2.3 Suhu Permukaan Laut
Suhu merupakan suatu besaran fisika dimana banyaknya bahang energi panas terkandung dalam suatu benda. Suhu air laut pada daerah permukaan
sangat tergantung dari jumlah bahang yang diterima dari sinar matahari. Menurut Hutabarat dan Evans 1986 pembagian SPL secara horizontal akan sangat
tergantung pada letak lintangnya. Semakin tinggi letak lintangnya, maka nilai SPL nya akan semakin rendah, karena daerah ekuator menerima lebih banyak radiasi
matahari dari pada di daerah berlintang tinggi. Nilai suhu mengalami perubahan terhadap kedalaman. Hal ini diakibatkan oleh adanya variasi antara bahang yang
diserap, efek konduksi dari bahang, permukaan air yang selalu bergerak oleh arus, dan gerak vertikal air laut Hutabarat dan Evans, 1986
Menurut Hutabarat dan Evans 1986 ada tiga faktor yang menyebabkan daerah tropik lebih banyak menerima bahang dari pada daerah kutub, yaitu:
1. Sinar matahari yang merambat melalui atmosfer sebelum sampai di daerah
kutub akan banyak kehilangan bahang dibandingkan dengan daerah ekuator akibat jarak yang ditempuh sinar matahari ke daerah kutup lebih jauh
dibandingkan dengan daerah ekuator. 2.
Di daerah kutub, sinar matahari yang sampai di permukaan bumi akan tersebar pada daerah yang lebih luas daripada daerah ekuator. Hal ini terjadi
akibat bentuk bumi yang bulat sehingga pada daerah ekuator sinar matahari akan terpusat sedangkan pada daerah kutup sinar matahari akan menyebar.
3. Permukaan bumi di daerah kutub banyak menerima bahang yang
dipantulkan kembali ke atmosfer. Perbedaaan tersebut sebenarnya diakibatkan oleh sudut relatif matahari yang mencapai permukan bumi.
Fluktuasi SPL di Laut Jawa relatif kecil, perbedaan antara suhu maksimum dan minimum kurang dari 2⁰C dengan rata-rata berkisar antara 27⁰C-29⁰C Potier,
1998 dalam Atmadja et al, 2003. Distribusi SPL secara horizontal biasanya berhubungan dengan fenomena musiman. Pada musim angin timur terlihat jelas
SPL lebih dingin, hal ini menunjukkan adanya massa air dari bagian laut dalam, yaitu: Samudera Pasifik masuk ke Laut Jawa melalui Laut Flores dan Selat
Makassar. Laut Jawa relatif lebih panas pada angin muson barat dibandingkan pada muson timur Potier, 1998 dalam Atmadja et al, 2003.
Gaol dan Sadhotomo 2007 menyatakan pergerakan angin muson menyebabkan variasi SPL Laut Jawa, dimana pada saat periode muson tenggara
musim timur, angin dan arus di Laut Jawa bergerak dari timur ke barat membawa massa air yang relatif lebih dingin masuk ke arah barat. Rata-rata SPL
di Laut Jawa adalah 27.25
o
-28.25
o
C dengan SPL yang lebih tinggi berada di sebelah barat sedangkan pada periode muson barat laut musim barat massa air
dari Laut Cina Selatan mengisi Laut Jawa dan mendorong massa air ke arah timur sesuai dengan arah pergerakan angin dan arus.
2.4 Penginderaan Jauh untuk Mendeteksi Klorofil-a dan SPL