2.2 Fitoplankton dan Klorofil-a
Fitoplakton adalah tumbuhan berukuran sangat kecil dan hidupnya terapung atau melayang-layang dalam kolom perairan, sehingga pergerakannya
dipengaruhi oleh pergerakan air Odum,1971. Fitoplankton sebagai tumbuhan sel tunggal berukuran mikroskopik yang sangat berperan dalam menunjang
kehidupan di dalam perairan dan berfungsi sebagai sumber makanan organisme perairan dapat digunakan sebagai salah satu kajian untuk menduga sebaran
konsentrasi klorofil-a pada perairan. Menurut Nontji 1984, berbagai faktor lingkungan yang mempengaruhi besarnya biomassa, produktifitas ataupun suksesi
fitoplankton adalah suhu, salinitas, cahaya, dan hara. Klorofil-a adalah zat hijau daun yang terkandung dalam fitoplankton yang
berperan sebagai pigmen terpenting karena berfungsi untuk melakukan proses fotosintesis. Sebaran klorofil-a di laut bervariasi secara geografis maupun
kedalaman perairan. Variasi ini disebabkan oleh perbedaan intensitas cahaya matahari dan konsentrasi nutrien di perairan. Sebaran konsentrasi klorofil-a lebih
tinggi pada perairan pantai dan pesisir, serta rendah diperairan lepas pantai, namun pada daerah-daerah tertentu di perairan lepas pantai dijumpai konsentrasi
klorofil-a dalam jumlah yang cukup tinggi. Keadaan ini disebabkan oleh tingginya konsentrasi nutrien yang dihasilkan melalui proses terangkatnya nutrien dari
lapisan dalam ke lapisan permukaan Valiela,1984 dalam Masrikat et al., 2009.
Kandungan klorofil-a juga digunakan sebagai ukuran jumlah fitoplankton pada suatu perairan dan dapat digunakan sebagai petunjuk produktifitas perairan.
Melimpahnya nutrien dari runoff dan pendaurulangan di daerah pantai menyebabkan produktifitasnya tinggi. Tingginya produktifitas 100-160 gC m
-2
thn
-1
merupakan penyangga populasi zooplankton dan organisme bentos Nybakken, 1988.
Dari distribusi vertikal klorofil di laut dapat terlihat secara keseluruhan konsentrasi klorofil maksimal ditemukan di daerah permukaan atau dekat daerah
permukaan dan diwaktu yang lain dapat ditemukan di daerah kedalaman ephotik atau di bawahnya. Zona eufotik tebalnya bervariasi dari beberapa puluh sentimeter
pada perairan yang keruh hingga lebih dari 150 meter pada perairan yang jernih
Parsons et al., 1984.
Menurut Robinson 1985 perairan berdasarkan sifat optisnya dibagi menjadi dua tipe yaitu tipe perairan 1 dan tipe perairan 2. Perairan tipe 1
merupakan perairan dimana komponen optik didominasi oleh fitoplankton dan produk-produk degradasinya. Perairan tipe 2 didominasi oleh sedimen tersuspensi
suspended sediment non organik atau yellow substant. Gaol dan Sadhotomo 2007 menyatakan distribusi horizontal klorofil-a rata-rata bulanan di Laut Jawa
menunjukkan konsentrasi klorofil-a lebih tinggi di perairan sekitar pantai dan semakin jauh dari pantai konsentrasi klorofil semakin kecil. Konsentrasi klorofil-a
dibagian timur Laut Jawa yakni di sekitar pantai Kalimantan lebih tinggi dibandingkan dengan wilayah Laut Jawa bagian tengah.
Secara temporal, puncak konsentrasi klorofil-a terjadi pada bulan Desember sampai dengan Maret yaitu pada saat musson barat laut dimana pada
saat itu curah hujan relatif tinggi. Masukkan material termasuk unsur-unsur nutrien dari limpasan sungai-sungai khususnya pada musim penghujan diduga
merupakan salah satu faktor penyebab tingginya konsentrasi klorofil-a di Laut Jawa Sadhotomo, 2006 dalam Gaol dan Sadhotomo, 2007.
2.3 Suhu Permukaan Laut