Distribusi SPL secara Spasial dan Temporal

26

4. HASIL DAN PEMBAHASAN

4.1 Distribusi SPL secara Spasial dan Temporal

Pola distribusi SPL sangat erat kaitannya dengan pola angin yang bertiup pada suatu daerah. Wilayah Indonesia sendiri dipengaruhi oleh angin musim monsoon yaitu angin musim barat dan angin musim timur. Pada saat musim barat Desember – Februari SPL di Laut Jawa dipengaruhi oleh massa air yang berasal dari Laut Cina Selatan dan bergerak mendorong massa air yang berasal dari Laur Flores dan Selat Makassar. Hal ini berdampak pada distribusi SPL di Laut Jawa Gambar 6. Musim barat adalah musim dimana bumi belahan utara sedang berlangsung musim dingin dan bumi belahan selatan sedang berlangsung musim panas Nontji, 2005. Bulan Desember merupakan awal dari musim barat dimana terlihat SPL Laut Jawa masih relatif hangat dengan kisaran SPL antara 30°C - 31°C Gambar 6. Laut Jawa bagian timur terlihat lebih hangat dari pada Laut Jawa bagian barat yang didominasi oleh SPL sebesar 31°C. Pada wilayah Laut Jawa bagian barat memiliki SPL yang relatif lebih rendah dari daerah Laut Jawa bagian lainnya dengan nilai SPL lebih rendah dari 30°C. Hal ini diduga terjadi karena masih adanya pengaruh dari massa air musim sebelumnya yaitu musim peralihan 2 dimana arah angin pada bulan Desember masih dominan bertiup dari arah timur ke barat. Bulan Januari dan Februari merupakan puncak dari musim barat dimana angin secara penuh sudah mengarah ke timur menyusuri Laut Jawa ke arah Laut Flores dan Selat Makassar. 27 Musim Barat Musim Peralihan 1 Catatan : A. = Januari B. = FebruariC. = Maret D. = April E. = Mei L. = Desember Gambar 6. Distribusi SPL Musim Barat dan Musim Peralihan 1 Tahun 2006 L Bulan Januari SPL Laut Jawa menunjukkan penurunan suhu yang cukup signifikan. Bulan ini SPL rata-rata berkisar antara 27°C - 29°C. Penurunan ini terlihat jelas dengan adanya massa air yang bersuhu dibawah 28°C yang berada di Laut Jawa bagian tengah, sedangkan massa air dengan suhu besar dari 30°C hanya berada di perairan di Selatan Kalimantan Selatan.Gambar 6. Bulan Februari SPL di Laut Jawa menunjukkan terjadinya peningkatan dengan rata-rata SPL berkisar antara 29°C – 31°C dengan SPL yang lebih hangat yang berada di Laut Jawa bagian timur. Bulan Maret merupakan awal dari musim peralihan 1 Maret – Mei dimana angin barat masih berhembus tetapi kecepatannya sudah berkurang. Pada daerah Ujung Timur Laut Jawa terjadi benturan arah angin yang menuju ke arah barat yang berbenturan dengan arah angin yang menuju ke arah timur. Pada bulan Maret SPL Laut Jawa penyebarannya sudah tidak beraturan dengan kisaran SPL antara 29°C – 30°C. SPL yang masih tinggi terdapat pada daerah-daerah disekitar Pesisir Utara Jawa dan Selatan Kalimantan dan semakin rendah SPL menuju perairan lepas pantai. Bulan April dan bulan Mei arah angin sudah tidak menentu. Khususnya pada bulan Mei angin musim timur sudah mulai masuk ke perairan Laut Jawa sedangkan angin musim barat peranannya sudah sangat lemah. Hal ini menyebabkan melemahnya arus yang bergerak dari arah barat ke arah timur sehingga SPL di Laut Jawa cenderung hangat. Bulan April SPL Laut Jawa berkisan antara 31°C – 32°C. Suhu yang masih tinggi terlihat nyata pada laut bagian Selatan Pulau Kalimantan dengan suhu maksimum sebesar 32°C. Masih tingginya SPL ini disebabkan karena sedikitnya pergerakan air yang melintasi Laut Jawa akibat hilangnya pengaruh dari angin musim barat dan belum besarnya pengaruh dari angin musim timur. Air laut ini terkesan diam menempati kolom perairan Laut Jawa sehingga pengaruh dari faktor meteorologi seperti suhu udara dan intensitas sinar matahari menyebabkan perlahan-lahan SPL Laut Jawa meningkat. Nontji 2005, menyatakan pada musim peralihan arus sudah mengalir ke arah barat di pantai Selatan Kalimantan dan di lepas pantai Utara Jawa arus sudah mengalir ke arah timur sehingga dibeberapa tempat terjadi olakan eddies. Bulan Mei memperlihatkan terjadinya penurunan SPL dengan rentang nilai 30°C - 31°C. Penurunan ini terjadi di daerah perairan Laut Jawa bagian timur. Hal ini diduga terjadi karena mulai adanya pengaruh dari musim timur yang membawa massa air yang bersuhu lebih rendah. Musim timur Juni – Agustus ditandai dengan terjadinya tekanan udara yang tinggi di atas daratan Australia dan tekanan udara yang rendah di atas daratan Asia sehingga arah angin pada musim timur bergerak dari timur ke barat. Pergerakan arah angin ini menyebabkan arus yang membawa massa air dari Laut Flores dan Selat Makassar melintasi perairan Laut Jawa menuju Laut Cina Selatan. Massa air yang bergerak ini mempunyai SPL yang cukup rendah jika dibandingkan dengan SPL pada musim barat Gambar 7. Pengaruh dari musim timur sudah terasa sejak bulan Juni dimana dari Gambar 7 dapat dilihat SPL dengan nilai 29°C mulai memasuki perairan Laut Jawa mulai dari perairan Selatan Kalimantan Selatan sampai perairan Utara Pulau Madura. Secara perlahan massa air yang dingin ini mendorong massa air yang lebih hangat dengan SPL sebesar 30°C kearah Laut Jawa bagian barat. 30 Musim Timur Musim Peralihan 2 Catatan : F. = Juni G. = Juli H. = Agustus I. = September J. = Oktober K. = November Gambar 7. Distribusi SPL Musim Timur dan Musim Peralihan 2 Tahun 2006 Pada bulan Juli SPL Laut Jawa berkisar antara 28°C - 29°C . Massa air dengan SPL sebesar 28°C yang berasal dari Selat Makassar dan Laut Flores memasuki Laut Jawa sampai ke perairan Selatan Kalimantan Tengah. Massa air ini mendorong massa air dengan SPL sebesar 29°C sampai ke perairan Utara Jawa Barat. Bulan Agustus merupakan bulan puncak dari musim timur yang ditandai dengan turunnya SPL Laut Jawa sampai suhu 27°C pada perairan Utara Pulau Madura. Massa air dengan suhu 28°C terdorong oleh angin sampai ke perairan Utara Jawa Tengah. Massa air dengan suhu 29°C hanya terlihat disebagian kecil pesisir Utara Jawa Barat. Musim peralihan 2 terjadi antara bulan September – November. Bulan September dan Oktober musim peralihan 2, angin masih didominasi oleh angin musim timur dan pada bulan November yang merupakan akhir dari musim peralihan 2, angin di Laut Jawa arahnya sudah tidak menentu karena adanya dorongan angin yang berasal dari arah barat sebagai pertanda akan dimulainya angin barat. Bulan September SPL Laut Jawa masih stabil dikisaran suhu 28°C. Penyebaran SPL yang relatif rendah ini mencapai perairan lepas pantai Utara Jawa Barat. Pada daerah perairan Utara Pulau Madura SPL yang terlihat lebih rendah dengan suhu sekitar 27°C. SPL dengan suhu 29°C hanya terlihat di daerah pesisir pantai. Hal ini diduga terjadi akibat adanya pengaruh suhu dari daerah daratan. Bulan Oktober SPL Laut Jawa menunjukkan terjadinya peningkatan. massa air dengan SPL 29°C mulai memasuki Laut Jawa mendorong massa air yang bersuhu 28°C menuju Selata Makassar dan Laut Flores. Bulan November SPL Laut Jawa naik pada kisaran suhu 29°C - 30°C. Disepanjang daerah pesisir pantai menunjukkan suhu yang lebih hangat dan penurunan suhu massa air semakin turun menuju parairan lepas pantai. Bulan November merupakan akhir dari musim peralihan 2. dan pada bulan berikutnya siklus pergerakan massa air di Laut Jawa kembali berulang setiap tahunnya. Perbedaan yang signifikan antara musim peralihan 1 dan 2 dapat dilihat pada SPL rata-rata yang mendominasi perairan. Pada musim peralihan 2, SPL yang terdapat di Laut Jawa lebih rendah jika dibandingkan dengan SPL pada musim peralihan 1. Hal ini terjadi karena pada musim timur, massa air yang bergerak masuk perairan Laut Jawa yang berasal dari Selat Makassar dan Laut Flores mempunyai SPL lebih rendah jika dibandingkan dengan massa air yang masuk ke Luat Jawa pada musim barat. Sehingga pemanasan massa air yang tertahan di Laut Jawa pada musim peralihan 1 dan 2 dalam jangka waktu yang sama menyebabkan SPL pada musim peralihan 2 lebih rendah jika di bandingkan dengan SPL pada musim peralihan 1. Siklus pergerakan massa air di Laut Jawa selama rentang waktu penelitian menunjukkan pola yang hampir sama setiap tahunnya. Hal ini menyebabkan penyebaran SPL di Laut Jawa tahun 2007-2010 Lampiran 1 menunjukkan pola yang hampir sama dengan tahun 2006 Gambar 6 dan Gambar 7. Perbedaan yang terlihat terdapat adanya kecenderungan naiknya SPL di Laut Jawa dari tahun 2009-2010. Kanaikkan SPL ini menyebabkan naiknya suhu rata-rata di Laut Jawa setiap bulannya. Distribusi SPL Laut Jawa jika dilihat secara multi waktu tertera seperti terlihat pada Gambar 8. Dalam kurun waktu tahun 2006 – 2010 rata-rata SPL perairan Laut Jawa dari citra satelit MODIS berkisar antara 27,9°C – 31,4°C. Hal ini hampir sama dengan hasil penelitian yang dilakukan oleh Karif 2010, dimana rata-rata SPL Laut Jawa dari citra satelit MODIS yang terekam berkisar antara 27,11°C – 31,73°C. Hal ini tidak berbeda jauh juga dilaporkan oleh Nontji 2005, dimana SPL Laut Jawa berkisar antara 28°C - 31°C. Rata-rata SPL mengikut i pola pergerakan angin musim yang ada di perairan Laut Jawa. SPL terendah terjadi pada saat musim barat dan musim timur sedang SPL tertinggi terjadi pada musin Peralihan 1 dan 2. Gambar 8. Fluktuasi SPL rata-rata bulanan Januari 2006 – Desember 2010 Pada musim barat Desember – Februari SPL Laut Jawa berkisar antara 28,49°C – 30,65°C, sedangkan untuk musim timur Juli – Agustus SPL berkisar pada nilai 27,96°C – 30,10°C. Musim peralihan 1 Maret – Mei rata-rata SPL berkisar antara 29,46°C – 31,49°C dan musim peralihan 2 September – November berada pada nilai suhu 28,01°C – 30,65°C Lampiran 3 Dari Gambar 8, terlihat ada beberapa bulan yang menunjukkan nilai SPL yang cukup tinggi atau cukup rendah dibandingkan dengan bulan-bulan sebelumnya. SPL tertinggi terlihat terjadi pada bulan Maret 2007, Maret 2009, dan Maret 2010. Bulan-bulan in merupakan bulan dimana puncak dari musim peralihan 1. Sebagai mana yang telah dijelaskan diatas, musim peralihan 1 merupakan musim dengan nilai SPL tertinggi setiap tahunnya. Untuk SPL terendah terlihat terjadi pada bulan Agustus 2006, Agustus 2007, Agustus 2008. Bulan-bulan ini merupakan bulan dari puncak musim timur yang membawa massa air yang lebih dingin dari Selat Makassar dan Laut Flores menuju Laut Jawa. Dalam kurun waktu 5 tahun, pergerakan rata-rata SPL di Laut Jawa cenderung mengalami peningkatan. Hal ini dapat terlihat pada trend SPL pada Gambar 8 dimana terjadi trend SPL yang naik dari tahun 2006 – 2010. Kenaikan SPL di Laut Jawa ini berkisar 1°C dalam jangka waktu 5 tahun atau 0.2°C setiap tahunnya. Siregar dan Gaol 2010 menyebutkan telah terjadi kenaikan SPL di perairan Laut Jawa sebesar 0,1°C setiap tahunnya dari tahun 2001-2010. Pada musim barat tahun 2006 sampai akhir musim peralihan 2 tahun 2008 rata-rata SPL di Laut Jawa cenderung stabil dan peningkatan SPL tidak terlalu signifikan dari tahun-ketahunnya. Tetapi pada awal musim barat 2009 sampai akhir musim peralihan 2 tahun 2010, kenaikan SPL di Laut Jawa lebih tinggi jika dibandingkan dengan tahun-tahun sebelumnya. Kenaikan ini diduga disebabkan oleh faktor-faktor meteorologi seperti kenaikan suhu udara yang terjadi di Laut Jawa dalam kurun waktu tahun 2009 - 2010.

4.2 Distribusi Klorofil-a secara Spasial dan Temporal