39
dan diuji kualitasnya di Medan. Hal ini dikarenakan ikan tuna bukan menjadi hasil tangkapan dominan yang didaratkan di pelabuhan perikanan di Aceh. Selain
itu, belum adanya eksportir di Aceh sehingga dikhawatirkan pemasaran tuna tidak bisa berjalan dengan lancar.
4.3 Pelabuhan Perikanan Pantai PPP Lampulo
4.3.1 Kondisi perikanan tangkap di PPP Lampulo
1 Armada penangkapan ikan
Dari pengamatan yang telah dilakukan dan wawancara terhadap beberapa nelayan di PPP Lampulo diketahui bahwa ada beberapa jenis armada
penangkapan ikan yang terdapat di PPP Lampulo adalah perahu motor tempel dan kapal motor, namun yang paling dominan adalah jenis kapal motor. Ukuran kapal
motor bervariasi antara 5 GT sampai 50 GT. Armada penangkapan ikan yang berlabuh atau bertambat di PPP Lampulo tidak semuanya berasal dari Banda
Aceh, ada yang berasal dari Aceh Barat dan Aceh Timur. Namun, armada penangkapan yang paling dominan mendaratkan hasil tangkapannya di PPP
Lampulo adalah yang berasal dari Banda Aceh Tabel 9. Tabel 9 Jumlah armada penangkapan ikan berdasarkan jenis dan asal armada di
PPP Lampulo tahun 2008
Jenis Armada Ukuran
Jumlah armada menurut asal unit Banda Aceh
Luar Banda Aceh Pancing
5 -10 GT 31
26 Purse seine pukat cincin
10-20 GT 19
5 20-30 GT
36 6
30-50 GT 19
1 Tidak diketahui
25 38
Sub jumlah 130
76 Jumlah 206
Sumber: UPTD PPP Lampulo 2010; data diolah kembali
Berdasarkan tabel diatas dapat dilihat bahwa pada tahun 2008 jumlah total seluruh armada yang berlabuh atau bertambat di PPP Lampulo adalah 206 unit.
Kapal yang berasal dari Banda Aceh adalah kapal yang paling banyak terdapat di PPP Lampulo yaitu sebanyak 130 unit, sedangkan yang berasal dari luar Banda
Aceh berjumlah 76 unit. Jenis armada yang paling banyak terdapat di PPP
40
Lampulo pada tahun 2008 adalah armada yang mengoperasikan alat tangkap purse seine yaitu berjumlah 149 unit, sedangkan armada yang mengoperasikan
alat tangkap pancing berjumlah 57 unit. Jenis kapal dominan berdasarkan ukurannya yang terdapat di PPP
Lampulo adalah kapal yang berasal dari Banda Aceh dengan ukuran 20-30 GT. Kapal dengan ukuran 5-10 GT yang berasal dari Banda Aceh adalah jenis kapal
yang memiliki jumlah kedua terbanyak yaitu sebanyak 31 unit. Kapal yang memiliki jumlah paling sedikit yang terdapat di PPP Lampulo pada tahun 2008
adalah jenis kapal purse seine yang berukuran 30-50 GT Gambar 5. Berdasarkan hasil wawancara dengan salah satu staf UPTD PPP Lampulo, adanya
jumlah kapal yang tidak diketahui ukurannya dikarenakan kapal tersebut tidak memiliki kelengkapan surat kapal, sehingga sewaktu dilakukan pendataan tidak
diketahui dengan pasti ukuran kapal tersebut. Oleh karena itu, diperlukan pengawasan yang lebih baik dalam perizinan melaut agar tidak terjadi
penangkapan berlebih yang tidak sesuai dengan ukuran yang diperbolehkan.
Sumber: UPTD PPP Lampulo 2010; data diolah kembali
Gambar 5 Histogram jumlah armada penangkapan ikan berdasarkan ukuran kapal di PPP Lampulo tahun 2008.
41
2 Alat tangkap
Berdasarkan pengamatan dan wawancara yang dilakukan terhadap beberapa nelayan diketahui bahwa alat tangkap yang terdapat di PPP Lampulo
hanya ada tiga jenis yaitu purse seine pukat cincin, pancing ulur dan pancing rawai. Namun, alat tangkap yang dominan digunakan oleh nelayan PPP Lampulo
adalah purse seine. Alat tangkap pancing rawai baru mulai digunakan sejak tahun 2009,
sehingga saat ini jumlahnya belum terlalu banyak. Saat ini jumlah purse seine yang terdapat di PPP Lampulo sekitar 143 unit, alat tangkap pancing rawai
sebanyak 6 unit, dan pancing ulur adalah 57 unit UPTD PPP Lampulo, 2010. Nelayan di Banda Aceh tepatnya di PPP Lampulo menyebut alat tangkap purse
seine dengan sebutan pukat, sedangkan untuk alat tangkap pancing ulur dan rawai tetap menggunakan nama Indonesia seperti biasa.
3 Nelayan
Berdasarkan wawancara yang telah dilakukan dapat diketahui bahwa latar belakang pendidikan nelayan yang terdapat di PPP Lampulo pada umumnya
adalah lulusan SD atau SLTP dimana menjadi nelayan adalah pekerjaan yang biasanya merupakan turunan atau warisan dari orangtua atau keluarga. Jumlah
nelayan yang terdapat di PPP Lampulo sekitar 3.766 orang yang terbagi atas 3.289 orang merupakan nelayan yang bekerja di kapal purse seine, 399 orang sebagai
nelayan pancing ulur, dan nelayan pancing rawai berjumlah sekitar 78 orang. Sebagian besar nelayan atau sekitar 80 nelayan di PPP Lampulo
termasuk kategori nelayan penuh karena sebagian besar nelayan adalah penduduk yang bertempat tinggal di wilayah sekitar PPP Lampulo sehingga menjadi nelayan
adalah pekerjaan yang dipilih sebagai pekerjaan utama. Nelayan yang termasuk nelayan sambilan utama atau sambilan tambahan biasanya mempunyai pekerjaan
lain sebagai tukang becak atau pedagang ikan. Berdasarkan wawancara yang dilakukan dengan beberapa nelayan di PPP
Lampulo diketahui bahwa jika dibandingkan dengan sebelum tsunami, terjadi penurunan jumlah nelayan yang ada di PPP Lampulo, namun tidak terlalu
signifikan dikarenakan banyak penduduk pendatang yang berasal dari luar aceh
42
seperti dari Medan yang bekerja sebagai nelayan di Aceh khususnya di PPP Lampulo. Besarnya penurunan jumlah nelayan di PPP Lampulo tidak diketahui
dengan pasti disebabkan tidak ada data yang jelas yang memberikan informasi mengenai hal tersebut.
4 Produksi hasil tangkapan
Terdapat beberapa kelompok jenis ikan yang didaratkan di PPP Lampulo diantaranya kelompok pelagis kecil, pelagis besar, dan demersal. Jumlah
produksi tiap bulan dan tiap tahunnya pun selalu berubah-ubah bergantung pada musim ikan dan jumlah trip penangkapan yang dilakukan nelayan.
Jenis ikan yang dominan didaratkan menurut volume di PPP Lampulo selama 5 tahun terakhir 2004-2008 adalah ikan cakalang, layang, tongkol, dan
lemuru dimana jenis ikan yang memiliki produksi tertinggi adalah ikan cakalang. Tahun 2008, produksi ikan cakalang mencapai 1.612.020 kg, lalu disusul dengan
ikan layang dengan total produksi 1.030.020 kg, sedangkan produksi yang paling sedikit adalah produksi ikan salam dengan jumlah produksi sebesar 84.740 kg
UPTD PPP Lampulo, 2010. Perkembangan jumlah produksi hasil tangkapan yang didaratkan di PPP
Lampulo dari tahun 2004-2008 cenderung fluktuatif, pada tahun 2005 jumlah produksi mencapai 2.799.635 kg dan meningkat pada tahun 2006 sebesar
5.461.230 kg atau meningkat 95. Tahun 2007 jumlah produksi menurun 16 dan kembali mengalami sedikit peningkatan pada tahun 2008, hingga jumlah
produksi pada tahun 2008 mencapai 4.853.358 kg atau meningkat 5,7. Jumlah produksi hasil tangkapan yang tertinggi di PPP Lampulo terjadi pada tahun 2006
dan yang terendah terjadi pada tahun 2005 yaitu 2.799.635 kg. Jumlah rata-rata produksi hasil tangkapan per bulan yang tertinggi terjadi pada tahun 2007 yaitu
509.924 kgbulan dan yang terendah terjadi pada tahun 2005 yaitu 233.303 kgbulan. Rata-rata produksi PPP Lampulo per tahun mencapai 3.540.707
kgtahun dengan kisaran 2.799.635–5.461.230 kgtahun Tabel 10 dan Gambar 6.
43
Tabel 10 Jumlah produksi hasil tangkapan tahunan dan pertumbuhannya di PPP Lampulo tahun 2004-2008
No Tahun Rata-rata
produksi per bulan kg
Produksikg Pertumbuhan
produksi 1
2004 ...
... -
2 2005
233.303 2.799.635
- 3
2006 459.173
5.461.230 95
4 2007
509.924 4.589.312
-16 5
2008 404.447
4.853.358 5,7
Rata-rata per tahun 3.540.707
- Kisaran
2.799.635 - 5.461.230 -16 – 95
Keterangan: .... = data tidak tersedia Sumber: UPTD PPP Lampulo 2010; data diolah kembali
Sumber: UPTD PPP Lampulo 2010 ; data diolah kembali
Gambar 6 Grafik jumlah produksi hasil tangkapan tahunan dan rata-rata produksi hasil tangkapan per bulan di PPP Lampulo tahun 2004-2008.
5 Daerah penangkapan ikan DPI
Sebagian besar daerah penangkapan ikan untuk nelayan dari PPP Lampulo adalah di perairan Utara Aceh. Penangkapan ikan dilakukan sepanjang tahun,
dengan sistem penangkapan one day fishing dimana perjalanan melaut dilakukan selama sehari, yaitu pada malam atau pagi hari. Musim puncak terjadi pada bulan
April-Oktober, musim biasasedang terjadi pada bulan Desember-Januari, dan musim paceklik terjadi pada bulan November. Khusus untuk ikan tuna dan
44
cakalang musim puncak terjadi 2 kali dalam setahun yaitu bulan April dan Oktober, musim sedang pada bulan Mei-September, musim Paceklik pada bulan
Desember-januari. Kebanyakan nelayan Lampulo menangkap ikan sekitar 3-100 mil dari
Lampulo yaitu di sekitar Perairan Sabang dan Meulaboh. Pencarian DPI oleh nelayan Lampulo didasarkan pada pengalaman melaut yang telah dilakukan
sebelumnya. Terkadang penentuan DPI juga dari informasi yang diterima dari nelayan lainnya. Setelah tsunami sebenarnya terdapat bantuan dari Likelihood
Service Center yang dibawahi oleh NGO Non-government Organization OISCA dari Jepang yaitu berupa 2 unit fish finder yang diberikan kepada nelayan secara
gratis untuk nelayan yang mengoperasikan alat tangkap dengan menggunakan kapal yang berukuran 20-30 GT. Adanya bantuan fish finder tersebut diharapkan
nelayan dapat menemukan DPI dengan lebih mudah dan juga dapat memperkirakan jumlah ikan yang menjadi target penangkapan. Namun,
kenyataan di lapangan menunjukkan bahwa nelayan tidak mau menggunakan alat tersebut dikarenakan pengetahuan yang kurang memadai dan tidak suka dengan
teknologi yang baru. Berdasarkan wawancara yang dilakukan banyak nelayan yang beranggapan bahwa penentuan DPI yang didasarkan pengalaman biasanya
lebih mudah untuk dilakukan.
4.3.2 Pengelolaan PPP Lampulo
1 Unit Pelaksana Teknis Daerah UPTD
Unit Pelaksana Teknis Daerah UPTD PPP Lampulo adalah lembaga yang berfungsi untuk mengelola, melakukan pengawasan penangkapan ikan, dan
memberikan pelayanan teknis untuk kapal perikanan yang terdapat di PPP Lampulo. Selain itu UPTD PPP Lampulo berfungsi untuk melakukan
perencanaan, pengembangan, pemeliharaan, dan koordinasi pemanfaatan sarana PPP Lampulo; melakukan pengumpulan, pengolahan, dan penyajian data statistik
perikanan; melaksanakan koordinasi mengenai keamanan, ketertiban, dan kebersihan kawasan PPP Lampulo serta pengawasan terhadap mutu hasil
perikanan yang didaratkan di PPP Lampulo. Perkembangan fasilitas pemberdayaan masyarakat perikanan juga menjadi tanggungjawab UPTD sebagai
45
pengelola PPP Lampulo UPTD PPP Lampulo, 2010. Berdasarkan informasi yang diterima dari UPTD PPP Lampulo, tugas kepala UPTD adalah sebagai
berikut: 1
Memimpin UPTD dalam pelaksanaan tugas yang ditetapkan berdasarkan peraturan perundang-undangan yang berlaku dari kebijakan pemerintah
provinsi; 2
Menetapkan kebijaksanaan teknis dibidang pengelolaan pelabuhan; 3
Melaksanakan pengawasan terhadap penyelenggaraan tugas-tugas UPTD; 4
Melaksanakan kerjasama dengan instansi teknis dan organisasi terkait lainnya yang menyangkut dengan bidang pelabuhan perikanan dalam suatu jaringan
pelabuhan perikanan; 5
Melakukan konsultasi dan koordinasi dalam pelaksanaan tugasnya dengan pimpinan instansi teknis terkait lainnya yang menyangkut bidang pelabuhan
perikanan; dan 6
Melaksanakan tugas lain yang diberikan oleh Kepala Dinas. Tugas kepala UPTD tersebut di atas perlu didukung oleh semua pihak atau
instansi yang terkait dengan PPP Lampulo seperti nelayan, pedagang, Dinas Kebersihan Kota Banda Aceh, Dinas Kelautan dan Perikanan Kota Banda Aceh.
Dengan adanya dukungan dan perhatian dari para pengguna pelabuhan tersebut diharapkan kinerja UPTD dapat berjalan dengan lebih baik dan pemanfaatan PPP
Lampulo dapat dilaksanakan secara optimal. Secara struktural kepala UPTD PPP Lampulo bertanggungjawab terhadap
kepala Dinas Kelautan dan Perikanan Nanggroe Aceh Darussalam sebagai penanggung jawab. Kepala UPTD membawahi Sub Bagian Tata Usaha dan Sub
Bagian Kelompok Jabatan Fungsional yang berfungsi untuk membantu kinerja kepala UPTD PPP Lampulo. Namun, tugas masing-masing sub bagian berbeda-
beda bergantung pada fungsinya, adapun tugas masing-masing sub bagian, yaitu: 1
Sub Bagian Tata Usaha, mempunyai tugas untuk mengurusi bagian kepegawaian, keuangan, rumah tangga, perlengkapan, surat menyurat dan
kearsipan, pengumpulan dan pengolahan, serta penyajian data dan pelaporan pelabuhan perikanan, hubungan masyarakat, perpustakaan maupun pelayanan
46
administrasi dilingkungan UPTD dan melaksanakan tugas lain yang diberikan oleh Kepala UPTD.
2 Sub bagian Kelompok Jabatan Fungsional, mempunyai tugas melaksanakan
sebagian tugas teknis UPTD sesuai dengan bidang keahlian, kemampuan, dan kebutuhan.
Jika dilihat berdasarkan tugas dan fungsinya tersebut maka struktur organisasi UPTD PPP Lampulo adalah sebagai berikut:
Sumber : UPTD PPP Lampulo 2010
Gambar 7 Struktur organisasi UPTD PPP Lampulo tahun 2010. 2
Lembaga hukum adat Panglima Laot Berdasarkan wawancara yang telah dilakukan terhadap Panglima Laot di
PPP Lampulo diketahui bahwa Panglima Laot adalah sebuah lembaga nelayan yang telah memainkan sebuah peranan yang dominan dalam memerintah industri
perikanan selama lebih dari empat abad. Lembaga tradisional ini disusun atas sebuah jaringan lepas dari persatuan nelayan-nelayan lokal yang mengikuti
seperangkat hukumperaturan dan kebijakan-kebijakan yang telah baku. Saat ini terdapat sekitar 193 Panglima Laot di Aceh, masing-masing secara khusus
berpusat di sebuah kuala atau pelabuhan. Dari hasil wawancara dengan panglima laot juga diketahui bahwa istilah
“Panglima Laot” merupakan sebuah nama lembaga dan juga merupakan gelarjabatan dari seorang nakhoda kapalpawang yang dituakan yang memimpin
lembaga tersebut. Panglima Laot dipilih oleh pawang kapal-kapal yang medaratkan hasil tangkapan di PPP Lampulo dan berfungsi untuk mewakili para
Kepala Dinas Kelautan dan Perikanan NAD
Kepala UPTD
Kelompok Jabatan Fungsional Sub Bagian Tata Usaha
47
nelayan dan memelihara adat yang ada di kualapelabuhan. Tanggung jawab para Panglima Laot termasuk dalam hal menentukan letak parkir kapal di sungai,
mengadili perselisihan-perselisihan, menentukan besarnya kerugian saat sebuah kapal nelayan merusak atau menyebabkan kerugian terhadap kapal nelayan
lainnya, mengkomunikasikan perubahan-perubahan dalam kebijakan penangkapan ikan, serta mengatur upaya-upaya penyelamatan dan menjaga ketentuan-ketentuan
umum. Panglima Laot memiliki otoritas dan kewenangan untuk memberikan larangan melaut selama satu minggu bagi setiap pelanggaran peraturanhukum
yang dilakukan oleh seorang nelayan; bila nelayan tersebut tetap melanggar peraturanhukum tersebut, maka Panglima Laot dapat mengeluarkan nelayan
tersebut dari keanggotaan Lembaga Panglima Laot.
4.3.3 Fasilitas PPP Lampulo
1 Fasilitas pokok
a.
Dermaga
Dermaga yang terdapat di PPP Lampulo adalah dermaga untuk bertambat, membongkar muatan, dan untuk mengisi bahan perbekalan Gambar 8. Namun,
tata letak dermaga yang terdapat di PPP Lampulo masih kurang baik karena aktivitas tambat, membongkar muatanhasil tangkapan, dan untuk mengisi bahan
perbekalan melaut berada dalam satu dermaga yang sama. Hal ini tentunya mengakibatkan ketidakteraturan kapal-kapal yang akan melakukan aktivitas
tersebut. Dermaga dengan panjang 178 m ini dapat menampung 10-13 kapal yang bertambat dalam waktu yang sama UPTD PPP Lampulo, 2010, namun panjang
dermaga ini terlihat masih kurang untuk menampung kapal-kapal yang akan bertambat dan membongkar muatan di PPP Lampulo. Hal ini terlihat dari adanya
antrian saat banyak kapal yang melakukan pendaratan. Berdasarkan pengamatan yang dilakukan dapat dilihat bahwa kondisi
dermaga PPP Lampulo cukup baik dan layak digunakan, namun masih perlu dilakukan perbaikan karena ada beberapa bagian dermaga yang sudah rusak atau
berlubang. Lantai dermaga terbuat dari semen biasa dan fasilitas yang terdapat di dermaga hanya bollard yang berfungsi untuk menambatkan kapal, sedangkan
fasilitas lain seperti fender fasilitas yang berfungsi agar kapal terhindar dari
48
kerusakan akibat benturan dengan dermaga saat bertambat tidak tersedia dikarenakan PPP Lampulo terletak di muara sungai jadi tidak ada arus atau
gelombang yang besar sehingga fender dirasakan tidak perlu digunakan.
Gambar 8 Dermaga dan bollard di PPP Lampulo tahun 2010.
b.
Kolam pelabuhan
Kolam pelabuhan adalah fasilitas utama yang harus tersedia di suatu pelabuhan perikanan karena fasilitas ini digunakan sebagai alur pelayaran kapal
yang keluar masuk darike suatu pelabuhan perikanan dan juga sebagai tempat kapal-kapal untuk tambat labuh. Kolam pelabuhan PPP Lampulo berada di muara
sungai Aceh dengan luas kolam sekitar 76.050 m
2
UPTD PPP Lampulo, 2010. Kolam pelabuhan ini dapat menampung kapal yang berukuran kurang dari
5 GT hingga yang berukuran 50 GT. Sebagian besar kapal yang bertambat dan berlabuh di kolam pelabuhan PPP Lampulo adalah kapal yang berukuran 20-30
GT dengan jumlah kapal yang bertambat setiap harinya sebanyak 20 unit UPTD PPP Lampulo, 2010. Kondisi kolam pelabuhan PPP Lampulo cukup baik, namun
masih terdapat sampah-sampah akibat aktivitas pendaratan sehingga terlihat kondisi yang sedikit kotor di kolam pelabuhan Gambar 9. Hal ini diakibatkan
sampah yang berasal dari aktivitas pendaratan dan pemasaran langsung dibuang ke kolam pelabuhan. Selain itu, pemeliharaan kolam pelabuhan harus dilakukan
BOLLARD
49
untuk mencegah terjadinya sedimentasi di kolam pelabuhan akibat terbawanya material tanah dari arus yang terjadi, oleh karena itu hendaknya dilakukan
pengerukan selama jangka waktu tertentu.
Gambar 9 Kondisi kolam pelabuhan di PPP Lampulo tahun 2010.
2 Fasilitas fungsional
a.
Tempat Pelelangan Ikan TPI
Gedung TPI di PPP Lampulo memiliki luas 428 m
2
dan terletak di sebelah timur kompleks PPP Lampulo UPTD PPP Lampulo, 2010. Awalnya, TPI ini
dibangun sebagai tempat untuk melaksanakan aktivitas lelang, namun kenyataannya menunjukkan bahwa gedung TPI ini dialihkan fungsinya sebagai
tempat pemasaran hasil tangkapan yang didaratkan Gambar 10, sementara itu aktivitas lelang tidak terjadi di PPP Lampulo. Selain itu, gedung TPI di PPP
Lampulo ini menjadi tempat penyimpanan cool box yang berukuran besar sehingga hampir setengah dari luas gedung TPI dipenuhi oleh cool box tersebut.
Kondisi gedung TPI juga masih kurang baik, karena lantai TPI banyak yang sudah berlubang. Selain itu, saluran pembuangan yang terdapat di sekeliling
areal TPI tidak berfungsi dengan baik dikarenakan tersumbat oleh sampah- sampah. Fasilitas kebersihan tidak tersedia di dalam TPI seperti penyemprot
50
lantai, sehingga untuk membersihkan TPI hanya dilakukan dengan cara menyemprot lantai secara manual dengan menggunakan selang besar.
Gambar 10 Gedung TPI tampak depan di PPP Lampulo tahun 2010.
b.
Kantin
Salah satu fasilitas penunjang yang terdapat di PPP Lampulo adalah kantin Gambar 11. Berdasarkan pengamatan terdapat sekitar 10 buah kantin di dalam
kompleks PPP Lampulo ini, dan letaknya tidak pada satu area yang sama melainkan tersebar di beberapa tempat seperti di depan area TPI, di depan balai
nelayan, dan di dekat kantor UPTD. Kantin-kantin yang terdapat di PPP Lampulo ini bukan tempat yang
menjual makanan khusus yang terbuat dari ikan atau olahannya, melainkan menjual makanan yang biasanya dikonsumsi untuk sarapan seperti nasi hingga
makanan ringan seperti kue-kue dan jajanan pasar lainnya. Biasanya penjual menjual makanan hanya pada pagi hingga siang hari, selebihnya hanya warung-
warung kecil yang menjajakan makanan ringansnack dan rokok. Kantin-kantin ini dibangun oleh pemilik kantin itu sendiri dengan tipe
bangunan semi permanen dan ada juga yang konstruksi bangunannya terbuat dari kayu, dan sebagian besar kondisi fisik kantin masih cukup baik. Pihak pelabuhan
51
hanya menyediakan lahan untuk disewakan kepada pemilik kantin. Kantin ini disediakan tidak hanya bagi pengunjung namun bagi pegawai UPTD, pekerja, dan
semua pihak yang beraktivitas di PPP Lampulo.
Gambar 11 Area kantin di PPP Lampulo tahun 2010.
c.
Bengkel
Fasilitas lainnya yang tersedia di PPP Lampulo adalah fasilitas untuk pemeliharaan dan perbaikan armada seperti bengkel Gambar 12. Bangunan
untuk bengkel dibangun pada tahun 2005 dengan bantuan dari pihak Jepang dimana bangunan ini difungsikan untuk memperbaiki mesin kapal.
Bengkel ini terletak di bagian belakang kompleks PPP Lampulo dengan luas bangunan 180 m
2
UPTD PPP Lampulo, 2010. Peralatan bengkel yang tersedia cukup lengkap. Namun diperlukan pemeliharaan yang baik terhadap alat-
alat tersebut agar tidak cepat rusak sehingga bisa digunakan dalam jangka waktu
yang lebih lama.
52
Gambar 12 Bengkel mesin kapal di PPP Lampulo tahun 2010.
d.
Docking
Docking adalah tempat untuk memperbaiki kapal akibat benturan atau segala kerusakan yang terjadi di badan kapal. Fasilitas docking terletak di dekat
pintu masuk menuju kolam pelabuhan PPP Lampulo dimana fasilitas ini hanya tersedia 1 unit Gambar 13. Fasilitas ini hanya dapat memperbaiki kapal dengan
ukuran maksimal 10 GT dengan jumlah kapal yang melakukan perbaikan sekitar 1-4 kapal per bulan UPTD PPP Lampulo, 2010. Berdasarkan pengamatan yang
dilakukan terlihat bahwa kondisi fasilitas ini masih kurang baik.
Gambar 13 Docking kapal di PPP Lampulo tahun 2010.
53
e.
SPBU Pertamina
Pada awalnya fasilitas SPBU yang tersedia di PPP Lampulo ini dibangun 3 bulan sebelum tsunami dan memiliki kapasitas 10 ton. Pasca tsunami, SPBU
dibangun kembali dan biasanya menjual sekitar 5.000 liter solarhari UPTD PPP Lampulo, 2010. Penjualan solar hanya kepada nelayan saja. Pelaksana
penyaluran BBM solar adalah pihak investor swasta yang menyalurkan BBM solar langsung kepada para nelayan dengan sistem pembayaran tunai. Hal ini
dilakukan untuk menghindari adanya peningkatan harga jual BBM solar jika penyalurannya melalui pedagang eceran.
Saat ini hanya tersedia 1 tangki pengisian solar untuk seluruh kapal yang akan mengisi perbekalan melaut Gambar 14. Biasanya untuk sekali melaut 1
unit kapal akan menghabiskan biaya sebesar Rp 200.000,00 untuk membeli bahan bakar.
Gambar 14 Fasilitas SPBU di PPP Lampulo tahun 2010. f.
Gedung pengepakan
Terdapat 12 unit gedung pengepakan dengan luas total 540 m
2
, dimana luas setiap gedung sebesar 5x9 meter UPTD PPP Lampulo, 2010. Gedung
pengepakan ini dikelola oleh PERUM PPS cabang Lampulo yang disewa oleh pedagang ikan besar toke. Besarnya sewa yang ditetapkan oleh pihak PERUM
yaitu Rp 5.400.000,00tahun.
54
Fungsi gedung pengepakan ini adalah untuk mempersiapkan dan mengemas ikan hasil tangkapan untuk dikirimkan ke konsumen dalam bentuk
segar. Namun, aktivitas pengepakan ikan segar dilakukan di depandi luar gedung pengepakan. Pengepakan ikan segar ini menggunakan cool box Gambar 15.
Permintaan ikan segar biasanya berasal dari konsumen lokal, luar kota, bahkan luar Provinsi Nanggroe Aceh Darussalam seperti Medan. Jenis hasil tangkapan
yang biasanya dikirim adalah jenis tuna atau cakalang.
Gambar 15 Pengepakan ikan menggunakan cool box di PPP Lampulo tahun 2010.
g.
Tangki air
Sumber air bersih diperoleh dari tangki air yang terdapat di PPP Lampulo. Tangki air ini terdiri dari 2 unit dimana 1 unit terletak disamping gedung
pengepakan Gambar 16a dan 1 unit lainnya terletak disamping gedung TPI Gambar 16b. Tangki air ini mampu menampung 2.000 liter airhari. Air bersih
ini diperlukan untuk kebutuhan pembersihan dermaga bongkar dan tempat pelelangan ikan serta untuk toilet.
Kondisi tangki air cukup baik namun diperlukan tangki air tambahan sehingga kebutuhan air bersih dapat dipenuhi dengan baik. Berdasarkan
wawancara diketahui bahwa jumlah air bersih di PPP Lampulo masih kurang, hal
55
ini terlihat dari masih banyaknya nelayan dan pedagang yang mencuci hasil tangkapan menggunakan air kolam pelabuhan.
a b
Gambar 16 Dua unit tangki air di PPP Lampulo a dan b tahun 2010. h.
Tsunami Warning System TWS
Bencana tsunami yang terjadi tahun 2004 silam menjadikan pemerintah menambah fasilitas Tsunami Warning System TWS di setiap daerah yang rawan
tsunami salah satunya adalah di wilayah pelabuhan perikanan. Tsunami Warning System TWS adalah sebuah perangkat yang dapat mendeteksi besar gelombang
sehingga dapat memberikan informasi mengenai gelombang yang berpotensi menjadi gelombang tsunami. Sistem kerja alat ini adalah ketika terjadi sebuah
gelombang besar dan berpotensi menjadi gelombang tsunami maka alat ini akan berbunyi seperti bunyi sirene UPTD PPP Lampulo, 2010. Dengan adanya alat
ini diharapkan masyarakat yang bertempat tinggal di wilayah rawan tsunami dapat lebih waspada, jika alat ini sudah berbunyi maka masyarakat diharapkan dapat
mengambil tindakan penyelamatan dengan menghindari daerah dekat pantai dan melalui jalur penyelamatan yang telah ditetapkan.
Fasilitas Tsunami Warning System TWS di PPP Lampulo hanya 1 unit dan kondisinya masih cukup baik dan dapat dioperasikan. Letak Tsunami
Warning System TWS ini adalah di dekat pintu masuk kompleks PPP Lampulo, tepatnya di samping lahan parkir motor Gambar 17.
56
Gambar 17 Tsunami Warning System TWS di PPP Lampulo tahun 2010. i.
Pos jaga
Dua unit pos jaga yang dibangun pasca tsunami terdapat di pintu masuk dan keluar PPP Lampulo. Kondisi pos jaga masih cukup baik, namun diperlukan
pemeliharaan agar pos jaga ini dapat terus difungsikan Gambar 18. Fungsi pos jaga ini adalah untuk mengawasi orang atau kendaraan yang keluar masuk
kompleks PPP Lampulo dan juga untuk pengambilan pas masuk PPP Lampulo.
Gambar 18 Pos jaga di kompleks PPP Lampulo tahun 2010.
57
j.
Toilet
Toilet termasuk fasilitas sanitasi yang seharusnya ada di semua pelabuhan perikanan. Awalnya di PPP Lampulo terdapat 1 unit toilet yang dibangun pasca
tsunami dengan bantuan CHF Community Habitat Finance dengan luas 63 m
2
Gambar 19, namun dikarenakan tidak adanya pengelolaan dengan baik maka saat ini fasilitas ini tidak bisa digunakan lagi karena saluran yang terdapat di toilet
tersumbat sehingga menyebabkan air yang terdapat di saluran pembuangannya menjadi tergenang UPTD PPP Lampulo, 2010. Selain itu tidak adanya
kesadaran untuk menjaga kebersihan dari pihak-pihak yang menggunakan fasilitas ini menyebabkan fasilitas ini tidak bisa digunakan lagi. Kondisi bangunan toilet
ini sebenarnya masih cukup bagus, namun yang bermasalah adalah saluran pembuangan dari toilet yang sering tersumbat.
Gambar 19 Fasilitas toilet di PPP Lampulo tahun 2010.
k.
Lahan parkir
Berdasarkan pengamatan yang telah dilakukan diketahui bahwa terdapat 2 jenis lahan parkir di PPP Lampulo yaitu lahan parkir besar untuk kendaraan roda
4 atau mobil Gambar 20a dan lahan parkir kecil untuk kendaraan roda 2 atau
58
sepeda motor Gambar 20b. Disetiap lahan parkir dipungut retribusi oleh petugas parkir yaitu Rp 1.000,00 untuk sepeda motor dan Rp 2.000,00 untuk mobil.
Kondisi kedua jenis lahan parkir masih cukup bagus, hanya diperlukan pemeliharaan dan penambahan atap di lahan parkir agar kendaraan yang terparkir
dapat terhindar dari panas matahari. Sebenarnya pembangunan atap di lahan parkir telah direncanakan oleh pihak UPTD dan saat ini sedang menunggu
bantuan dana dari PEMDA NAD untuk merealisasikan rencana tersebut.
a b
Gambar 20 Kondisi lahan parkir besar a untuk mobil dan lahan parkir kecil untuk motor b di PPP Lampulo tahun 2010.
59
5. SANITASI DAN HIGIENITAS DERMAGA DAN TEMPAT