PENDAHULUAN LATAR BELAKANG Pengaruh Komposisi Bahan Pengkapsul Terhadap Kualitas Mikrokapsul Oleoresin Lada Hitam (Piper nigrum L.)

A. PENDAHULUAN

A. LATAR BELAKANG

Indonesia merupakan salah satu negara pengekspor lada terbesar di dunia. Produksi lada Indonesia tahun 2002 lebih dari 90 ribu ton. Sebanyak 70 di antaranya diekspor. Namun produksi lada Indonesia terus menurun menjadi di bawah 80 ribu ton pada tahun 2005 Ditjenbun, 2008. Volume ekspor lada Indonesia juga turun drastis di tahun yang sama menjadi hanya 44 dari total produksi BPS, 2005. Tabel 1 menunjukkan produksi lada Indonesia dan ekspornya. Tabel 1. Produksi lada dan volume ekspor lada Indonesia. Tahun Produksi Lada Ton Volume Ekspor Lada Ton 2000 69.087 65.011 2001 82,078 53.638 2002 90,181 63.214 2003 90,740 51.546 2004 77,008 34.302 2005 78,328 34.556 Direktorat Jenderal Perkebunan 2008 Badan Pusan Statistik 2005 Penurunan ekspor lada antara lain disebabkan oleh munculnya negara-negara baru pengekspor lada seperti Vietnam serta meningkatnya standar mutu lada di negara-negara konsumen akibat persaingan perdagangan yang semakin ketat. Untuk meningkatkan kembali ekspor lada Indonesia diperlukan peningkatan mutu lada serta diversifikasi produk olahan lada yang memiliki nilai ekonomi yang lebih besar IPC, 2005. Produk olahan lada yang dihasilkan oleh masyarakat Indonesia berupa lada hitam dan lada putih. Namun lada yang diperjualbelikan biasanya dalam bentuk utuh yang berisiko mengalami penurunan mutu selama pengangkutan. Agar mutu lada dapat dipertahankan, pemasaran lada dapat dilakukan dalam bentuk kering bubuk atau oleoresin. Oleoresin, menurut Sudibyo 1989 dan Djubaedah 1986, memiliki beberapa keunggulan dibandingkan bahan segar maupun bubuk yakni : 1 dapat menanggulangi masalah kontaminasi mikroba; 2 mengurangi volume dan berat sehingga mengurangi biaya transportasi; 3 menghindari pemalsuan; 4 memungkinkan standardisasi kekuatan flavour; 5 mengandung antioksidan alami; dan 8 masa simpannya lama pada kondisi ideal. Hasil olahan lada hitam dalam bentuk oleoresin memiliki beberapa kelemahan. Konsistensinya yang lengket dan kental mempersulit penanganan bahan dalam aplikasi di indusri. Perubahan kimia dan organoleptik yang bersifat dekstruktif juga dapat terjadi selama penyimpanan. Transformasi oleoresin menjadi bentuk bubuk merupakan salah satu pendekatan yang sangat menarik untuk memberikan kemudahan dalam penanganan dan pemakaian oleoresin serta menjaga mutu bahan aktifnya. Mikroenkapsulasi pada oleoresin lada hitam dapat menjadi salah satu metode yang dapat menjawab tantangan tersebut. Mikroenkapsulasi adalah suatu proses pengkapsulan suatu bahan inti dengan menggunakan bahan pengkapsul khusus yang membuat bahan inti mempunyai sifat fisika dan kimia seperti yang dikehendaki Rosenberg et al., 1990. Proses ini dapat melindungi bahan aktif dari pengaruh lingkungan yang merugikan seperti kerusakan akibat oksidasi, hidrolisis, penguapan atau degradasi panas sehingga bahan aktif akan mempunyai masa simpan yang lebih panjang serta mempunyai kestabilan proses yang lebih baik. Selain itu, pelepasan bahan aktif dari dalam kapsul juga dapat dikendalikan sehingga efektifitasnya dapat dirancang sesuai dengan keinginan dan dapat menghasilkan produk dengan kualitas flavour yang distandardisasi Koswara, 1995. Efektivitas mikroenkapsulasi sangat ditentukan oleh bahan pengkapsulnya. Oleh karena itu diperlukan penelitian tentang bahan pengkapsul yang dapat menghasilkan produk mikrokapsul yang optimal. Desmawarni 2007 dalam penelitiannya tentang mikroenkapsulasi oleoresin jahe telah mendapatkan kondisi spray drying yang menghasilkan efisiensi mikroenkapsulasi yang tinggi suhu inlet 170°C dan laju alir umpan 15 mlmenit. Komposisi bahan pengkapsul juga telah diperoleh dengan bahan dasar maltodekstrin dan penambahan natrium kaseinat. Berdasarkan penelitian tersebut disarankan untuk mencobakan jenis protein lain dari sumber protein lokal yang murah dan mudah didapat. Oleh kerena itu, dalam penelitian tentang mikrokapsul oleoresin lada hitam ini akan dikaji penggunaan beberapa jenis protein lokal, murah, dan mudah didapat seperti susu skim, tepung kedelai dan tepung kacang hijau dengan menggunakan natrium kaseinat sebagai pembanding.

B. TUJUAN