IV. HASIL DAN PEMBAHASAN
A. EKSTRAKSI OLEORESIN LADA HITAM
Oleoresin lada hitam yang dihasilkan dalam tahap ini berupa pasta kental yang berwarna hitam kecoklatan. Bila dibandingkan dengan persyaratan mutu dalam
SNI, oleoresin lada hitam yang dihasilkan tidak terlalu baik. Hal ini terlihat dari kadar minyak atsiri oleoresin hasil percobaan yang jauh lebih rendah 6,60 vb
dibandingkan yang disyaratkan dalam SNI 10,0 vb. Rendahnya kadar minyak atsiri ini kemungkinan karena kehilangan komponen volatil selama proses
pembuatannya. Kehilangan komponen minyak atsiri sudah dimulai saat persiapan bahan baku yakni pengeringan dan penggilingan, serta saat evaporasi pelarut.
Menurut Purseglove et al. 1981 oleoresin yang baik adalah yang mempunyai kandungan minyak atsiri yang tinggi dan kehilangan komponan kimia seminimum
mungkin. Rendahnya kadar minyak atsiri juga berkaitan dengan rendahnya rendemen.
Rendemen oleoresin yang dihasilkan adalah 12,3. Nilai ini lebih rendah bila dibandingkan dengan hasil penelitian Sufni 2001 dengan metode yang sama, yakni
sebesar 17,66. Rendemen oleoresin yang dihasilkan tergantung beberapa faktor antara lain metode ekstraksi, jenis pelarut, suhu ekstraksi dan derajat kehalusan
partikel. Jumlah pelarut juga mempengaruhi jumlah oleoresin yang dihasilkan. Semakin besar volume pelarut, jumlah oleoresin semakin banyak sehingga hasilnya
akan bertambah sampai pada titik kejenuhan Suryandari, 1981. Karakterisitik oleoresin hasil percobaan dapat dilihat pada Tabel 9.
Tabel 9. Karakterisitik lada hitam oleoresin hasil percobaan. Parameter
Karakterisik oleoresin lada hitam hasil percobaan
Persyaratan mutu oleoresin lada
Penampakan Kental, berwarna hitam
kecoklatan Pasta cair kental berwarna
coklat, coklat kehijauan Aroma
Khas lada Khas lada
Rendemen 12,3
- Kadar minyak atsiri 6,60 vb atau 5,93 bb 10,0 vb minimal
BJ minyak atsiri 0,8987
- SNI 0025-1987-B
B. PENENTUAN BAHAN PENGKAPSUL