9
B. Gaya Geser Pada Balok
Balok yang ditumpu secara sederhana yaitu tumpuan sendi – rol kemudian diberi beban
cukup berat maka balok akan mengalami 2 jenis retakan yaitu retak vertikal dan retak miring seperti pada Gambar 5.
Gambar 5. Jenis retakan pada balok sumber : Asroni 2010
Retak vertikal terjadi akibat kegagalan balok menahan beban lentur, sedangkan retak miring terjadi akibat kegagalan balok menahan beban geser. Beban geser yang melebihi batas
kekuatan geser beton dapat menimbulan retak geser pada beton, untuk mengatasi hal ini maka dibutuhkan tulangan khusus yang disebut tulangan gesersengkang. Tulangan geser diperlukan saat
gaya geser ultimate Vu melebihi gaya geser yang dimiliki beton Vc ditambah tulangan lentur Vs, persamaan tulangan geser pada balok dapat dilihat pada persamaan 2.2.10 :
Vu ∅ Vn
2.2.10 Vn = Vc + Vs
2.2.11 Vc =
.b.d6 2.2.12
Vs =
� . .
2.2.13 SK
– SNI 03 – 2847 – 2002 pasal 13.5.4 ayat 1 menyatakan jarak maksimum antar tulangan geser disyaratkan tidak boleh melebihi nilai setengah tinggi efektif balok d2 atau 600 mm.
S
max
=
2
atau d 600 mm 2.2.14 A
vmin
=
. 3.
2.2.15
C. Momen Puntir Pada Balok
Torsi adalah momen yang bekerja terhadap sumbu longitudinal balok, torsi dapat terjadi akibat adanya beban eksentrik yang bekerja pada balok tersebut. Pengaruh torsi pada suatu
penampang dapat menimbulkan tegangan geser yang berlebihan dan dapat menyebabkan keretakan pada penampang yang tidak diberi tulangan secara khusus. Persamaam keseimbangan
puntir dapat dilihat pada persamaan 2.2.16 : Tu
∅Tn 2.2.16
Tn = Tc + Ts 2.2.17
10 Suatu struktur dapat dikatakan memerlukan tulangan puntir apabila nilai Tu
∅ Tn. SK – SNI - 03
– 2847 – 2002 menyatakan bahwa nilai Tn untuk beton non pra tegang dapat dihitung dengan persamaan 2.2.18 :
Tu ∅Tn =
∅ 12
�
2
2.2.18 Nilai Tn dapat ditentukan menurut SK
– SNI – 03 – 2847 – 2002 pasal 13.6, dengan persamaan 2.2.19 :
Tn =
2 � .� .
. cot �
2.2.19
�
=
6
2.2.20 Keterangan :
� = 45° untuk komponen struktur non prategang. A
o
= 0,85 A
oh
2.2.21
A
oh
adalah luas penampang balok yang dibatasi sampai batas terluar tulangan seperti Gambar 6.
Gambar 6. Definisi A
oh
sumber : SK SNI 03 – 2847 – 2002
Luas total minimum tulangan puntir longitudinal harus dihitung dengan ketentuan persamaan 2.2.22 :
A
t
=
�
.p
h
. .cot
2
� 2.2.22 Keliling dari pusat garis tulangan sengkang puntir terluar Ph dapat dihitung dengan persamaan
2.2.23 : Ph = 2 b
– 2d’ + 2 h – 2d’ 2.2.23 Jumlah tulangan puntir n yang diperlukan dalam suatu struktur balok dapat dihitung dengan
persamaan 2.2.24 : n =
� �
2.2.24
11
2.2.2. Kolom