disebut pseudoporsio. Pada sarung tangan terdapat lendir dan darah. Harus dibedakan dengan prolapsus rektum.
3. Pemeriksaan Rontgen Foto polos abdomen dapat menunjukkan padatan di daerah invaginasi.
Dibuat dalam 2 arah, posisi supine dan lateral dekubitus kiri. Posisi lateral dekubitus kiri ialah posisi penderita yang dibaringkan dengan
bagian kiri di atas meja dan sinar dari arah mendatar. Dengan posisi ini, selain untuk mengetahui invaginasi juga dapat mendeteksi adanya
perforasi. Gambaran X-ray pada invaginasi ileo-coecal memperlihatkan daerah bebas udara yang fossa iliaca kanan karena
terisi massa. Pada invaginasi tingkat lanjut kelihatan air fluid levels. 4. Reposisi barium enema:
Reposisi hidrostatik dengan cara memasukkan barium melalui anus menggunakan kateter dengan tekanan hidrostatik tidak boleh melewati
satu meter air dan tidak boleh dilakukan pengurutan atau penekanan manual di perut sewaktu dilakukan reposisi hidrostatik, dapat
dikerjakan sekaligus sewaktu diagnosis Rontgen ditegakkan, syaratnya adalah keadaan umum mengizinkan, tidak ada gejala dan tanda
rangsangan peritoneum, anak tidak toksik, dan tidak terdapat obstruksi tinggi. Pengelolaan berhasil jika barium kelihatan masuk ileum.
2.2.8. Pemeriksaan penunjang
Pemeriksaan penunjang yang dapat dilakukan, yaitu foto polos abdomen dan reposisi barium enema Latief, dkk., 2005.
1. Foto polos abdomen memperlihatkan bagian proksimal invaginasi
banyak udara sedangkan bagian kanan kosong. 2.
Reposisi barium enema di bawah fluoroskopi didapati gambaran cupping dari invaginasi pemeriksaan ini kontraindikasi bila sudah
terdapat tanda- tanda peritonitis.
Universitas Sumatera Utara
Penatalaksaan
Penatalaksaan dapat dilakukan dengan reposisi barium enema dan reposisi operatif Pickering, 2000 dan Jong, 2004:
1. Pertama kali dibawa ke rumah sakit, bayi kemungkinan mengalami
dehidrasi dan memerlukan terapi cairan intravena secepatnya. Nasofaringeal Tube bisa digunakan pada bayi dengan perut yang
kosong. 2.
Reduksi invaginasi dilakukan dengan barium enema yang menggunakan prinsip hidrostatik. Reduksi dengan barium enema
hanya dilakukan bila tidak ada distensi yang hebat, tanda peritonitis, dan demam tinggi. Akan tampak gambaran cupping dan coiled spring
yang menghilang bersamaan dengan terisinya ileum oleh barium. Reduksi dengan barium enema dikatakan berhasil bila sudah mencapai
ileus terminal. 3.
Selain barium enema, terdapat reduksi manual pada operasi. Reduksi ini dilakukan bila terjadi perforasi, peritonotis dan tanda- tanda
obstruksi dan biasanya pada invaginasi yang sudah berlangsung 48 jam.
4. Kebanyakan anak yang dirawat sebelum dari 24 jam sembuh dari
invaginasi tanpa komplikasi. Dalam 48 jam setelah operasi anak akan dimonitor, anak akan menggunakan mesin untuk memonitor
temperatur, denyut jantung dan respirasi. Setidaknya selama 48 jam pertama, anak tidak bisa makan atau minum agar ususnya istirahat.
Anak akan mendapatkan terapi cairan untuk mencegah dehidrasi. Anak juga akan mendapat Nasofaringeal Tube untuk mengambil cairan di
dalam perut. Saat cairan dari Nasofaringeal Tube bersih dan jumlah cairan berkurang, anak bisa mulai makan sesuatu.
Universitas Sumatera Utara
BAB 3 KERANGKA KONSEP DAN DEFENISI OPERASIONAL
3.1 Kerangka Konsep Penelitian