Pelabuhan Perikanan Pantai Lampulo

13 Menurut Afrianto 1989 proses pendinginan ikan yang paling baik yaitu dengan menggunakan media pendingin berupa es batu. Es batu dapat menurunkan suhu tubuh ikan dengan cepat tanpa mengubah kualitas ikan dan biaya yang diperlukan relatif lebih rendah dibandingkan dengan media pendingin lain. Teknik pendinginan ikan dengan menggunakan es dalam suatu wadah yang baik adalah mengusahakan agar semua suhu permukaan tubuh ikan yang diberi perlakuan mengalami kontak dengan es. Hal ini bertujuan untuk memaksimalkan penyerapan panas dari tubuh ikan. Semakin luas permukaan tubuh ikan yang dapat melakukan kontak dengan es, maka penurunan suhu tubuh ikan akan semakin cepat.

2.3 Pelabuhan Perikanan Pantai Lampulo

Pelabuhan perikanan adalah tempat yang terdiri atas daratan dan perairan sekitarnya dengan batas-batas tertentu sebagai tempat kegiatan pemerintahan dan kegiatan sistem bisnis perikanan yang dipergunakan sebagai tempat kapal bersandar, berlabuh, dan atau bongkar muat ikan yang dilengkapi dengan fasilitas keselamatan pelayaran dan kegiatan penunjang perikanan UU Perikanan No. 31 Tahun 2004. Menurut Lubis 2006 klasifikasi pelabuhan perikanan dapat dipengaruhi oleh: a Luas lahan, letak, dan jenis konstruksi bangunan; b Jenis alat tangkap yang menyertai kapal-kapalnya; c Jenis perikanan dan skala usahanya; dan d Distribusi dan sajian hasil tangkapan. Berdasarkan Keputusan Menteri Kelautan dan Perikanan nomor: KEP.16MEN2006, DKP 2006 menyebutkan bahwa pelabuhan perikanan terbagi atas 4 kelompok yaitu Pelabuhan Perikanan Samudera Tipe A, Pelabuhan Perikanan Nusantara Tipe B, Pelabuhan Perikanan Pantai Tipe C, dan Pangkalan Pendaratan Ikan Tipe D. Setiap kelompok memiliki persyaratan khusus seperti jumlah kapal, produksi hasil tangkapan per hari, batasan alur pelayaran, dan lain-lain. Kriteria Pelabuhan Perikanan Pantai adalah Annajah, 2010: 14 a Melayani kapal perikanan yang melakukan kegiatan penangkapan ikan di wilayah perairan pedalaman, perairan kepulauan, laut teritorial, dan ZEEI; b Memiliki fasilitas tambat labuh untuk kapal perikanan berukuran sekurang- kurangnya 10 GT; c Panjang dermaga sekurang-kurangnya 100 m dengan kedalaman kolam sekurang-kurangnya minus 2 m; d Mampu menampung sekurang-sekurangnya 30 kapal perikanan atau jumlah keseluruhan sekurang-kurangnya 300 GT kapal perikanan sekaligus; dan e Memiliki lahan sekurang-kurangnya seluas 5-15 ha. Pelabuhan perikanan yang telah dibangun sebaiknya dapat berfungsi secara optimal, dengan kata lain seluruh prasarana dan sarana pelabuhan perikanan yang ada dapat digunakan untuk mengelola aktivitas pelabuhan perikanan yang meliputi pendaratan, penanganan, pengolahan dan pemasaran ikan. Begitu juga halnya dengan PPP Lampulo yang memiliki beberapa fasilitas, yaitu fasilitas pokok seperti dermaga dan kolam pelabuhan; dan fasilitas fungsional seperti TPI, mushalla, toilet, dan lahan parkir. Selain itu, di PPP Lampulo juga berlangsung beberapa aktivitas atau kegiatan perikanan seperti kegiatan pendaratan dan pemasaran ikan. Kegiatan pendaratan meliputi pembongkaran dan penyortiran ikan. Kegiatan pemasaran melalui dua alur yaitu melalui proses lelang dan tidak melalui proses lelang. Pemasaran hasil tangkapan yang melalui proses lelang biasanya memiliki mutu cukup bagus, sehingga diharapkan harga yang nantinya didapatkan adalah harga yang menguntungkan baik untuk nelayan maupun bagi konsumen. Berdasarkan aktivitas tersebut seharusnya pelabuhan perikanan dapat melakukan aktivitas perikanan atau dapat menjalankan fungsinya dengan baik dan benar. Namun, fungsi-fungsi itu juga tidak berjalan secara sempurna dikarenakan beberapa faktor seperti fasilitas pelabuhan yang tidak memadai serta kebijakan pemerintah yang kurang mendukung dalam pelaksanaan kegiatan perikanan di pelabuhan itu. Kondisi ini berpengaruh terhadap produksi perikanan di suatu pelabuhan perikanan termasuk PPP Lampulo. Produksi PPP Lampulo cenderung mengalami penurunan setiap tahunnya jika dilihat berdasarkan alat tangkap seperti yang terlihat pada Tabel 3. 15 Tabel 3 Produksi hasil tangkapan per jenis alat tangkap di PPP Lampulo tahun 2005 – 2008 Jenis alat tangkap Tahun ton 2005 2006 2007 2008 Purse seine 2.650 5.100 4.390 4.600 Pancing 153 291 196 181 Jumlah 2.803 5.391 4.586 4.781 Sumber: UPTD PPP Lampulo, 2008 Selain faktor yang telah disebutkan di atas, faktor lain yang berpengaruh terhadap produksi perikanan adalah sanitasi dan higienitas, baik sanitasi saat di kapal maupun di pelabuhan ketika hasil tangkapan didaratkan dan dipasarkan. Kondisi sanitasi di TPI PPP Lampulo masih sangat kurang, hal ini tentunya mempengaruhi kondisi mutu ikan, mulai saat pembongkaran hingga pemasaran kepada konsumen. Kondisi sanitasi yang kurang ini antara lain disebabkan karena fasilitas sanitasi di PPP Lampulo yang belum memadai sehingga sampah-sampah yang terdapat di PPP Lampulo khususnya di TPI masih cukup banyak.

2.4 Analisis Pengaruh Penurunan Mutu Hasil Tangkapan: Diagram Sebab