2.6 Ikan Pelagis di Laut Jawa
Sumber daya ikan pelagis di Laut Jawa terdiri dari komunitas ikan pelagis pantai Sardinella spp, Rastrelliger branchysoma, Dusumieria acuta, Selar spp,
ikan pelagis neritik dan oseanik Decapterus russelli, Selar crumenophthalmus, Rastrelliger kanagurta
, Decapterus macrosoma, Amblygaster sirm, Megalaspis cordyla
, Scomberomorus spp, Auxis thazard. Lima spesies utama hasil tangkapan pukat cincin purse seine, yaitu: ikan layang Decapterus russelli dan
Decapterus macrosoma , bentong Selar crumenophthalmus, banyar
Rastrelliger kanagurta, dan ikan siro Amblygaster sirm. Kelompok jenis ikan layang Decapterus spp merupakan komponen utama di Laut Jawa. Dominasi
ikan ini terjadi pada daerah penangkapan yang dipengaruhi oleh massa air yang bersifat oseanik. Penyebaran ikan pelagis berdasarkan hasil tangkapan pukat
cincin menunjukkan konsentrasi ikan pelagis berada di bagian timur Laut Jawa
Atmadja et al., 2003
Keberadaan dan jenis ikan layang sebagai tujuan penangkapan sangat menentukan pola aktifitas penangkapan armada pukat cincin dimana pukat cincin
merupakan alat tangkap utama yang digunakan oleh nelayan di perairan Laut Jawa. Konsentrasi D. macrosoma berada di bagian Timur Laut Jawa dan Selat
Makassar. Sedangkan D. russelli memperlihatkan sebaliknya, ikan ini berkonsentrasi di bagian Barat Laut Jawa dan Laut Cina Selatan. A. sirm dan R.
Kanagurta mempunyai pola penyebaran yang mirip dengan D. macrosoma,
sedangkan S. crumenophthalmus menyerupai pola penyebaran D. russelli. Ikan layang D. russelli berkonsentrasi di bagian Barat Laut Jawa dan Laut Cina Selatan
sepanjang tahun, sedangkan D. macrosoma berkonsentrasi di bagian Timur Laut
Jawa dan Selat Makassar terjadi pada bulan September-Februari, konsentrasi R. Kanagurta
tertinggi pada bulan Juni-Agustus dan konsentrasi A. sirm tertinggi pada bulan Desember-Mei Atmadja dan Sadhotomo, 2000
Perubahan komposisi ikan hasil tangkapan umum terjadi pada perikanan multi-spesies. Selain dominasi ikan pelagis kecil yang disebut di atas, kerap kali
tertangkapnya spesies yang tidak biasa dalam jumlah banyak, seperti ikan sawanggi Priacanthus macracanthus pada tahun 1991-1992, ikan cekong
Sardinella sp di daerah penangkapan Selat Sunda dan Utara Indramayu pada tahun 1997-1998 dan terakhir kemunculan ikan ayam-ayaman Leather jacket,
Alesterus monoceros selama bulan Oktober-Desember 2002 di daerah Timur
Laut Jawa. Kemunculan spesies-spesies tersebut belum diketahui penyebabnya secara pasti, namun dugaan awal berkaitan dengan perubahan lingkungan yang
anomaly Atmadja et al., 2003 Ikan pelagis memiliki respon yang berbeda-beda terhadap faktor
oseanografi seperti SPL, konsentrasi klorofil-a dan salinitas perairan. Ikan layang merupakan ikan yang mempunyai sifat stenohalin, artinya hidup pada perairan
dengan salinitas yang sempit. Salinitas yang optimal untuk ikan layang berkisar antara 31‰ - 33‰ Nontji, 2005. Ikan kembung lelaki hidup optimal di daerah
perairan lepas pantai yang merupakan perairan terbuka dengan kadar garam 33‰ - 35‰ dengan kondisi arus yang tidak begitu kuat. Ikan kembung lelaki
merupakan ikan pelagis yang sering ditemukan dalam bentuk kelompok besar di permukaan. Makanan utama ikan jenis ini adalah plankton Soemanto, 1985
dalam Zen, 2006.
Tongkol termasuk jenis ikan pelagis yang hidup pada perairan yang hangat dan biasanya bergerombol. Ikan tongkol dewasa seperti spesies Euthynnus affinis
hidup optimal pada suhu 29°C. Ikan jenis ini berpopulasi di perairan pantai khususnya di perairan tropis Collete and Nauen, 1983 dalam Wahyuni, 2008.
Ikan lemuru dan tembang merupakan ikan yang dikenal dengan nama sardine. Keberadaan kedua jenis ikan ini sangat dipengaruhi oleh keberadaan plankton
yang merupakan sumber makanan utama ikan ini Nontji, 2005.
18
3. METODOLOGI PENELITIAN