12
A. Tulangan Lentur Kolom
Perencanaan tulangan lentur kolom dapat dilakukan dengan bantuan grafik perencanaan. Tulangan lentur pada penampang persegi dapat dilakukan dengan bantuan grafik perencanaan pada
Gambar 8 dan pada penampang lingkaran dapat dilakukan dengan bantuan grafik perencanaan sesuai dengan Gambar 9 sesuai mutu beton dan tulangan longitudinal. Diagram interaksi adalah
diagram yang menyatakan kombinasi pembebanan antara momen dan beban aksial yang dapat ditahan oleh kolom.
Nilai sumbu vertikal pada grafik perencanaan dinyatakan dengan persamaan 2.2.29 :
∅ �
2.2.29 Sedangkan nilai pada sumbu horizontal dinyatakan dengan persamaan 2.2.30 :
∅ � .
2.2.30 Nilai r akan dapat dibaca dengan memasukkan kedua nilai di atas pada grafik
perencanaan. Rasio tulangan perlu dapat dihitung dengan persamaan, dengan nilai tergantung pada mutu beton yang dipakai.
= r. 2.2.31
Penentuan luas tulangan perlu kolom dinyatakan dengan persamaan 2.2.32, persamaan 2.2.33, dan persamaan 2.2.34 :
As = . A
gr
2.2.32 As
min
= 1 .A
gr
2.2.33 As
max
= 8.A
gr
2.2.34 Jumlah tulangan yang dibutuhkan dengan menggunakan persamaan 2.2.35 :
n =
� �
2.2.35
13 Gambar 8. Grafik perencanaan tulangan lentur kolom persegi
sumber : McCormac 2002
Gambar 9. Grafik perencanaan tulangan lentur kolom lingkaran sumber : McCormac 2002
14
B. Tulangan Geser Kolom
Kuat geser kolom merupakan jumlah dari kuat geser yang disumbangkan oleh beton dan tulangan yang dinotasikan persamaan 2.2.36 :
Vn = Vc + Vs 2.2.36
Vc =
6
.
b.d 2.2.37
Besarnya jarak tulangan geser kolom ditentukan berdasarkan persamaan 2.2.38 : S =
� . .
2.2.38 Kolom dikatakan kuat menahan gaya geser apabila gaya geser yang terjadi pada kolom kurang dari
gaya geser yang dimiliki kolom seperti persamaan 2.2.39 : ∅ Vn Vu
2.2.39 Tulangan geser kolom yang ditentukan dalam SK
– SNI -03 – 2847 – 2002 adalah : 1.
Untuk tulangan longitudinal yang lebih kecil dari D 32, maka dapat diikat dengan sengkang paling sedikit dengan D 10.
2. Spasi vertikal sengkang harus 16 kali diameter tulangan longitudinal.
2.2.3. Pelat