3.4. Analisis Data 3.4.1.
Analisis Konsentrasi Klorofil-a dan Sebaran SPL
Sebaran konsentrasi klorofil-a dan SPL dari citra Aqua MODIS dianalisis secara spasial dan temporal. Analisis spasial dilakukan secara visual dengan
melihat pola persebaran konsentrasi klorofil-a dan SPL setiap bulannya di Laut Jawa. Pola persebaran ini terlihat dari pola degradasi warna konsentrasi klorofil-a
dan SPL. Analisis temporal konsentrasi klorofil-a dan SPL dilakukan secara serial tahunan dimana kedua nilai rata-rata parameter ini dimasukkan kedalam grafik.
Fluktuasi dari nilai rata-rata kedua parameter ini memperlihatkan fenomena yang terjadi selama periode penelitian.
3.4.2. Analisis Korelasi Konsentrasi Klorofil-a dan Sebaran SPL dengan
Hasil Tangkapan Ikan
Hubungan antara konsentrasi klorofil-a dan sebaran SPL dengan hasil tangkapan ikan dilakukan dengan analisis korelasi linear. Analisis korelasi linear
merupakan ukuran hubungan linear antara dua peubah acak X dan Y, dan dilambangkan dengan r Walpole, 1982. Peubah acak X merupakan nilai dari
konsentrasi klorofil-a dan SPL. Sedangkan peubah acak Y merupakan nilai CPUE hasil tangkapan. Ukuran korelasi linear antara dua peubah yang paling banyak
digunakan adalah koefisien korelasi momen-hasil kali Pearson atau korelasi Pearson
. Adapun rumus korelasi Pearson sebagai berikut Walpole, 1982:
r = ......... 5
Keterangan : r
= Korelasi Pearson
X = SPL dan klorofil-a
Y = CPUE ikan pelagis
Hubungan linear sempurna terjadi antara nilai-nilai X dan Y bila nilai r = +1 atau -1. Bila nilai r mendekati nilai tersebut maka terdapat korelasi yang
tinggi antara kedua variabel, sedangkan bila nilai r mendekati nol maka hubungan linear antara nilai X dan Y sangat lemah atau tidak ada sama sekali. Nilai r²
memperlihatkan koefisien determinasi contoh yang menjelaskan bilangan yang menyatakan proporsi keragaman total nilai-nilai peubah Y nilai CPUE yang
dapat dijelaskan oleh nilai-nilai peubah X SPL dan klorofil-a melalui hubungan linear Walpole, 1982.
26
4. HASIL DAN PEMBAHASAN
4.1 Distribusi SPL secara Spasial dan Temporal
Pola distribusi SPL sangat erat kaitannya dengan pola angin yang bertiup pada suatu daerah. Wilayah Indonesia sendiri dipengaruhi oleh angin musim
monsoon yaitu angin musim barat dan angin musim timur. Pada saat musim barat Desember – Februari SPL di Laut Jawa dipengaruhi oleh massa air yang
berasal dari Laut Cina Selatan dan bergerak mendorong massa air yang berasal dari Laur Flores dan Selat Makassar. Hal ini berdampak pada distribusi SPL di
Laut Jawa Gambar 6. Musim barat adalah musim dimana bumi belahan utara sedang berlangsung musim dingin dan bumi belahan selatan sedang berlangsung
musim panas Nontji, 2005. Bulan Desember merupakan awal dari musim barat dimana terlihat SPL
Laut Jawa masih relatif hangat dengan kisaran SPL antara 30°C - 31°C Gambar 6. Laut Jawa bagian timur terlihat lebih hangat dari pada Laut Jawa bagian barat
yang didominasi oleh SPL sebesar 31°C. Pada wilayah Laut Jawa bagian barat memiliki SPL yang relatif lebih rendah dari daerah Laut Jawa bagian lainnya
dengan nilai SPL lebih rendah dari 30°C. Hal ini diduga terjadi karena masih adanya pengaruh dari massa air musim sebelumnya yaitu musim peralihan 2
dimana arah angin pada bulan Desember masih dominan bertiup dari arah timur ke barat. Bulan Januari dan Februari merupakan puncak dari musim barat dimana
angin secara penuh sudah mengarah ke timur menyusuri Laut Jawa ke arah Laut Flores dan Selat Makassar.