22
4. KEADAAN UMUM
4.1 Keadaan Umum Kota Banda Aceh
4.1.1 Letak topografis dan geografis Banda Aceh
Kota Banda Aceh terletak di ujung barat Pulau Sumatera. Perairan Kota Banda Aceh secara umum dipengaruhi oleh persimpangan dan gerakan arus dari
Samudera Hindia, Selat Malaka dan Laut Cina Selatan yang berinteraksi dengan Pulau Sumatera, Semenanjung Malaka, Kepulauan Andaman dan Nicobar. Posisi
tersebut membuat wilayah ini memiliki potensi kekayaan laut yang beranekaragam DKP NAD, 2010. Dengan demikian Kota Banda Aceh sebagai
ibukota dan pusat pemerintahan Provinsi Nanggroe Aceh Darussalam NAD memiliki posisi strategis dalam pemanfaatan sektor perikanan laut.
Menurut Badan Pusat Statistik BPS NAD 2010, secara geografis Kota Banda Aceh terletak antara 05
16’15” - 05 36’16” LU dan 95
16’15” - 95 22’35”
BT dengan batas-batas wilayah Kota Banda Aceh sebagai berikut: • Sebelah Utara berbatasan dengan Selat Malaka,
• Sebelah Selatan berbatasan dengan Kabupaten Aceh Besar, • Sebelah Timur berbatasan dengan Kabupaten Aceh Besar,
• Sebelah Barat berbatasan dengan Samudera Indonesia.
Kota Banda Aceh merupakan daerah dataran rendah dengan topografi landai yang beriklim panas dengan tekanan udara rata-rata 1.010,9 mb dan suhu
udara sekitar 26,8 C dengan suhu udara tertinggi terjadi pada bulan Mei. Wilayah
kota ini memiliki ketinggian 0,80 meter dari permukaan laut dan memiliki garis pantai sepanjang kurang lebih 45 km yang membentang dari Utara hingga Barat
Laut. Perairan laut Kota Banda Aceh yang mencakup Selat Malaka memiliki kedalaman mencapai 200 meter dengan tingkat penyebaran salinitas sekitar 34 ppt
menjadikan perairan laut di wilayah ini cukup potensial dalam pengembangan perikanan tangkap khususnya di Provinsi Nanggroe Aceh Darussalam Annajah,
2010. Wilayah Kota Banda Aceh memiliki lahan yang cukup luas. Menurut
BPS NAD 2010 total luas wilayah Kota Banda Aceh adalah 61,36 km
2
yang terdiri dari 9 kecamatan, 20 kelurahan, dan 70 desa. Kecamatan yang berada di
23
Kota Banda Aceh adalah Kecamatan Meuraxa, Jaya Baru, Banda Raya, Baiturrahman, Lueng Bata, Kuta Alam, Kuta Raja, Syiah Kuala, dan Ulee Kareng.
Namun, kecamatan yang memiliki wilayah pantai hanya terdiri dari 2 kecamatan yaitu Kecamatan Kuta Alam dan Syiah Kuala yang masing-masing memiliki luas
wilayah sebesar 10,05 km
2
dan 14,24 km
2
. Berdasarkan total luas wilayah tersebut, penggunaan lahan dari
keseluruhan luas wilayah di kota ini dibagi untuk berbagai keperluan seperti 6.262 ha untuk bangunan dan halamannya, 389 ha untuk perkebunan, 403 ha untuk
tambak, dan 114 ha dijadikan rawa-rawa BPS NAD, 2010. Namun, setelah tsunami banyak lahan di Kota Banda Aceh yang dialihkan fungsinya untuk
digunakan sebagai wilayah perumahan. Ini dikarenakan seluruh wilayah yang berjarak 500 meter dari garis pantai yang dulunya merupakan daerah perumahan
penduduk telah dijadikan daerah rawa-rawa yang berfungsi sebagai pelindung atau penahan dari gelombang pasang.
4.1.2 Kependudukan
Berdasarkan data dari BPS NAD 2010 diperoleh bahwa hasil proyeksi penduduk Kota Banda Aceh tahun 2008 adalah 217.918 jiwa, yang terdiri dari
112.588 orang laki-laki dan 105.330 orang perempuan. Kecamatan Kuta Alam adalah kecamatan dengan jumlah penduduk terpadat dan Kecamatan Kuta Raja
merupakan kecamatan dengan jumlah penduduk yang paling sedikit Tabel 4. Tabel 4 Luas wilayah, jumlah penduduk, dan rata-rata kepadatan penduduk per
km
2
di Kota Banda Aceh tahun 2008
Kecamatan Luas Area
km
2
Penduduk Rata-rata Kepadatan
Penduduk Per km
2
orang Laki-laki
orang Perempuan
orang Jumlah
orang Meuraxa 7,26
6.893 5.601
12.494 1.721
Jaya Baru 3,78
10.828 9.830
20.658 5.465
Banda Raya 4,79
10.581 10.326
20.907 4.365
Baiturrahman 4,54 18.027
18.097 36.124
7.957 Lueng Bata
5,34 11.065
10.960 22.025
4.125 Kuta Alam
10,05 22.893
20.899 43.792
4.375 Kuta Raja
5,21 4.690
3.386 8.076
1.550 Syiah Kuala
14,24 17.324
16.109 33.433
2.348 Ulee Kareng
6,15 10.287
10.122 20.409
3.319 Jumlah 61,36
112.588 105.330
217.918 3.551
Sumber: BPS NAD 2010, data diolah kembali
24
Kota Banda Aceh sebagai pusat pemerintahan tentunya membutuhkan banyak tenaga kerja untuk mendukung kinerja pemerintah daerah dalam
mengembangkan potensi daerah. Perkembangan tenaga kerja ini tidak terlepas dari perkembangan jumlah penduduk dan kualitas pendidikan dari penduduk itu
sendiri. Semakin tinggi pendidikan yang didapat oleh seseorang maka kualitas kerja orang tersebut juga akan lebih baik. Tahun 2004-2008 jumlah penduduk di
Kota Banda Aceh cenderung meningkat. Hal ini terlihat pada Gambar 1, dimana pada tahun 2005 jumlah penduduk Kota Banda Aceh adalah 19.765 jiwa dan terus
mengalami peningkatan hingga tahun 2007 dengan jumlah 24.407 jiwa, namun pada tahun 2008 jumlah penduduk mulai mengalami penurunan dengan jumlah
22.172 jiwa. Data jumlah penduduk pada tahun 2004 tidak diketahui karena hilang setelah terjadinya tsunami.
Sumber: BPS NAD 2010, data diolah kembali
Gambar 1 Grafik jumlah penduduk di Kota Banda Aceh tahun 2004-2008. Jika dilihat berdasarkan kecamatan yang terdapat di Kota Banda Aceh
pada tahun 2004-2008, Kecamatan Kuta Alam adalah kecamatan dengan jumlah penduduk terbanyak di Kota Banda Aceh yaitu mencapai 157.659 jiwa, yang
kemudian diikuti oleh Kecamatan Baiturrahman dengan jumlah penduduk 144.352 jiwa. Kecamatan Kuta Raja adalah kecamatan dengan jumlah penduduk
yang paling sedikit yang terdapat di Kota Banda Aceh yaitu 18.706 jiwa. Secara keseluruhan, jumlah penduduk di Kota Banda Aceh cenderung meningkat, hal ini
25
dapat dilihat dengan nilai pertumbuhan penduduk pada tahun 2006 yaitu sebesar 0,2 dan terus meningkat pada tahun 2007 hingga mencapai 23. Namun, pada
tahun 2008 jumlah penduduk mengalami penurunan sebesar 9,2 Tabel 5. Tabel 5 Jumlah penduduk berdasarkan kecamatan dan pertumbuhannya di Kota
Banda Aceh tahun 2004-2008
Kecamatan Jumlah penduduk jiwa
2004 2005 2006 2007 2008 Meuraxa ...
2.221 2.320
3.719 12.494
Jaya Baru ...
12.340 12.395
15.317 20.658
Banda Raya ...
24.257 24.272
29.363 20.907
Baiturrahman ... 33.582
33.657 40.989
36.124 Lueng Bata
... 19.284
19.339 23.083
22.025 Kuta Alam
... 35.033
35.088 43.746
43.792 Kuta Raja
... 2.978
3.013 4.639
8.076 Syiah Kuala
... 25.418
25.473 30.867
33.433 Ulee Kareng
... 22.768
22.823 27.936
2.041 Sub jumlah jiwa
- 177.881
178.380 219.659
199.550 Pertumbuhan
- -
0,2 23
-9,2 Keterangan: ... = data tidak tersedia
Sumber: BPS NAD 2010, data diolah kembali
4.1.3 Prasarana umum
1 Transportasi
Jumlah penduduk Kota Banda Aceh yang cukup banyak tentu membutuhkan transpotasi umum yang memadai untuk mendukung aktivitas. Jalur
transportasi udara menuju Kota Banda Aceh telah tersedia, yang didukung dengan adanya Bandara Internasional Sultan Iskandar Muda, sedangkan untuk
transportasi darat tersedia bus, becak motor, dan labi-labi sejenis angkot. Jenis angkutan umum di darat yang sehari-hari banyak digunakan oleh penduduk Kota
Banda Aceh adalah jenis angkot yang memiliki kapasitas untuk 14 orang yang biasa disebut dengan “labi-labi”. Setiap “labi-labi” memiliki trayek atau tujuan
khusus yang telah dibagi-bagi oleh Dinas Perhubungan NAD. Hingga saat ini kondisi “labi-labi” di Kota Banda Aceh tergolong masih cukup baik. Jenis
angkutan umum lainnya yang cukup banyak digunakan adalah becak motor. Sarana angkutan umum jenis becak motor ini, jumlahnya tidak terlalu banyak,
karena penggunaan angkutan umum jenis ini biasanya hanya untuk tujuan dalam
26
jarak dekat. Namun, sampai saat ini kebutuhan masyarakat terhadap angkutan umum terpenuhi sesuai kebutuhan.
Akses jalan di Kota Banda Aceh cukup memadai, begitu juga untuk mencapai pelabuhan perikanan yang terdapat di Kota Banda Aceh. Lebar jalan
berkisar antara 6-8 meter membuat angkutan umum untuk menuju pelabuhan perikanan juga tersedia sesuai kebutuhan DKP NAD, 2010. Pelabuhan
Perikanan yang terdapat di Kota Banda Aceh yaitu Pangkalan Pendaratan Ikan PPI Ulee Lheue dan Pelabuhan Perikanan Pantai PPP Lampulo. Jalan untuk
menuju PPI Ulee Lheue bisa ditempuh dengan menggunakan angkutan umum “labi-labi”, sedangkan untuk menuju PPP Lampulo bisa dengan menggunakan
becak motor. Transportasi memegang peranan yang cukup penting didunia perikanan
yaitu dalam mendukung kinerja atau aktivitas perikanan. Transportasi dibutuhkan untuk memasarkan atau mendistribusikan hasil perikanan, baik dalam bentuk
olahan ataupun ikan segar. Adanya penyediaan transportasi yang baik di suatu pelabuhan perikanan akan membuat pemasaran hasil perikanan berjalan lancar.
Oleh karena itu, untuk menunjang perikanan tangkap agar dapat berkembang dengan baik dibutuhkan sarana pendukung seperti prasarana dan sarana
transportasi yang memadai sehingga kebutuhan terhadap hasil perikanan dapat dipenuhi dengan baik.
2 Komunikasi
Pemerintah Kota Banda Aceh menyediakan beberapa sarana komunikasi untuk mendukung aktivitas penduduk Kota Banda Aceh seperti jasa Pos dan Giro
dan jasa Telekomunikasi. Jumlah kantor pos yang tersedia di Banda Aceh yaitu 1 unit Kantor Pos Pusat dan beberapa unit kantor pos cabangpembantu untuk
melayani pengiriman surat, wesel, paket, jasa giro, jasa tabungan, dan lain-lain. Jasa telekomunikasi disediakan untuk melayani jasa telepon atau jaringan internet.
Kapasitas sarana telekomunikasi yang tersedia sekitar 28.446 sambungan, namun yang tersambung hanya 22.515 sambungan DKP NAD, 2010. Selain sarana
telekomunikasi yang disediakan oleh pemerintah, terdapat sarana telekomunikasi melalui telepon seluler yang disediakan oleh beberapa perusahaan swasta.
27
Sarana telekomunikasi lain yang banyak digunakan oleh penduduk Kota Banda Aceh adalah telepon umum, seperti telepon koin yang disediakan oleh
PT.TELKOM ataupun telepon umum yang disewakan oleh penduduk seperti wartel warung telepon. Namun saat ini jumlah sarana telepon umum ini tidak
terlalu banyak tersedia disebabkan masyarakat lebih memilih sarana telepon seluler karena penggunaannya yang lebih efektif dan lebih mudah. Selain itu,
sarana telepon seluler saat ini bukan lagi menjadi kebutuhan tersier, melainkan sudah menjadi kebutuhan sekunder bahkan menjadi kebutuhan primer bagi
sebagian orang. Sarana telekomunikasi merupakan sarana yang cukup sering digunakan
untuk mendukung aktivitas perikanan di suatu pelabuhan perikanan dibandingkan dengan jasa pos dan giro. Penggunaan telekomunikasi ini biasanya digunakan
untuk pengawasan perikanan misalnya radio SSB dan handytalkie. Sarana komunikasi diharapkan dapat menunjang aktivitas perikanan khususnya perikanan
tangkap menjadi lebih baik atau berjalan lancar.
3 Listrik, air, dan Bahan Bakar MinyakBBM
Listrik, air dan bahan bakar minyak BBM menjadi suatu kebutuhan penting bagi masyarakat. Oleh karena itu pemerintah daerah maupun pemerintah
kota berusaha untuk memenuhi kebutuhan masyarakat dengan sebaik-baiknya dengan terus meningkatkan pelayanan kepada masyarakat. Pemenuhan kebutuhan
listrik di Kota Banda Aceh disuplai oleh Perusahaan Listrik Negara PLN sebagai satu-satunya perusahaan negara yang menangani listrik. Pemenuhan kebutuhan
listrik di Kota Banda Aceh masih kurang hingga saat ini, ini terlihat dari adanya pemadaman listrik secara bergilir di setiap kecamatan yang ada di Kota Banda
Aceh. Pemadaman listrik bergilir ini dilakukan untuk mencukupi kebutuhan listrik yang terus meningkat diakibatkan penggunaan alat-alat elektronik yang
semakin banyak. Sumber kebutuhan air bersih di Kota Banda Aceh terdiri dari 2 sumber
yaitu dari Perusahaan Air Minum Daerah PDAM dan air sumur. Namun, sebagian masyarakat Kota Banda Aceh memilih PDAM sebagai sumber untuk
kebutuhan air bersih. Hal ini disebabkan karena tidak semua rumah penduduk
28
memiliki air sumur, selain itu kualitas air dari PDAM lebih bagus dibandingkan air sumur sehingga pemilihan PDAM sebagai penyedia air bersih dirasakan cukup
tepat. Kebutuhan lainnya selain air bersih yang penting bagi masyarakat Kota
Banda Aceh adalah kebutuhan akan Bahan Bakar Minyak BBM. Pemenuhan Bahan Bakar Minyak BBM berasal dari PT.Pertamina yang juga merupakan
perusahaan yang dikelola oleh negara. Bahan bakar yang biasa digunakan oleh penduduk Kota Banda Aceh adalah jenis premium dan solar. Hingga saat ini
kebutuhan penduduk terhadap BBM terpenuhi dengan baik. Hal ini dapat diduga dengan melihat tidak adanya antrian yang panjang di SPBU dan harga jual BBM
yang normal. Pertamina menyediakan beberapa unit SPBU Stasiun Pengisian Bahan bakar Umum yang tersebar di beberapa kecamatan di Kota Banda Aceh
untuk memenuhi kebutuhan BBM, diantaranya yang terdapat di Kecamatan Kuta Alam, Ulee Kareng, Meuraxa, Syiah Kuala, Baiturrahman, dan Lueng Bata.
Kebutuhan listrik, air bersih, dan BBM di sektor perikanan khususnya di pelabuhan perikanan, menjadi kebutuhan yang cukup penting yang harus
dipenuhi. Ini terkait dengan aktivitas perikanan yang membutuhkan listrik, air bersih dan BBM untuk memperlancar aktivitas perikanan tersebut, misalnya untuk
aktivitas penanganan hasil tangkapan pencucian ikan dan kebutuhan melaut para nelayan. Dengan terpenuhinya kebutuhan akan listrik, air bersih, dan BBM
diharapkan seluruh aktivitas perikanan dapat berjalan lancar, dimulai dari aktivitas penangkapan, pendaratan, distribusi hingga pemasaran.
4.2 Kondisi Perikanan Tangkap Kota Banda Aceh