaan penyelamat yang akan dipakai adalah tingkat persediaan penyelamat yang paling jumlah biayanya.


(42)

d. Menghitung titik pemesanan kembali

perhitungan ini menggunakan data penggunaan bahan baku selama periode tertentu, lead time, dan safety stock. Cara menghitung titik pemesanan kembali adalah dengan men-galikan tingkat pemakaian rata-rata dengan waktu tunggu. Hasilnya ditambahkan dengan persediaan penyelamat (safety stock).

E. Lokasi dan Jadwal Penelitian

Penelitian berlokasi di Jln. Bunga Lau No. 17 Medan Tuntungan, Rumah Sakit Umum Pusat Haji Adam Malik Medan. Jadwal penelitian direncanakan dapat dilihat pada tabel penelitian berikut.

Tabel 1.1 Jadwal Penelitian

KEGIATAN

TAHUN 2009

TAHUN 2010 Jan Feb Mar Apr Mei Jun Jul Ags Sep Okt Nov Des Jan Feb Mar

Penyusunan proposal Pengajuan proposal Bimbingan proposal Pengumpulan data

Seminar proposal Analisis data Bimbingan skripsi


(43)

BAB IV

ANALISIS HASIL PENELITIAN

A. Data Penelitian

1. Gambaran Umum Rumah Sakit Umum Pusat H. Adam Malik Medan a. Sejarah Singkat Perusahaan

Rumah Sakit Umum Pusat H. Adam Malik Medan adalah Rumah Sakit umum milik Pemerintah Pusat yang secara teknis berada di bawah Direktorat Jenderal Pelayanan Medik Departemen Kesehatan RI, Berlokasi di Jl. Bunga Lau No.17 Medan Tuntungan.

Rumah Sakit Umum Pusat H. Adam Malik Medan merupakan pusat rujukan kesehatan regional untuk wilayah Sumatera bagian Utara dan bagian tengah yang meliputi Propinsi Nanggroe Aceh Darussalam, Propinsi Sumatera Utara, Propinsi Riau, dan Propinsi Sumatera Barat.

Rumah Sakit Umum Pusat H. Adam Malik Medan dibangun secara bertahap dimana pembangunan tahap pertama meliputi Gedung Poliklinik, Gedung CMU (Central Medical Unit), Rawat Inap dengan kapasistas 300

tempat tidur, Gedung Farmasi, Dapur dan cuci, Kamar Jenazah, ME Utility dan Asrama Perawat.

Pembangunan Gedung berikutnya dilaksanakan secara bertahap tiap tahun, yaitu :

- Tahun 1992/1993, pembangunan Gedung Instalasi Gawat Darurat 1000 M2


(44)

- Tahun 1993/1994, pembangunan Gedung Adminsitrasi (lantai 1 dari lantai yang direncanakan).

- Tahun 1994/1995, pembangunan Gedung Rawat Inap B (l150TT) dan selasar penghubung.

- Tahun 1997/1998, pembangunan lanjutan Gedung rawat Inap B dalam bentuk rnagka/konstruksi bangunan saja. Pada tahun 2004 sudah dilanjuti penyelesaian pembangunannya dan pada tahun 2005 sudah digunakan untuk pelayanan jantung anak dan VIP.

- Tahun 1999/2000, pembangunan Gedung Adminsitrasi lantai II dan lantai III).

- Tahun 2006/2007, penambahan tempat tidur 150 TT.

Namun secara keseluruhan pembangunan gedung belum sesuai Master Plan semula, seperti belum adanya Gedung Pendidikan.

Sesuai dengan Surat Keputusan Menteri Kesehatan RI No. 335/MenKes/SK/VII/1990 tanggal 11 Juli 1990 : Rumah Sakit Umum Pusat

H. Adam Malik ditetapkan sebagai Rumah Sakit Kelas A, dan ditetapkan sebagai

Rumah Sakit Pendidikan berdasarkan Keputusan Menteri Kesehatan RI No.502/MenKes/SK/IX/1991 tanggal 6 September 1991, dengan telah ditetapkannya Rumah Sakit Umum Pusat H. Adam Malik sebagai Rumah Sakit Pendidikan, maka Fakultas Kedokteran Universitas Sumatera Utara dapat menggunakannya sebagai Pusat Pendidikan Klinik Calon Dokter dan Pendidikan Keahlian calon dokter Spesialis, untuk tempat Penelitian dan pengembangan teknologi Kedokteran. Selain digunakan oleh Fakultas Kedokteran USU, Rumah Sakit Umum Pusat H. Adam Malik digunakan pula oleh Akademi Keperawatan,


(45)

tanggal 15 juni 1991

tanggal 26 mei 2007

Sekolah Perawat Kesehatan dan Akademi Kesehatan lainnya untuk sarana pendidikan.

Untuk pengaturan penggunaan Rumah Sakit Umum Pusat H. Adam Malik sebagai tempat pendidikan FK-USU, telah disusun dan disepakati suatu Piagam Kerja Sama antara Rumah Sakit Umum Pusat H. Adam Malik dan Fakultas Kedokteran Universitas Sumatera Utara.

Nomor : 490/RSUP-A/SKB/VI/1991 Nomor : 49/PT05. H4/FK/H.1991

Piagam kerja sama ini sudah beberapa kali diperbaharui, yang terakhir dengan nomor :

Nomor : KS.01.02.5.3.3379 Nomor : 2759/JO5.5/PS/2007

Demikian pula halnya dengan Sekolah Akademi Kesehatan lainnya telah diterbitkan piagam yang sama.

Rumah Sakit Umum Pusat H. Adam Malik secara bertahap mulai difungsikan sejak juni 1991, dimulai dengan Rawat Jalan dan pelayanan Rawat Inap pada bulan Agustus 1992. Sejak 11 Januari 1993 secara resmi FK-USU telah menjadikan Rumah Sakit Umum Pusat H. Adam Malik sebagai Pusat pendidikan dan Bersamaan dengan itu dilakukan soft Openeing. Disusul kemudian pada tanggal 21 Juli 1993. Rumah Sakit Umum Pusat H. Adam Malik diresmikan oleh Presiden RI, yang selanjutnya tanggal tersebut ditetapkan sebagai tanggal Hari Jadi Rumah Sakit Umum Pusat H. Adam Malik.


(46)

b. Struktur Organisasi

Dalam mencapai tujuan umum perusahaan, yaitu mempertahankan kelangsungan hidup perusahaan dengan kemajuan perusahaan diperlukan suatu wadah-wadah untuk mengatur seluruh aktivitas-aktivitas dan faktor-faktor produksi ini dihubungkan dengan pencapaian tujuan perusahaan yang telah diterapakan sebelumnya yang dihasilkan dalam bentuk struktur organisasi dari perusahaan ini.

Struktur organisasi RSUP H. Adam Malik Medan berbentuk garis dan terdiri dari staf,dimana setiap departemen sudah ada pemisahan antara fungsi dan tanggung jawab.Masing-masing pimpinan departemen bertanggung jawab kepada tingkatan jabatan diatasnya.

Struktur organisasi Rumah Sakit Umum Pusat H.Adam Malik Medan berdsarkan peraturan Menteri Kesehatan RI No.244/Menkes/PER III/2008.Untuk lebih jelasnya struktur organisasi Rumah Sakit Umum Pusat H.Adam Malik Medan di lampirkan pada lampiran 1.

4.1.4 Pelayanan dan fasilitas

Adaberbagai macam fasilitas yang ada di rumah sakit ini. Semua fasilitas untuk memberikan pelayanan yang terbaik bagi pasien. Adapun fasilitas itu adalah unit gawat darurat (UGD) 24 jam. Poliklinik umum, poliklinik speaslis, dan sub spealis , klinik penyakit dalam,klinik bedah, klinik kandugan, dan bidan, klinik kesehatan anak, klinik bedah orthopedic, klinik paru,klinik jantung, dan pembuluh darah, klinik mata, klinik


(47)

telingga hidung dan tenggorokan, klinik andrologi dan infertility, klinik syaraf dan jiwa, klinik fisioterapi dan klinik kesehatan gigi.

Klinik penyakit dalam dibagi lagi menjadi klinik umum dan klinik sub speallis yang terdiri dari nefrologi, endokrinnologi, gastroenterology, haematologi, hepatologi, dan tropical infection.Klinik bedah juga dibagi menjadi bedah umum dan sub speallis yang terdiri dari bedah urologi,bedah digestif, bedah , bedah plastik/kosmetik, bedah onkologi dan bedah anak. Demikian juga klinik kesehatan gigi dibagi menjadi gigi umum dan sub speallis yang terdiri dari orthodontist, bedah mulut dan prostodontist.

Pelayanan khusus yang ada di rumah sakit adalah klinik keluarga berencana, laboratorium infertilitas, senam hamil, konsultasi ibu pasca persalinan dan bayi, konsultasi gizi dan skinning kesehatan (medical check up).

Adapun pelayanan penunjang yang ada adalah laboratorium patologi klinik, rehabilitas medik, diagnostic, radiology dan ultrasonografi (USG), haemodialisa (cuci darah), kamar bersalin, kamar operasi,ruang rawat sehari,

intensive care unit(ICU), intensive neonatal care unit dan corporate account.

Pelayanan diagnostik di bagi menjadi elektrokardiografi (EKG), echocardiografi, endoskopi dan laparoskopi, teardmill test, spirometri dan audioskopi.


(48)

4.1.5. Proses Pemesanan dan Penyimpanan Obat-Obatan

Apabila poliklinik atau unit-unit lainnya kekurangan persediaan obat-obatan, mereka akan meminta obat-obatan itu kebagian instalasi farmasi. Permintaan dilakukan dengan memberikan surat permintaan obat yang dibuat rangkap 2. Rangkap yang pertama diberikan kepada instansi farmasi dan yang kedua diarsipkan sendiri oleh unit yang bersangkutan.

Instalasi farmasi akan memesan melalui telepon ataupun melalaui sales obat-obatan yang datang ke rumah sakti. Surat pesanan dibuat rangkap 3. Rangkap pertama diarsiapkan oleh kepala instansi farmasi. Rangkap yang kedua dan yang ketiga diberikan kepada supplier. Surat pesanan ini akan menjadi lampiran yang diberikan bersama faktur pada waktu menagih.

Setelah obat-obatan yang dipesan datang, bagian gudang akan memeriksa jumlah, nama obat dan tanggal kadaluarsanya. Selain itu, dilakukan pencocokan obatan dengan faktur yang diterima dari supplier. Apabila jumlah obat-obatan yang diterima jumlahnya hampir sama dengan penerimaan-penerimaan sebelumnya, bagian gudang tidak meminta keterangan kepada bagian instalasi farmasi. Sesudah pencocokan faktur yang diterima dari supplier dengan obat, bagian gudang akan mencatatnya pada kartu stok.

Faktur yang diterim bagian gudang akan diberikan kepada bagian administrasi. Bagian administrasi akan memasukkan data itu ke komputer. Pembayaran, bagian akuntansi akan mencocokkan faktur dengan surat pesanan yang dibuat.


(49)

Apabila ada penjualan obat-obatan, bagian gudang akan menerima surat lembaran permintaan. Dengan adanya surat lembaran tersebut, bagian gudang akan mencatat penjualan tersebut di kartu stok.

Adapun penjualan obat-obatan dapat dilakukan melalui 2 cara. Cara pertama pasien rawat jalan membeli sendiri obat-obatan itu. Cara kedua pasien rawa inap dapat membeli sendiri ataupun obat dapat diamvilkan oleh petuigas rumah sakit. Pembayaran obat yang diambilkan oleh petugas dapat dilakukan sendiri dalam waktu 2 hari. Apabila jangka waktu itu terlewati, obat itu akan dimasukkan ke dalam tagihan pasien yang harus dibayar waktu pasien itu meninggalkan rumah sakit.

4.1.6. Pengawasan Obat-obatan

Pengawasan fisik merupakan hal yang sangat penting, mengingat persediaan terdiri dari benda-benda fisk yang membutuhkan adanya penjagaan tempat penyimpanan obat-obatan agar tidak tedrjadi pencurian atau kehilangan atas obat-obat tersebut. Obat-obatan yang ada diasuransikan terhadap pencurian dan kebakaran. Setiap hari ada orang yang bertugas mencocokkan jumlah fisik dan catatan komputer secara acak. Stock opname dilakukan tiga-empat kali setahun.

4.2. Deskripsi Hasil Penelitian 4.2.1. Deskripsi Data

Obat-obatan yang diteliti adalah :

a. Albutein (Kelompok Intravenous dan other sterile sulitions)


(50)

Kemasan : vial 20 ml 25%, vial 50 ml 25%, vial 100 ml 25%

b. Albutein (Kelompok Intravenous dan other sterile sulitions) Indikasi : difisiensi albumin

Kemasan : botol infus 50 ml, 100 ml

c. Broadced (Kelompok Antibiotics)

Indikasi : infeksi saluran pernafasan, GIT, GUT, kuliat dan infeksi lainnya Kemasan : dos 1 vial 1.000 mg injeksi

d. Claforan (Kelompok Antibiotics)

Indikasi : infeksi serius dan mengancam jiwa terutama yang disebabkan oleh kuman gram negatif seperti E. coli, H. influenza, klebsiella Spp; aerogenes, citobacter Spp, enterobacter cluacae, bacteroides Spp, shigela Spp, serta kuman gram positif yang resisten terhadap antibiotikum lain sepertu ctaphylococci, streptococci erobik dan anerobik, steptococcus pneumoniae, clostridium Spp.

Kemasan : dos 1 vial 0,5 gr + ampul 2 ml air untuk injeksi; vial 1 gr + ampul 4 ml air.

e. Cefobid (Kelompok Antibiotics)

Indikasi : Infeksi parah terutama disebabkan organisme gram negatif seperti infeksi saluran nafas (atas dan bawah), infeksi saluran


(51)

kemih (atas dan bawah), peritonitis, kolesistitis, kolangitis, infeksi intraabdomal lainnya, septikemia, meningitis, infeksi kulit dan mukos, infeksi tulang dan sendi, penyakit radang pelvis, endometritis, gonorea dan infeksi saluran genital.

Kemasan : dos stiforoam 10 vial 1 gr

f. Cefrom (Kelompok Antibiotics)

Indikasi : infeksi saluran nafas bagian bawah : saluran kemih yang terkomplikasi, kulit dari jaringan lunak; infeksi pada penderita

neutropenic (kecuali yang disebabkan oleh ps. Aerobinosa) dan immunocompromised; septikemia; infeksi berat pada pasien intensive care.

Kemasan : vial 1,433 gr + pelurat ampul 10 ml; vial 2,866 gr + pelurat ampul 20 ml

g. Clacef (Kelompok Antibiotics) Indikasi : antibiotik

Kemasan : 1 vial 500 mg; 1 vial 1 gr untuk injeksi; vial 2 gr + ampul 10 ml air untuk injeksi

h. Ciproxin (Kelompok Antibiotics)

Indikasi : infekisi saluran kemih termasuk sistitis, protatitis uretritis dan servisitis gonore, saluran cerna termasuk demam tifoid dan


(52)

paratifoid, saluran nafas kecuali pneumonia akibat steptokokus, infeksi kulit dan jaringan lunak, tulang dan sendi.

Kemasan : dos 5 x 6 tablet 100 mg; 5 x 10 tablet 500 mg; 5 x 10 tablet 750 mg; botol 100 ml larutan infus 200 mg, botol 200 ml larutan infus 400 mg.

i. Eprex (Kelompok Cardiovascular dan hematoporetic system)

Indikasi : Recombinant human erythropoietin 2000 UI; 4000 UI/ vial injeksi

Kemasan : dos 6 vial 2000 UI; 6 vial 4000 UI

j. Kytril (Kelompok Neuro-Muscular System)

Indikasi : pencegahan mual dan muntah karena pengobatan sitostatik Kemasan : dos 5 ampul 3 mg/ml

k. Maxipime (Kelompok Antibiotics)

Indikasi : saluran pernafasan bawah, kulit dan struktur kulit, saluran kemih, septikemia

Kemasan : injeksi 1 gr, 2 gr

l. Plasbumin (Kelompok Intravenous dan other sterile solutions)

Indikasi : shok hipovelemik, luka bakar, hipoproteinemia dengan atau tanpa edem


(53)

m. Rochepin (Kelompok Antibitics)

Indikasi : infeksi saluran nafas terutama pneumonia, infeksi THT, infeksi ginjal dan saluran kemih, sepsis, meningitis, infeksi pada penderita dengan gangguan mekanisme pertahanan tubuh, pencegahan infeksi perioperasi, infeksi tulang, sendi, jaringan lunak, kulit dan luka, infeksi abdomen (perotonis, infeksi saluran empedu dan saluran cerna), infeksi kelamin terutama gonorhea

Kemasan : dos 1 vial 0,25 gr, 1 vial 0,5 gr, 1 vial 1 gr n. Recormon (Kelompok Cardiova scular dan hematopoietic)

Indikasi : penyembuhan anemia yang berkaitan dengan gagal ginjal kronik pada pasien yang dialis, penyembuhan dari simptom anemia ginjal pada pasien yang tidak dialis

Kemasan : vial

o. Albutein (Kelompok Antibiotics)

Indikasi : penyembuhan infeksi pernafasan atas dan bawah. UTI,

peritonitis, cholecystitis, cholangitis dan infeksi intraabdominal

lain dan infeksi kulit dan struktur kulit Kemasan : vial

p. Sandostatin (Kelompok Cardiovascular dan hormones) Indikasi : kontrol simptom pasien kanker melase


(54)

Kemasan : 5 ampul 0,1 mg/ml

q. Somatostatin (Kelompok Cardiovascular dan hormones)

Indikasi : penyembuhan jaringan pankreas, simptom penyembuhan berlebih dari endokrin dari GIT, penyembuhan haemorrhage akut, akibat dari gastric/duodenal ulcers, haemorrhiac gastritis dan oesphageal varices, yang didapati dari endoscopy

Kemasan : vial 250 mg, 3 mg

r. Tricefin (Kelompok Antibiotics))

Indikasi : saluran pernafasan bagiab bawah, kulit dan struktur kulit, tulang dan sendiri intraabdominal, saluran kemih, meningitis, septikemia, gonore

Kemasan : 1 vial injeksi

s. Toradol (Kelompok Neuro Muscular System)

Indikasi : nyeri akut, nyeri pasca bedah, nyeri kolik/trauma, derajat sedang sampai berat diberikan jangka pendek 2-5 hari

Kemasan : ampul 10 mg, 30 mg

4.2.2. Gambaran Persediaan Obat-obatan

Gambar persediaan awal dan persediaan akhir obat-obatan dapat dilihat dari tabel 4.1. di bawah ini.


(55)

Nama Obat Persediaan Awal (Rp)

Persediaan Akhir (Rp)

Albutein 100 ml 25% 13.389.376 7.303.296

Albumin Behring 100 ml 18.000.000 12.000.000

Broadces 1 gr 2.983.750 10.622.150

Claforan 1 gr 16.909.200 13.889.700

Cafobid 1 gr 2.904.732 2.097.862

Cefrim 1 gr 5.522.000 4.693.700

Clacef 1 gr 3.366.000 187.000

Ciproxin Infus 0,4 gr 3.339.600 4.250.400

Eprex 4.000 Inj Syringe 1.650.000 4.537.500

Kytril 3 mg Inj 735.460 4.596.625

Maxipim Inj 1 gr 3.175.480 4.763.220

Plasbumin 25% 100 ml 3.646.500 4.862.000

Plasbumin 20% 100 ml 8.395.200 1.049.400

Rochephin 1 gr 17.915.424 16.049.234

Recormon 10.000 IU 3.300.000 7.425.000

Sulperason 17.107.860 1.047.420

Sandostatin Inj 6.488.568 10.003.209

Somatostatin UCB 3 mg 880. 000 11.440.000

Tricefin 1 gr 1.557.600 19.989.200

Toradol 30 mg Inj 3.684.186 5.205.915

Toradol 10 mg Inj 1.498.551 4.097.304

(sumber : Rumah Sakit, 2009)

4.2.3. Gambaran Harga Pokok Penjualan

Gambaran harga pokok penjualan obat-obatan dapat dilihat dari tabel 4.2. di bawah ini.


(56)

Tabel 4.2. Harga Pokok Penjualan Obat-obatan

Nama Obat Harga Pokok Penjualan (Rp)

Albutein 100 ml 25% 323.779.456

Albumin Behring 100 ml 249.000.000

Broadces 1 gr 188.573.000

Claforan 1 gr 291.683.700

Cafobid 1 gr 40.827.622

Cefrim 1 gr 14.909.400

Clacef 1 gr 89.386.000

Ciproxin Infus 0,4 gr 89.865.600

Eprex 4.000 Inj Syringe 71.775.000

Kytril 3 mg Inj 16.363.985

Maxipim Inj 1 gr 204.364.820

Plasbumin 25% 100 ml 164.092.500

Plasbumin 20% 100 ml 68.211.000

Rochephin 1 gr 199.309.092

Recormon 10.000 IU 28.050.000

Sulperason 356.122.800

Sandostatin Inj 88.406.739

Somatostatin UCB 3 mg 69.520.000

Tricefin 1 gr 141.741.600

Toradol 30 mg Inj 82.066.578

Toradol 10 mg Inj 28.187.934

(sumber : Rumah Sakit , 2009)

4.2.4. Biaya Pemesanan


(57)

a. Biaya administerasi pemrosesan pesanan, untuk alat tulis kantor untuk surat-surat yang dibutuhkan untuk pemesanan, dihitung dari dokumen surat-surat permintaan obat, surat pemesanan, surat order kurang, retur tanda terima dokumen dan tinta printer dengan total Rp. 211,- / item obat.

b. Biaya ekpedisi untuk pengiriman atau pengambilam obat. Tidak terdapat biaya ini di rumah sakit “X”, karena obat dikirim oleh pihak pemasok.

c. Upah untuk petugas yang mengirim obat maupun pesuruh yang mengambil obat. Pihak rumah sakit tidak pernah memberikan upah semacam ini.

d. Biaya telepon untuk proses pemesanan obat yang digunakan pada bagian pembelian sebesar Rp. 129,- /pemesanan per item obat dan perincian ada di lampiran.

e. Pengeluaran materai Rp. 6000,- dangan asumsi per faktur terdiri 5 item obat.

4.2.5. Biaya Penyimpanan

Biaya penyimpanan meliputi biaya listrik, biaya asuransi dan biaya modal. Adapun perincianya adalah

a. Biaya listrik untuk gudang obat setiap tahunnya sebesar Rp. 10.067.784,-. b. Biaya asuransi yang dikeluarkan setiap tahunnya sebesar Rp. 2.106.052,-.

c. Biaya modal yang dikeluarkan rumah sakit setiap tahunnya sebesar Rp. 1.419.607.255,-0. dengan asumsi bunga bank 6% setiap tahunnya.

4.2.6. Syarat Jumlah Pembelian

Ada obat-obatan yang memiliki syrat jumlah pembelian, seperti kyitril 3 mg inj memiliki jumlah pembelian kelipatan 5, recormon 10,000 IU memiliki


(58)

jumlah kelipatan 10, sandostatin inj memiliki jumlah pembelian kelipatan 5 dan toradol baik toradol 30 mg inj maupun toradol 10 mg inj memiliki jumlah pembelian kelipata 6.

4.2.7. Potongan Harga

Pada obat-obatan yang ada sebagian besar memiliki harga yang tetap (flat) yang berarti berapapun jumlah pembelian obat-obatan itu tetap akan mendapatkan potongan harga yang sama. Namun ada juga obat-obatan yang memiliki potongan harga yang bertingkat, seperti albumin behring 100 ml dalam pembelian kurang dari 10 akan mendapatkan potongan harga 15%, pembelian 10 sampai 19 akan mendapatkan potongan harga 17,5%, pembelian 20 keatas akan mendapatkan potongan harga 20%, oba-obatan yang lain seperti celacef 1 gr juga memiliki potongan harga bertingkat, apabila pembelian kurang dari 50 akan mendapatkan potongan harga 10% dan pembelian di atas 50 akan mendapatkan potongan harga 12,5%, Hal ini berlaku juga pada tricefin 1 gr untuk untuk pembelian di bawah 50 akan mendapatkan potongan harga 10%.dan pembelian di atas 50 akan mendapat potongan harga 12,5%.

4.2.8. Gambaran Jangka Waktu Tunggu

Waktu tunggu atau lamanya waktu tunggu mulai dilakukannya pemesanan baha-bahan sampai dengan kedatangan bahan-bahan yang dipesan tersebut dan diterima di gudang persediaan di rumah sakit ini adalah 1 hari.


(59)

4.3. Analisis dan Pembahasan

Metode ini memiliki ketebatasan asumsi yang seharusnya dipenuhi seperti permintaan diketahui dengan pasti dan relatif konstan sepanjang waktu, harga per unit produk adalah konstan, biaya penyimpana konstan pertahun adalah konstan. Karena adanya keterbatasan itu, penulis menggunakan asumsi realivitas di mana bila ada varian yang kecil akan diasumsikan konstan.

Asumsi pertama adalah permintaan diketahui dengan pasti dan relatif konstan sepanjang waktu. Hal ini dapat dilihat pada lampiran 5 dari lampiran ini dapat dilihat bahwa hanya ada 5 yang memenuhi asumsi pertama ini yaitu claforan 1gr, maxipim inj 1 gr, plasbumin 25% 100 ml, andostatin inj dan toradol 30 mg inj.

Asumsi kedua adalah harga per unit produk adalah konstan, pada kenyataannya, harga per unit produk memang ada yang tidak konstan tapi sebagian besar konstan. Hal ini dapat terjadi karena adanya diskon yang tetap (flat) untuk sebagian besar obat. Hanya ada 3 obat (albuming behring 100 ml, clacef 1 gr dan tricefin 1 gr) yang memiliki diskon bertingkat/diskon yang bergantung pada jumlah pembelian mempengaruhi harga per unit produk. Harga per unit obat dapat dilihat pada lampiran 6. Dari lampiran ini dapat dilihat bahwa yang tidak memenuhi asumsi kedua adalah albumin behring 100 ml, broad ced 1 gr, maxipim inj 1 gr, phsbumin 25% 100 ml dan recormon 10000 IU.

Jadi obat yang memenuhi kedua asumsi itu adalah elaforan 1 gr, sandostatin inj dan toradol 30 mg inj.


(60)

Biaya pemesanan relatif konstan karena rumah sakit memiliki supplier obat yang tepat sehingga pola supplier itu sudah diketahui rumah sakit dengan baik.

Pada bagian ini akan dibahas tentang analisa permasalahan dan penyelesaiannya dengan menggunakan beberapa model perhitungan.

4.3.1. Karakteristik Obat-obatan Dilihat dari Aspek Turnover

Untuk menghitung inventory turnoverl tingkat perputaran persediaan :

inventory turnoverl = Harga Pokok Penjualan : Persediaan Rata-rata. Dimana

persediaan rata-rata didapat dari (persediaan awal + persediaan akhir) : 2

Tabel 4.3. Perhitungan Persediaan Rata-rata Nama Obat Persediaan awal

(Rp)

Persediaan akhir (Rp)

Persediaan Rata-rata (Rp) Albutein 100 ml 25% 13.389.376 7.303.296 10.346.336 Albumin Behring 100 ml 18.000.000 12.000.000 15.000.000

Broadces 1 gr 2.983.750 10.622.150 6.802.950

Claforan 1 gr 16.909.200 13.889.700 15.399.450

Cafobid 1 gr 2.904.732 2.097.862 2.501.297

Cefrim 1 gr 5.522.000 4.693.700 5.107.850

Clacef 1 gr 3.366.000 187.000 1.776.500

Ciproxin Infus 0,4 gr 3.339.600 4.250.4000 3.795.000 Eprex 4.000 Inj Syringe 1.650.000 4.537.500 3.093.750

Kytril 3 mg Inj 735.460 4.596.625 2.666.043

Maxipim Inj 1 gr 3.175.480 4.763.220 3.969.350

Plasbumin 25% 100 ml 3.646.500 4.862.000 4.254.250 Plasbumin 20% 100 ml 8.395.200 1.049.400 4.722.300


(61)

Recormon 10.000 IU 3.300.000 7.425.000 5.362.500

Sulperason 17.107.860 1.047.420 9.077.640

Sandostatin Inj 6.488.568 10.003.209 8.245.889

Somatostatin UCB 3 mg 880.000 11.440.000 6.160.000

Tricefin 1 gr 1.557.600 19.989.200 10.773.400

Toradol 30 mg Inj 3.684.186 5.205.915 4.445.051

Toradol 10 mg Inj 1.498.551 4.097.304 2.797.928

(sumber : internal rumah sakit, diolah oleh penulis)

Dari tabel diatas dapat dilihat bahwa persediaan rata-rata yang ada di atas Rp. 10.000.000,- adalah albutein 100 ml 25%, albumin behring 100 ml, claforan 1 gr, rochephin 1 gr dan tricefin 1 gr. Sedangkan obat yang lain memiliki persediaan rata-rata dibawah Rp. 10.000.000,-.

Untuk melihat perhitungan tingkat perputaran persediaan lebih lanjut dapat dilihat pada tabel 4.4. dibawah ini

Tabel 4.4. Tingkat Perputaran Persediaan

Nama Obat Persediaan

Rata-rata (Rp)

Tingkat Perputaran Persediaan

Albutein 100 ml 25% 10.346.336 31,29

Albumin Behring 100 ml 15.000.000 16,6

Broadces 1 gr 6.802.950 27,72

Claforan 1 gr 15.399.450 18,94

Cafobid 1 gr 2.501.297 16,32

Cefrim 1 gr 5.107.850 2,92

Clacef 1 gr 1.776.500 50,32


(62)

Eprex 4.000 Inj Syringe 3.093.750 23,2

Kytril 3 mg Inj 2.666.043 6,14

Maxipim Inj 1 gr 3.969.350 51,49

Plasbumin 25% 100 ml 4.254.250 38,57

Plasbumin 20% 100 ml 4.722.300 14,44

Rochephin 1 gr 16.982.329 11,74

Recormon 10.000 IU 5.362.500 5,23

Sulperason 9.077.640 39,23

Sandostatin Inj 8.245.889 10,72

Somatostatin UCB 3 mg 6.160.000 11,29

Tricefin 1 gr 10.773.400 13,16

Toradol 30 mg Inj 4.445.051 18,46

Toradol 10 mg Inj 2.797.928 10,07

(sumber : internal rumah sakit, diolah oleh penulis)

Dari tabel diatas, obat-obatan dapat digolongkan menjadi 3 golongan. Golongan pertama merupakan golongan yang memiliki tingkat perputaran persediaan yang rendah. Tingkat perputaran yang rendah yaitu tingkat perputaran persediaan dibawah 12. Tingkat persediaan dibawah 12 berarti perputaran persediaan diatas 1 bulan. Adapun obat-obatan yang memiliki tingkat perputaran yang rendah adalah cefrom 1 gr, kytril 3 mg inj, rochephin 1 gr, recormon 10.000 IU, sandostatin inj, somatostatin ucb 3 mg inj merupakan obat untuk mencegah mual dan muntah karena pengobatan sitostatika (terapi untuk pasien kanker). Obat ini termasuk tingkat perputaran rendah sebab rumah sakit ini lebih dikenal untuk pengobatan paru daripada kanker. Rochephin 1 gr termasuk dalam golongan ini karena kandungan obatnya sama dengan broadced 1 gr namun obat ini lebih


(63)

mahal. Recormon 10.000 IU termasuk golongan ini karena harganya yang mahal. Obat ini digunakan untuk menyembuhkan anemia yang berkaitan dengan pasien yang cuci darah (dialis). Sandostatin digunakan untuk orang yang menderita kanker kulit. Somatostatinucb 3 mg termasuk obat yang mahal. Toradol 10 mg inj merupakan obat-obatan untuk jaringan otot, dipakai untuk meredakan nyeri termasuk nyeri pasca bedah. Kemungkinan kandungannya yang lebih kecil dibandingkan toradol 30 mg inj membuat obat ini termasuk golongan ini.

Golongan yang kedua adalah golongan yang memiliki tingkat perputaran persediaan sedang. Tingkat perputaran persediaan yang sedang yaitu tingkat perputaran persediaan yang ada diantara 12 dan 24. Obat-obatan yang memiliki tingkat perputaran persediaan sedang adalah labumin behring 100 ml, claforan 1 fr, cefobid 1 gr, ciproxin indus 0,4 gr, eprex 4.000 inj syringe, plasbumin 20% 100 ml, tricefin 1 gr dan toradol 30 mg inj. Obat-obatan yang termasuk golongan ini harganya sebagian besar lebih murah dari golongan obat-obatan tingkat perput aran rendah tapi lebih mahal dari golongan tingkat perputaran tinggi. Juga disini ada obat albumin behring 1oo ml dan plasbumin 20% 100 ml yang merupakan obat yang penting yang tidak dapat digantikan dengan obat lain. Eprex 4.000 inj syringe merupakan obat untuk mengobati kelainan pada eritrosit (darah). Meskipun harganya mahal tapi dibutuhkan oleh orang yang menderita kelainan pada darahnya.

Golongan yang terakhir adalah golongan yang memiliki tingkat perputaran persediaan tinggi. Tingkat perputaran persediaan yang tinggi yaitu tingkat perputaran persediaan diatas 25. Obat-obatan yang memiliki tingkat perputaran persediaan yang tinggi adalah albutein 100 ml 25%, broadced 1 gr, clacef 1 gr ,


(64)

maxipim inj 1 gr, plasbumin 25% 100 ml dan suplerason 1 gr. Obat-obatan ini termasuk golongan obat-obatan tingkat perputaran tinggi karena harganya yang murah. Albutein 100 ml 25% dan palsbumin 25% 100 ml termasuk dalam golongan obat ini karena kandungan obatnya yang lebih banyak dari albumin behring 100 ml dan plasbumin 20% 100 ml. broadced 1 gr merupakan obat untuk saluran nafas yang paling murah dibandingkan obat lainnya. Clecef 1 gr merupakan obat antibiotika yang paling murah. Sulperason 1 gr merupakan obat untuk saluran nafas dan bawah dibandingkan dengan tricefin 1 gr yang hanya untuk mengobati saluran nafas bawah saja.

4.3.2. Menentukan Persediaan Obat yang Optimal 4.3.2.1. Menentukan Jumlah Pembelian Optimal

Dari obat-obatan yang ada diatas hanya 3 obat yang memenuhi asumsi-asumsi dari kuantitas pesanan ekonomis (EOQ) yaitu claforan 1 gr, sandostatin inj dan toradol 30 mg inj. Hanya obat-obatan inilah yang akan dihitung kuantitas pesanan ekonomisnya (EOQ) dan persediaan pengamanannya.

a. Obat-obatan tingkat perputaran rendah

Obat-obatan yang termasuk golongan yang memiliki tingkat perputaran rendah adalah sandostatin inj.

Adapun perhitungan kuantitas pesanan ekonomis (EOQ) sandostatin inj adalah : Jumlah penggunaan obat selama 1 tahun =327 unit

Biaya pesan setiap kali pesan Rp. 959,- Biaya penyimpanan setiap tahun Rp. 750,-

29 959 327 2

x x Q


(1)

Lampiran 1

Biaya Pemesanan 1. Biaya Administrasi, alat tulis dan kertas

Macam Surat

Permintaan Obat Rp. 44 Surat Pesanan Rp. 44 Surat Order Kurang, Retur Rp. 110

Pita Printer Rp. 13

Total Rp. 211,-

2. Biaya Telepon

Biaya Telepon 1 tahun = Rp. 4.272.826,- Rata-rata = Rp. 388.439,-

Rata-rata pemesanan dalam 1 bulan = 600 pesanan Rata-rata tiap kali pesan = 5 macam obat

Per kali pesan per item obat = Rp. 129,- 3. Materai

Per materai Rp. 3.000,-

Asumsi 5 item obat/faktur RP. 6.000,- 4. Biaya listrik kantor

Per 1 bulan = Rp. 57.343,- Per 1 bulan ada 600 pesanan Tiap pesanan ada 5 macam obat

Rata-rata biaya listrik per kali pesan per item obat = Rp. 19,- Total biaya pemesanan per item per pesanan = RP. 959,-


(2)

Lampiran 2

Biaya Penyimpanan 1. Listrik

Biaya asuransi gudang medis per tahun = 10.067.784 2. Biaya asuransi

Total nilai bangunan dan barang = 39.275.000.000 Nilai bangunan gudang medis = 112.500.000 Nilai barang gudang medis = 1.419.607.255

1.532.107.255 (0,040)

(0,040 x

Biaya asuransi total per tahun = 53.987.87153.987.871 Biaya asuransi gudang medis per tahun = 2.106.052

3. Biaya Modaed

Asumsi bunga bank per tahun 6%

Modal per tahun = 1.419.607.255 Jumlah biaya penyimpanan per tahun = 1.341.781.091 Jumlah obat keseluruhan selama 1 tahun = 2.391.654 Jumlah obat yang diteliti selama 1 tahun = 15.667

Persentase obat yang diteliti = 0.007 (15.667 : 2.391.654) Jadi jumlah biaya penyimpanan obat yang diteliti selama 1 tahun =

Rp. 10.022.468,-


(3)

Lampiran 3

Lamanya Obat Tersimpan di Gudang Nama Obat Tingkat Perputaran

Persediaan

Lama Obat Tersimpan di Gudang

Albutein 100 ml 25% 31,29 12

Albumin Behring 100 ml 16,6 22

Broadces 1 gr 27,72 13

Claforan 1 gr 18,94 19

Cafobid 1 gr 16,32 22

Cefrim 1 gr 2,92 125

Clacef 1 gr 50,32 7

Ciproxin Infus 0,4 gr 23,68 15

Eprex 4.000 Inj Syringe 23,2 16

Kytril 3 mg Inj 6,14 59

Maxipim Inj 1 gr 51,49 7

Plasbumin 25% 100 ml 38,57 9

Plasbumin 20% 100 ml 14,44 25

Rochephin 1 gr 11,74 31

Recormon 10.000 IU 5,23 70

Sulperason 39,23 9

Sandostatin Inj 10,72 34

Somatostatin UCB 3 mg 11,29 32

Tricefin gr 13,16 28

Toradol 30 mg Inj 18,46 20

Toradol 10 mg Inj 10,07 36

Rata-rata lama obat 29


(4)

Lampiran 4

Biaya Penyimpanan Obat yang Diteliti

Jumlah biaya penyimpanan obat yang diteliti selama 1 tahun = Rp. 10.022.468,- Biaya simpan claforan 1 gr adalah :

obat jumlah obat x

lama rata -Rata

gudang

di mpan obat tersi Lama

x biaya penyimpanan 1 tahun

15667 29

19

x x 10.022.468 = 419

Jadi biaya simpan claforan 1 gr adalah Rp. 419,-

Biaya simpan sandostatin inj adalah :

obat jumlah obat x

lama rata -Rata

gudang

di mpan obat tersi Lama

x biaya penyimpanan 1 tahun

15667 29

34

x x 10.022.468 = 750

Jadi biaya simpan sandostatin inj adalah Rp. 750,-

Biaya simpan toradol 30 mg inj adalah :

obat jumlah obat x

lama rata -Rata

gudang

di mpan obat tersi Lama

x biaya penyimpanan 1 tahun

15667 29

20

x x 10.022.468 = 441


(5)

Lampiran 5

Permintaan Obat-obatan Selama 1 Tahun

Nama Obat

Jumlah Permintaan

2002

Jumlah Permintaan

2003

Varian

Albutein 100 ml 25% 328 266 -0,23308

Albumin Behring 100 ml 40,92 249 -0,64337

Broadces 1 gr 968,4 1580 0.38709

Claforan 1 gr 1168 1449 0,19393

Cafobid 1 gr 1406 253 -4,55731

Cefrim 1 gr 176,4 54 -2,26667

Clacef 1 gr 542 956 0,43305

Ciproxin Infus 0,4 gr 122,4 296 0,58649

Eprex 4.000 Inj Syringe 116,4 174 0,33103

Kytril 3 mg Inj 25,2 89 0,71685

Maxipim Inj 1 gr 996 901 -0,10544

Plasbumin 25% 100 ml 136,8 135 -0,01333

Plasbumin 20% 100 ml 25,2 65 0,61231

Rochephin 1 gr 1424,4 1068 -0,33371

Recormon 10.000 IU 0 34 1

Sulperason 1382,4 2040 0,32235

Sandostatin Inj 310,6 327 0,05015

Somatostatin UCB 3 mg 6 79 0,92405

Tricefin gr 297 1092 0,72802

Toradol 30 mg Inj 3223,2 3074 -0,04854

Toradol 10 mg Inj 150 1486 0,89900


(6)

Lampiran 6

Harga per Unit Obat Januari Pebruar

i Maret April Mei Juni Juli Agustu s Septem ber Oktobe r Nopem ber Desem ber Rata-rata Batas Bawah Batas Atas Albutein 100 ml 25% 1.217.2 16 1.217.2 16 1.217.2 16 1.217.2 16 1.217. 216 1.107.6 67 1.217.2 16 1.217.2 16 1.207.6 89 1.207.6 89 122.13 4 1.217.2 16 1.115.2 42 892.194 1.339.2 91 Albumin Behring 100 ml 902.91 7 1.099.0 48 950.637

954.66 4

1.079. 925

863940 863.94

0 1.052.9 26 1.029.6 99 1.031.8 20 1.032.6 99 902.91 7 980.42 8 784.342 1.176.5 13

Broadces 1 gr 103.84

4 103.844 67.435 123.06 5 132.00 0 125.66 7 125.40 0 125.40 0125.400 125.40 0 125.40 0 103.84 4 115.55

8 92.447 138.670 Claforan 1 gr 164.78

3 165.118 172.214 173.97 9 192.04 0 192.04 0 192.04 0 192.04 0187.133 186.40 0 187.36 4 164.78 3 180.82

8 144.662 216.993 Cafobid 1 gr 147.66

6 150.569 161.374 146.94 7 177.49 2 177.49 2 177.49 2 177.49 2177.492 177.49 2 177.49 1 147.66 0 166.38

8 133.110 199.665 Cefrim 1 gr 271.79

3 271.793 271.793 271.79 3 271.79 3 268.83 9 268.83 9 268.83 9269.495 269.49 5 269.49 5 271.79 3 270.48

0 216.384 324.576 Clacef 1 gr 95.740 95.740 74.418 84.733 97.185 82.800 82.800 85.165 87.807 87.807 87.807 95.740 88.145 70.516 105.774 Ciproxin Infus

0,4 gr

274.93

6 276.262 284.180 278.42 0 324.50 0 305.03 0 305.03 0 305.03 0305.030 305.03 0 305.03 0 274.93 6 295.28

5 236.228 354.342 Eprex 4.000

Inj Syringe

375.00

0 393.750 403.125 375.00 0 412.50 0 412.50 0 412.50 0 412.50 0412.500 412.50 0 412.50 0 375.00 0 400.78

1 320.625 480.938 Kytril 3 mg Inj 183.86

5 206.542 206.542 206.54 2 189.38 1 189.38 1 189.38 1 189.38 1179.911 179.91 1 179.91 1 183.86 5 190.38

4 152.308 228.461 Maxipim Inj 1

gr

359.36

6 206.080 202.70 201.24 8 232.54 0 220.91 3 220.91 3 220.91 3220.913 220.91 3 221.47 7 359.36 6 240.61

0 192.488 288.732 Plasbumin

25% 100 ml

1.300.7 16 1. 3 05.692 1.300.2 03 1.300.0 3 1.215. 500 1.215.5 00 1.215.5 00 742.50 0 1.300.0 00 1.309.1 54 1.324.0 74 1.300.7 16 1.235.7 98 988.638 1.482.9 57 Plasbumin

20% 100 ml

1.086.5 00 1.150.3 20 1.086.5 00 1.150.3 20 1.049. 400 1.038.9 06 1.038.9 06 1.020.2 00 1.166.0 00 1.166.0 00 1.166.0 00 108.50 0 1.100.4 67 880.370 1.320.5 55 Rochephin 1 gr 187.02

2 187.058 198.994 205.33 7 205.28 0 205.28 0 164.22 4 205.28 0205.280 205.28 0 205.28 0 187.02 2 196.77

8 157.422 236.134 Recormon

10.000 IU

734.58

0 734.580 905.108 100.05 6 918.22 5 918.22 5 941.18 1 941.18 0941.180 941.18 0 941.18 0 734.58 0 812.60

5 650.048 975.126 Sulperason 1

gr

158.06

5 166.375 174.576 147.97 9 192.02 7 182.42 6 182.42 6 182.42 5182.426 182.42 6 182.42 6 158.05 6 174.30

3 139.442 209.164 Sandostatin Inj 240.07

0 270.357 270.357 242.26 3 270.35 7 263.59 8 263.59 7 263.59 7263.598 263.59 7 263.59 7 240.07 0 259.58

8 207.671 311.506 Somastotatin

ucb 3 mg

880.00

0 710.417 804.620 797.89 8 907.50 0 816.75 0 816.75 0 816.75 0816.750 816.75 0 816.75 0 880.00 0 823.41

1 658.729 988.094 Tricefin 1 gr 120.03

0 138.458 120.444 144.94 4 134.80 5 114.85 0 111.56 8 118.13 1121.058 121.05 0 120.45 8 120.03 0 123.81

9 99.055 148.583 Toradol 30 mg

inj 22.571 22.109 23.764 23.975 28.032 23.126 24.283 24.282 23.860 23.859 24.126 22.571 23.880 19.104 28.656 Toradol 10 mg

inj 16.853 16.730 17.508 17.240 19.917 16.432 16.432 16.432 16.432 16.431 16.431 16.853 16.974 13.579 20.369 (Sumber : internal rumah sakit, diolah oleh penulis)