Faktor-Faktor yang Berpengaruh terhadap Sanitasi dan Higienitas

63 sampahlimbah cair seperti genangan air dan darah ikan. Secara kuantitatif, banyak sampah di TPI dianalisis di subbab 5.2.2. Selain permasalahan sampah di atas, juga terdapat permasalahan pada lantai TPI. Lantai gedung TPI terbuat dari semen kasar, dan saluran pembuangan yang tersedia di sekeliling gedung TPI tidak berfungsi lagi karena dipenuhi oleh sampah. Kemiringan lantai gedung TPI juga sepertinya tidak diperhatikan pada saat pembangunannya. Menurut Lubis 2006, lantai TPI harus memiliki kemiringan 2 ke arah saluran pembuangan. Kemiringan lantai tersebut dimaksudkan agar air yang terdapat pada lantai TPI dapat mengalir ke saluran pembuangan sehingga tidak terjadi genangan di lantai TPI. Fasilitas sanitasi seperti tempat cuci tangan dan toilet juga tidak tersedia di TPI, sebagian besar pedagang atau nelayan mencuci tangan dengan menggunakan air dari kolam pelabuhan, sedangkan untuk fasilitas toilet yang disediakan oleh pihak pelabuhan hanya terdapat di luar gedung TPI dan itu juga sudah tidak berfungsi lagi karena terjadi penyumbatan pada saluran pembuangannya. Pasokan air bersih untuk pembersihan TPI berasal dari tangki air yang terletak disamping gedung TPI Subbab 4.3.3 butir 2g, Gambar 16b. Namun, pasokan air bersih yang berasal dari tangki tersebut belum tercukupi sesuai kebutuhan, seperti untuk pencucian ikan, pembersihan lantai TPI, dan kebutuhan pedagang yang melakukan aktivitas di TPI. Para nelayan memasok air bersih dari luar PPP Lampulo khususnya untuk kebutuhan melaut. Berdasarkan wawancara yang telah dilakukan dengan pengelola TPI PPP Lampulo diketahui bahwa frekuensi pembersihan lantai gedung TPI dilakukan 3 hari sekali. Pembersihan dilakukan dengan cara menyemprot lantai dengan selang besar hingga sampah yang terdapat di TPI mengalir dan masuk ke saluran pembuangan yang berada di sekitar gedung TPI.

5.2 Faktor-Faktor yang Berpengaruh terhadap Sanitasi dan Higienitas

Dermaga dan TPI di PPP Lampulo Baik buruknya kondisi sanitasi dan higienitas di suatu pelabuhan perikanan merupakan akibat dari beberapa faktor, diantaranya aktivitas yang berlangsung, ketersediaan fasilitas pendukung sanitasi, dan pelaku yang beraktivitas di 64 pelabuhan perikanan tersebut. Kondisi sanitasi dan higienitas di dermaga dan TPI PPP Lampulo sendiri dipengaruhi oleh aktivitas yang berlangsung, jumlah orang yang beraktivitas, dan sampah fisik yang terdapat di dermaga dan TPI. 5.2.1 Aktivitas yang menimbulkan dampak di dermaga dan TPI PPP Lampulo 1 Aktivitas pendaratan hasil tangkapan Aktivitas pendaratan didahului dengan aktivitas pembongkaran hasil tangkapan HT dari palkaboks pendingin ke dek. Aktivitas pembongkaran ini dilakukan sesaat setelah kapal merapat ke dermaga. Pembongkaran HT dari palka ke dek kapal dilakukan dengan mengeluarkan hasil tangkapan terlebih dahulu ke atas dek kapal secara manual atau dengan menggunakan alat bantu berupa ember plastik kecil atau keranjang plastik kecil yang diikat dengan tali Gambar 24. Hasil tangkapan yang diletakkan di atas dek tidak ditutup sehingga terkena sinar matahari langsung. Setelah ikan diletakkan di atas dek, dilakukan penyortiran berdasarkan ukuran relatif hasil tangkapan dan jenisnya masing-masing. Hasil tangkapan yang sudah disortir dimasukkan ke dalam keranjang lalu didaratkan ke dermaga. Gambar 24 Aktivitas pembongkaran hasil tangkapan dari palka ke dek di PPP Lampulo tahun 2010. 65 Menurut Moeljanto 1982, langkah-langkah yang harus diperhatikan dalam pembongkaran ikan adalah sebagai berikut: 1 Pembongkaran dilakukan dengan hati-hati dan sedapat mungkin jangan memakai sekop atau garpu, untuk menghindari lukamemar pada ikan; 2 Pisahkan es dari ikan, sehingga memudahkan penimbangan. Setelah ditimbang, ikan harus segera diberi es kembali; 3 Wadah, sebaiknya dibuat dari bahan-bahan yang mudah dibersihkan seperti aluminium, plastik keras tapi tidak mudah pecah, atau peti kayu yang ringan, kuat, dan mudah dibersihkan; 4 Hindari ikan-ikan tersebut dari sinar matahari langsung dan selalu menambahkan es pada saat pelelangan, pengangkutan, atau pengolahan. Berdasarkan hasil wawancara dengan panglima laot PPP Lampulo diketahui bahwa aktivitas pendaratan di PPP Lampulo terjadi setiap hari yang dilakukan sebanyak 2 kali yaitu pada pagi hari pukul 06.00 WIB dan sore hari pada pukul 16.00 WIB. Pendaratan yang dilakukan pada pagi hari biasanya dilakukan oleh 15 unit kapal, sedangkan pada sore biasanya dilakukan oleh 10 unit kapal. Kapal yang melakukan pendaratan didominasi oleh jenis kapal purse seine yang merupakan jenis kapal yang paling dominan yang terdapat di PPP Lampulo. Pendaratan hasil tangkapan dari kapal ke dermaga dilakukan secara manual yaitu keranjang yang berisi hasil tangkapan yang sudah disortir langsung didaratkan di dermaga oleh nelayan. Kegiatan penyortiran dilakukan oleh 6-8 orang nelayan secara manual dengan menggunakan tangan. Berdasarkan gambar terlihat bahwa nelayan yang melakukan penyortiran terhadap hasil tangkapan tidak peduli dengan kebersihan, ini terlihat dari tidak adanya nelayan yang menggunakan sarung tangan untuk menghindari kontak langsung dengan hasil tangkapan. Kontak langsung dengan hasil tangkapan dapat menyebabkan penyebaran bakteri pada tubuh ikan menjadi lebih cepat sehingga dapat menyebabkan kebusukan atau penurunan kualitas hasil tangkapan yang lebih cepat Gambar 25. Proses pembongkaran hasil tangkapan dari palka ke dek yang tidak memperhatikan sanitasi ini juga terjadi di pelabuhan perikanan lainnya seperti di Pangkalan Pandaratan Ikan PPI Muara Angke. Nelayan yang melakukan 66 pembongkaran hasil tangkapan di PPP Muara Angke belum terlalu memperhatikan masalah sanitasi dan kebersihan kapal. Lantai dek masih kotor dan licin akibat adanya lendir ikan yang bercampur dengan air dan bongkahan- bongkahan es. Selain itu, keranjang yang digunakan masih terlihat kotor, bekas darah dan lendir ikan masih tersisa di sisi keranjang Faubiany, 2008. Dampak yang ditimbulkan dari aktivitas pendaratan di PPP Lampulo adalah adanya genangan darah dari ikanhasil tangkapan yang didaratkan dikarenakan hasil tangkapan tersebut diletakkan dalam keranjang bambu yang memiliki celah. Darah ikan yang mengalir dari keranjang tersebut mengakibatkan genangan darah ikan di dermaga atau lantai dermaga menjadi licin, kotor, dan bau sehingga aktivitas yang dilakukan menjadi terganggu. Gambar 25 Kegiatan penyortiran hasil tangkapan di atas dek kapal di PPP Lampulo tahun 2010. 2 Aktivitas penanganan hasil tangkapan Sebagian besar nelayan yang mendaratkan hasil tangkapan di PPP Lampulo adalah nelayan dengan unit penangkapan purse seine yang melakukan trip penangkapan selama 1 hari. Nelayan menggunakan es curahes balok untuk menangani hasil tangkapan selama berada di kapal. Teknik pengesan ini adalah teknik yang biasanya digunakan oleh nelayan PPP Lampulo untuk menjaga kesegaran hasil tangkapan. Hasil tangkapan yang telah ditangkap, biasanya 67 dimasukkan kedalam palka atau cool box yang sudah diberi es terlebih dahulu. Perbandingan jumlah es dengan hasil tangkapan yaitu 2 : 1. Ikan yang telah dimasukkan ke dalam palka dan cool box ditambahkan es dengan jumlah yang telah disebutkan di atas. Saat hendak didaratkan, ikan dikeluarkan dari dalam palka atau cool box dan ditaruh di atas dek. Lalu 6-8 orang nelayan memasukkan hasil tangkapan tersebut ke dalam keranjang untuk dipasarkan. Proses pemindahan hasil tangkapan ke keranjang dilakukan dibawah sinar matahari langsung. Sinar matahari langsung adalah salah satu penyebab yang mempercepat proses kemunduran mutu ikan sehingga ikan akan lebih cepat busuk dari waktu yang seharusnya. Setelah semua ikan selesai dimasukkan kedalam keranjang, ikan tersebut langsung diambil oleh toke bangku untuk dijual. Toke bangku adalah orang bertugas untuk menawarkan hasil tangkapan dan mencatat seluruh penjualan hasil tangkapan yang dipasarkan. Ada beberapa toke bangku yang sebenarnya adalah pemilik kapal, namun sebagian besar toke bangku adalah orang kepercayaan pemilik kapal untuk menjual hasil tangkapan dari kapal yang bersangkutan. Pendapatan toke bangku berasal dari keuntungan penjualan hasil tangkapan, besarnya adalah 15 dari hasil penjualan ikan yang dijualnya. Tidak ada penanganan khusus yang dilakukan untuk menjaga kesegaran hasil tangkapan yang akan dipasarkan. Ikan hanya dibiarkan dalam keranjang bambu tanpa diberi es atau dilindungi dari sinar matahari langsung. Padahal proses pemasaran dilakukan dalam waktu yang lama, berkisar antara 4-5 jam setelah ikan didaratkan. Tidak adanya penanganan hasil tangkapan seperti yang dijelaskan diatas juga terjadi di PPI Muara Angke Faubiany, 2008, sehingga memungkinkan terjadinya penurunan mutu hasil tangkapan. Ikan yang dipasarkan juga bukan hanya ikan-ikan atau hasil tangkapan yang didaratkan pada hari yang sama. Ada beberapa ikan yang telah didaratkan sehari sebelum dilakukannya proses pemasaran. Ikan yang disimpan tersebut tetap diletakkan pada cool box dengan diberi es. Namun beberapa jam sebelum ikan tersebut dijual, ikan tersebut dimasukkan kedalam keranjang tanpa diberi es. Kebanyakan ikan yang didaratkan sehari sebelum dipasarkan mengalami kemunduran mutu yang ditandai dengan tekstur daging tidak elastis dan mata 68 yang mulai berlendir pada ikan tersebut. Hal ini juga akan berpengaruh terhadap harga ikan tersebut yang juga akan mengalami penurunan. 3 Aktivitas pemasaran hasil tangkapan Terdapat 2 jenis aktivitas pemasaran yang terjadi di PPP Lampulo, yaitu pemasaran oleh pengecer dan pemasaran oleh toke bangku. Pemasaran oleh pengecer dilakukan di belakang, di depan dan di dalam gedung TPI. Berdasarkan pengamatan saat penelitian, diketahui bahwa posisi tempat pemasaran ini cukup buruk, hal ini dikarenakan tidak adanya tempat khusus untuk menaruh hasil tangkapan yang akan dijual. Ikan yang akan dijual hanya diletakkan di plastik atau terpal besar di atas tanah becek atau terdapat banyak genangan air Gambar 26 dan hanya dipercikkan air sesekali untuk penyegaran sehingga hal tersebut dapat menjadi penyebab terjadinya penurunan kualitas ikan lebih cepat. Berbeda dengan sebagian aktivitas pemasaran yang terjadi di Pelabuhan Perikanan Nusantara Palabuhanratu, Sukabumi, Jawa Barat. Hasil tangkapan yang dipasarkan sebagian besar telah menggunakan wadah dan ditaburi es curah, walau sebagian lainnya masih ada yang diletakkan di atas lantai TPI Pane, 2008 b . Selain itu, seharusnya pelaksanaan aktivitas pemasaran di PPP Lampulo yang dilakukan oleh pengecer tidak boleh dilaksanakan di gedung TPI karena gedung TPI adalah sarana yang disediakan untuk melaksanakan aktivitas pelelangan. Hasil tangkapan yang dipasarkan oleh pengecer biasanya memiliki harga yang lebih tinggi dari harga ikan yang dipasarkan oleh toke bangku. Namun, jumlah ikan yang dapat dibeli oleh pengecer dapat dilakukan sesuai kebutuhan atau keinginan konsumen. 69 Gambar 26 Kondisi tempat pengecer menjual hasil tangkapannya di depan gedung TPI PPP Lampulo tahun 2010. Lain halnya dengan pemasaran yang dilakukan oleh toke bangku, toke bangku hanya memasarkan ikan per keranjangnya, dimana harga ikan untuk satu keranjang berkisar antara Rp 100.000,00 sampai Rp 300.000,00 bergantung pada jenis ikan. Pemasaran yang dilakukan oleh toke bangku hanya dilakukan di dermaga pendaratan Gambar 27. Menurut pengamatan dan wawancara terhadap 10 orang responden diketahui bahwa masyarakat menganggap pemasaran yang dilakukan oleh toke bangku merupakan aktivitas pelelangan yang termasuk dalam jenis pelelangan tradisional. Anggapan ini diduga terjadi karena penjualan hasil tangkapan harus dilakukan per keranjang; tidak boleh menjual dalam bentuk eceran seperti per kilogram; dan terdapat aturan yaitu ketika penawaran dari satu pembeli berlangsung, pembeli yang lain tidak boleh melakukan penawaran pada waktu yang bersamaan. Namun, menurut Lubis 2010 aktivitas pemasaran yang dilakukan oleh toke bangku tidak bisa disebut sebagai aktivitas pelelangan karena dalam aktivitas pelelangan terdapat beberapa syarat yang harus dipenuhi antara lain: 1 Setiap kapal yang ingin melelang hasil tangkapan harus melapor atas kedatangan kapal dan melakukan pendaftaran lelang serta mengambil nomor urut lelang. 70 2 Setelah itu hasil tangkapan yang akan dilelang ditimbang lalu dimasukkan ke dalam wadah yang disediakan untuk dilelang dan kemudian diletakkan di gedung TPI untuk dilelang. 3 Pelelangan akan dimulai ketika pemimpin lelang menawarkan harga mulai dari yang paling rendah hingga paling tinggi, dan ketika sudah ada pembeli yang menyetujui dengan harga tertinggi yang ditawarkan maka dianggap sebagai pemenang lelang. 4 Selain itu, pada pelelangan terdapat biaya retribusi lelang yang didapat dari pemenang lelang dan nelayanpemilik hasil tangkapan yang dibeli oleh pemenang lelang tersebut. Gambar 27 Aktivitas pemasaran oleh toke bangku di dermaga pendaratan PPP Lampulo tahun 2010. Ada beberapa hal yang menyebabkan proses pemasaran oleh toke bangku di PPP Lampulo ini tidak dapat dikategorikan sebagai aktivitas pelelangan yaitu: 1 Tidak adanya syarat khusus yang harus dipenuhi sebelum hasil tangkapan tersebut dipasarkan. Dalam proses pemasaran yang dilakukan, terdapat syarat yang tidak dipenuhi agar hasil tangkapan yang didaratkan bisa dijual melalui proses lelang, seperti nelayan yang melelang hasil tangkapannya tidak melakukan pendaftaran terlebih dahulu pada petugas lelang; 2 Sistem penentuan harga pada proses pemasaran oleh toke bangku ini tidak seperti pada proses pelelangan di pelabuhan lainnya, dimana harga terus 71 menerus akan naik hingga mencapai harga yang disepakati oleh peserta lelang. Di PPP Lampulo, penentuan harga ikan disesuaikan dengan proses tawar menawar antara penjual toke bangku dan pembeli pengecer. Pertama kali penjual akan menawarkan harga, jika pembeli tidak setuju pembeli bisa menawar lagi harga tersebut hingga mencapai kesepakatan. Kondisi ini menggambarkan bahwa proses pemasaran di PPP Lampulo seperti proses jual beli yang biasa dilakukan antara penjual dan pembeli. Adapun proses pemasaran yang dilakukan oleh toke bangku di PPP lampulo adalah sebagai berikut: 1. Ikan yang sudah dimasukkan ke dalam keranjang didaratkan di dermaga. Ikan tersebut dibagi berdasarkan jenis dan ukuran relatif. Tiap keranjang memiliki berat sekitar 20 kg. Penentuan berat hasil tangkapan per keranjangnya hanya berdasarkan perkiraan karena tidak dilakukan proses penimbangan. 2. Setelah ikan selesai didaratkan, ikan tersebut langsung dijual oleh toke bangku. Satu orang toke bangku biasanya mencatat data penjualan hasil tangkapan untuk 4-5 kapal yang berbeda. 3. Penawaran dilakukan oleh dua belah pihak, yaitu penjual dan pembeli. Ketika satu pembeli sedang melakukan proses tawar menawar, pembeli yang lain tidak boleh ikut dalam proses tawar menawar tersebut. Jika pembeli yang satu tidak berhasil mencapai kesepakatan dengan penjual, maka pembeli yang lain baru boleh melakukan penawaran dengan penjual. 4. Setelah tercapai harga yang disepakati, maka pembeli bisa langsung membawa ikan yang telah dibeli. Proses pemasaran yang berlangsung di dermaga dan TPI juga menimbulkan dampak antara lain terdapat potongan tubuh ikan di lantai dermaga dan TPI, adanya sampah makanan, puntung rokok, genangan darah ikan, dan genangan air. Adanya sampah fisik ini akan berpengaruh terhadap mutu hasil tangkapan yang dijual, apalagi pemasaran yang dilakukan di dermaga berlangsung di tempat terbuka sehingga hasil tangkapan terkena sinar matahari langsung dan terkontaminasi dengan udara kotor yang menyebabkan waktu pembusukan atau penurunan mutunya akan berjalan lebih cepat. 72 4 Aktivitas pengangkutan hasil tangkapan Setelah dilakukan proses pendaratan hasil tangkapan di dermaga pendaratan, hasil tangkapan yang akan dijual oleh toke bangku akan langsung diterima oleh toke bangku, sedangkan untuk hasil tangkapan yang tidak dijual oleh toke bangku akan diangkut ke gedung pengemasan atau ke TPI. Biasanya hasil tangkapan yang diangkut ke gedung pengemasan atau TPI adalah hasil tangkapan jenis cumi dan tongkol atau yang bernilai ekonomis tinggi seperti tuna atau cakalang yang akan diekspor ke luar daerah atau yang sudah memiliki pemilik. Pengangkutan hasil tangkapan tersebut dilakukan dengan menggunakan gerobak dimana gerobak tersebut dapat mengangkut 4-6 keranjang dalam sekali angkut Gambar 28. Pengangkutan tersebut dilakukan oleh kuli angkut. Di PPP Lampulo tidak ada organisasi perkumpulan dari kuli angkut. Kuli angkut yang terdapat di PPP Lampulo adalah kuli angkut bebas, dimana orang-orangnya berasal dari masyarakat sekitar. Selain itu, tidak ada pembagian kerja untuk kuli angkut, biasanya mereka mengangkut hasil tangkapan dari dermaga ke gedung pengemasan atau TPI. Upah kuli angkut Rp 3.500,00keranjang untuk orang yang berasal dari luar PPP Lampulo dan Rp 2.500,00keranjang untuk orang yang berasal dari dalam PPP Lampulo. Gambar 28 Aktivitas pengangkutan ikan dengan menggunakan gerobak di PPP Lampulo tahun 2010. 73 Selama proses pengangkutan, hasil tangkapan tidak tertutup sehingga terkena sinar matahari langsung dan terkontaminasi dengan udara kotor yang akan mempercepat penurunan mutu hasil tangkapan sehingga akan lebih cepat busuk. Dampak dari aktivitas pengangkutan ini adalah adanya ceceran darah dan potongan tubuh ikan di sepanjang jalur pengangkutan. Hal ini juga terjadi pada proses pengangkutan yang berlangsung di PPI Muara Angke, bahkan di PPI muara Angke ikan yang akan diangkut tidak dicuci terlebih dahulu sehingga kotoran tetap menempel pada tubuh ikan Faubiany, 2008.

5.2.2 Jumlah orang yang beraktivitas dan sampah fisik yang terdapat di

dermaga dan TPI di PPP Lampulo Terdapat faktor lain selain aktivitas yang mempengaruhi sanitasi dan higienitas dermaga dan TPI di PPP Lampulo, yaitu banyaknya orang yang beraktivitas dan jumlah sampah fisik yang terdapat di dermaga dan TPI tersebut. Banyaknya orang yang beraktivitas di dermaga dan TPI secara tidak langsung mempengaruhi banyaknya sampah yang terdapat di dermaga dan TPI tersebut. Apalagi jika orang-orang tersebut tidak peduli terhadap kebersihan lingkungan misalnya membuang sampah sembarangan yang berakibat pada kotornya lingkungan dan menimbulkan bau yang tidak sedap jika sampah tersebut dibiarkan menumpuk dan membusuk. Berdasarkan pengamatan diperoleh bahwa sampah fisik di dermaga dan TPI meningkat seiring dengan meningkatnya jumlah orang yang beraktivitas di dermaga dan TPI Tabel 11, 12, 13, 14, dan 15. Tabel 11 menunjukkan bahwa terdapat perbedaan jumlah sampah yang dihasilkan pada pagi hari dan sore hari. Perbedaan ini dikarenakan jumlah kapal yang mendarat pada pagi hari lebih banyak dibandingkan pada sore hari sehingga jumlah orang yang beraktivitas pada pagi hari juga lebih banyak dibandingkan sore hari dan hal ini secara tidak langsung meningkatkan jumlah sampah fisik di dermaga dan TPI yang berasal dari aktivitas yang dilakukan. Berdasarkan data dari Tabel 11 dapat diketahui bahwa estimasi jumlah sampah padat dari kotak amatan 1-8 pada pagi hari secara berturut-turut yaitu sebesar 30, 80, 101, 61, 67, 135, 307, dan 173 potongan. Pada kotak amatan ke-7 74 adalah kotak amatan yang memiliki potongan sampah padat terbanyak, begitu pula untuk pengamatan pada sore hari, komposisi potongan sampah terbanyak juga terdapat pada kotak amatan ke-7 Gambar 29. Estimasi jumlah sampah pada sore hari dari kotak amatan ke-1 sampai kotak amatan ke-8 secara berturut-turut adalah 26, 43, 64, 34, 36, 65, 240, dan 106 potongan. Tabel 11 Jumlah sampah padat di dermaga PPP Lampulo tahun 2010 Hari tanggal Waktu Kotakan ke- Jumlah sampahlimbahbuangan amatan menurut jenis potong Botol kaleng bekas Plastik bekas Puntung rokok Potongan tubuh ikan Sisa makanan Kulit buah Sabtu 10 April 2010 10.00 sd 11.00 1 3 10 12 5 - 2 8 18 19 5 30 3 13 32 34 6 16 4 13 22 11 6 9 5 15 16 11 20 5 6 46 55 14 12 8 7 54 104 61 73 15 8 29 58 13 66 7 Rata-rata 23 39 22 24 11 Simpangan 18,6 31,6 17,6 28,5 9,2 Kisaran 3-54 10-104 11-61 5-73 0-30 Jumlah 181 315 175 193 90 Sabtu 10 April 2010 17.00 sd 18.00 1 2 8 12 2 2 2 3 10 12 2 16 3 10 21 15 4 14 4 7 13 8 4 2 5 7 9 6 12 2 6 22 31 5 4 3 7 52 98 43 41 6 8 14 32 6 52 2 Rata-rata 15 28 13 15 6 Simpangan 16,4 30,0 12,5 19,8 5,8 Kisaran 2-52 8-98 5-43 2-52 2-16 Jumlah 117 222 107 121 47 Adapun banyaknya sampah padat yang terdapat di seluruh kotak amatan pada pagi hari berupa botolkaleng bekas yang berkisar antara 3-54 potongan, plastik bekas berkisar antara 10-104 potongan, puntung rokok sebanyak 11-61 potongan, potongan tubuh ikan sebanyak 5-73 potongan, dan yang berupa sisa 75 makanan seperti kulit buah berkisar antara 0-30 potongan. Namun, banyaknya sampah padat tersebut menurun pada pengamatan yang dilakukan sore hari. Ini terlihat dengan adanya potongan-potongan seluruh jenis sampah di dermaga yang berkisar antara 2 sampai 98 potongan Tabel 11. Jika dilihat secara keseluruhan dari luas dermaga, estimasi jumlah sampah padat berdasarkan jenisnya yang terdapat di dermaga pada pagi hari yaitu 181 potongan berupa botolkaleng bekas, 315 potongan plastik bekas, 175 potongan puntung rokok, 193 potongan tubuh ikan, dan 90 potongan sisa makanan. Pada pengamatan sore hari diperoleh jumlah botolkaleng bekas sebanyak 117 potongan, plastik bekas 222 potongan, puntung rokok 107 potongan, potongan tubuh ikan 121 potongan, dan berupa sisa makanan sebanyak 47 potongan Tabel 11. Gambar 29 Histogram jumlah sampah berupa potongan sampah per kotak amatan di dermaga PPP Lampulo tahun 2010. Banyaknya jumlah sampah yang terdapat di dermaga juga terjadi di PPN Palabuhanratu. Berdasarkan penelitian yang telah dilakukan oleh Pane 2008 b diperoleh bahwa persentase luas areal aktivitas terkena potongan ikan di dermaga mencapai 28,8, lebih besar 12,1 dibandingkan luas areal yang terkena dampak pada pengamatan di TPI. 76 Selain itu, sampah cair yaitu genangan air dan darah ikan yang terdapat di dermaga PPP Lampulo juga berbeda-beda tiap kotak amatannya. Pada pengamatan pagi hari, diperoleh bahwa genangan airlendir yang terbesar terdapat pada kotak amatan ke-2, sedangkan luas genangan darah yang terbesar terdapat pada kotak amatan ke-3 yaitu 2.160 cm 2 Tabel 12. Rata-rata luas genangan per kotak amatan adalah 1.783 cm 2 atau berkisar antara 0 cm 2 –7.100 cm 2 per kotak amatan. Tabel 12 Jumlah sampah cair di dermaga PPP Lampulo tahun 2010 Hari tanggal Waktu Kotakan ke- Jumlah sampahlimbahbuangan amatan menurut jenis cm 2 Genangan darah ikan Genangan airlendir Sabtu 10 April 2010 10.00 sd 11.00 1 360 580 2 770 7.100 3 2.160 5.000 4 50 3.505 5 - 850 6 400 5.600 7 - 500 8 - 1.650 Rata-rata 468 3.098 Simpangan 737,0 2.571,8 Kisaran 0-2.160 500-7.100 Jumlah 3.740 24.785 Sabtu 10 April 2010 17.00 sd 18.00 1 240 420 2 330 3.100 3 850 200 4 230 430 5 120 100 6 - 80 7 - 150 8 - 220 Rata-rata 221 588 Simpangan 284,0 1.023,8 Kisaran 0-850 80-3.100 Jumlah 1.770 4.700 Pengamatan pagi hari diperoleh bahwa banyak kotak amatan yang memiliki genangan darah ikan sebesar 62 dari keseluruhan kotak amatan, sedangkan genangan airlendir terdapat pada seluruh kotak amatan. Jika dilihat 77 secara keseluruhan dari luas dermaga PPP Lampulo pada pengamatan pagi hari, luas genangan mencapai 28.525 cm 2 yang terdiri atas 3.740 cm 2 genangan darah ikan dan 24.785 cm 2 genangan airlendir atau 13 genangan darah ikan dan 87 genangan airlendir Tabel 12. Tabel 12 juga menunjukkan bahwa waktu pengamatan sore hari diperoleh rata-rata luas genangan pada tiap kotak amatan sebesar 809 cm 2 yang terdiri atas genangan darah 221 cm 2 dan genangan airlendir 588 cm 2 dimana luas genangan darah untuk tiap kotak amatan berkisar antara 0-850 cm 2 dan luas genangan airlendir berkisar antara 80-3.100 cm 2 . Banyaknya kotak amatan yang tergenang darah pada waktu pengamatan sore hari sama seperti pada pagi hari yaitu 62, sedangkan genangan airlendir terdapat pada seluruh kotak amatan. Selain dermaga pendaratan, lokasi yang menjadi tempat pengamatan banyaknya sampah fisik juga dilakukan di TPI. Di dalam gedung TPI tidak terlalu banyak sampah fisik berupa sampah padat. Hal ini terjadi karena di dalam gedung TPI tidak berlangsung banyak aktivitas, sebagian besar luas gedung TPI digunakan untuk menaruh cool box yang berukuran besar sehingga luas TPI yang tersisa digunakan untuk aktivitas pemasaran oleh pengecer. Sampah fisik berupa sampah padat yang paling banyak terdapat di TPI pada pagi dan sore hari adalah sampah plastik bekas dan potongan tubuh ikan, yaitu sebanyak 103 potongan sampah plastik bekas dan 135 potongan tubuh ikan pada pagi hari, sedangkan pada sore hari diperoleh sampah plastik bekas sebanyak 50 potongan dan potongan tubuh ikan 46 potongan Tabel 13. Berdasarkan Tabel 13 diketahui pengamatan pada pagi hari diperoleh jumlah sampah padat yang berbeda untuk tiap jenisnya, yaitu jenis botolkaleng bekas sebanyak 18 potongan, puntung rokok sebanyak 38 potongan, dan yang termasuk jenis sisa kulit buah sebanyak 5 potongan. Sementara untuk pengamatan pada sore hari, jumlah sampah padat untuk jenis botolkaleng bekas diperoleh sebanyak 21 potongan, puntung rokok sebanyak 17 potongan, dan sisa kulit buah sebanyak 2 potongan. 78 Tabel 13 Jumlah sampah padat di TPI PPP Lampulo tahun 2010 Hari tanggal Waktu Kotakan ke- Jumlah sampahlimbahbuangan amatan menurut jenis potong Botol kaleng bekas Plastik bekas Puntung rokok Potongan tubuh ikan Sisa makanan Kulit buah Sabtu 10 April 2010 10.00 sd 11.00 1 1 4 5 - - 2 3 8 - 22 - 3 3 14 5 22 2 4 1 14 1 12 - 5 1 14 5 13 2 6 1 13 8 7 - 7 2 13 4 15 - 8 1 10 4 18 - 9 2 9 3 10 1 10 3 4 3 16 - Rata-rata 2 10 4 14 1 Simpangan 0,9 4,0 2,3 6,8 0,8 Kisaran 1-3 4-14 0-8 0-22 0-2 Jumlah 18 103 38 135 5 Sabtu 10 April 2010 17.00 sd 18.00 1 2 2 2 - - 2 2 3 - 8 - 3 4 6 2 8 1 4 1 7 - 5 - 5 2 7 3 6 - 6 1 4 4 3 7 1 6 2 7 - 8 5 7 1 3 - 9 2 5 2 4 1 10 1 3 1 2 - Rata-rata 2 5 2 5 Simpangan 1,4 1,9 1,3 2,7 0,4 Kisaran 1-5 2-7 0-4 2-8 0-1 Jumlah 21 50 17 46 2 Jumlah sampah cair di TPI juga terbagi atas 2 jenis yaitu genangan airlendir dan darah ikan. Tabel 14 menunjukkan bahwa untuk pengamatan pagi hari diperoleh luas genangan darah ikan hanya terdapat pada 3 kotak dari 10 kotak amatan yaitu di kotak amatan ke-4, kotak amatan ke-7, dan kotak amatan ke-9 dimana luas masing-masing genangan darah sebesar 1500 cm 2 , 50 cm 2 , 165 cm 2 , sedangkan pada sore hari luas genangan darah terdapat pada 4 kotak amatan yaitu 79 kotak amatan ke-2, kotak amatan ke-5, kotak amatan ke-7, dan kotak amatan ke- 10 dengan luas masing-masing genangan sebesar 134 cm 2 , 125 cm 2 , 200 cm 2 , dan 50 cm 2 . Rata-rata genangan darah ikan pada pengamatan pagi dan sore hari yaitu 172 cm 2 dan 51 cm 2 yang berkisar antara 0 cm 2 -1500 cm 2 untuk pengamatan pagi hari dan 0 cm 2 -200 cm 2 untuk pengamatan sore hari. Tabel 14 Jumlah sampah cair di TPI PPP Lampulo tahun 2010 Hari tanggal Waktu Kotakan ke- Jumlah sampahlimbahbuangan amatan menurut jenis cm 2 Genangan darah ikan Genangan airlendir Sabtu 10 April 2010 10.00 sd 11.00 1 - 680 2 - 7.250 3 - 5.565 4 1.500 2.050 5 - 1.565 6 - 75 7 50 325 8 - 10.540 9 165 650 10 - 1.205 Rata-rata 172 2.991 Simpangan 469,7 3.563,6 Kisaran 0-1.500 75-10.540 Jumlah 1.715 29.905 Sabtu 10 April 2010 17.00 sd 18.00 1 - 540 2 134 500 3 - 80 4 - 35 5 125 150 6 - 20 7 200 100 8 - 75 9 - 225 10 50 100 Rata-rata 51 183 Simpangan 74,7 187,2 Kisaran 0-200 20-540 Jumlah 509 1.825 Berdasarkan Tabel 14 diketahui bahwa jumlah luas genangan airlendir untuk pengamatan pagi hari sebesar 29.905 cm 2 , sedangkan pada sore hari jumlah 80 luas genangan airlendir lebih sedikit dibandingkan pada pagi hari yaitu sebesar 1.825 cm 2 , dimana kotak amatan yang memiliki luas genangan yang paling besar yaitu kotak amatan ke-8 pada waktu pengamatan pagi hari dan kotak amatan ke-1 untuk pengamatan pada sore hari. Jumlah kotak amatan yang tidak tergenang darah ikan pada pengamatan pagi hari sebesar 70 dan pada sore hari sebesar 60 dari keseluruhan kotak amatan, dimana luas genangan darah ikan untuk seluruh luas TPI pada pagi dan sore hari mencapai 1.715 cm 2 dan 509 cm 2 . Jadi, jumlah luas genangan untuk seluruh luas TPI pada pagi hari mencapai 31.620 cm 2 , sedangkan untuk pengamatan pada sore hari mencapai 2.334 cm 2 Tabel 14. Banyaknya jumlah sampah fisik yang terdapat di dermaga dan TPI tersebut secara tidak langsung dipengaruhi oleh banyaknya orang yang beraktivitas di tempat tersebut. Rata-rata orang yang melakukan aktivitas tiap waktu amatan per kelompoknya adalah sebanyak 34 orang yang termasuk kelompok pedagang ikan, 7 orang pedagang non-ikan seperti pedagang asongan, 75 orang kelompok pembeli, dan 58 orang kelompok toke bangku Tabel 15, dimana masing-masing kelompok orang tersebut berpotensi menghasilkan sampah fisik baik berupa sampah padat botolkaleng bekas, plastik bekas, puntung rokok, potongan tubuh ikan, dan sisa makanan maupun sampah cair berupa genangan darah ikan dan airlendir. Berdasarkan perhitungan diperoleh bahwa estimasi jumlah orang yang beraktivitas di dermaga dan TPI pada waktu pagi hari sebanyak 168 orang yang dikelompokkan atas pedagang ikan sebanyak 35 orang, pedagang non-ikan sebanyak 8 orang, pembeli sebanyak 87 orang, dan toke bangku sebanyak 65 orang. Untuk pengamatan pada sore hari, estimasi jumlah orang yang melakukan aktivitas sebanyak 160 orang yang terbagi atas pedagang ikan sebanyak 33 orang, pedagang non-ikan sebanyak 6 orang, pembeli sebanyak 63 orang, dan toke bangku sebanyak 58 orang, sehingga diperoleh estimasi jumlah orang yang beraktivitas dalam satu hari di dermaga dan TPI PPP Lampulo sebanyak 357 orang Tabel 15. 81 Tabel 15 Jumlah kelompok orang yang beraktivitas di dermaga dan TPI PPP Lampulo tahun 2010 Haritanggal Waktu Kelompok orang yang beraktivitas orang Pedagang Ikan Pedagang non-ikan Pembeli Toke bangku Sabtu 10.00 sd 11.00 35 8 87 65 10 April 2010 Sub jumlah 195 Sabtu 17.00 sd 18.00 33 6 63 58 10 April 2010 Sub jumlah 160 Rata-rata 34 7 75 62 Simpangan 1,4 1,4 17,0 4,9 Kisaran 33-35 6-8 63-87 58-65 Jumlah 357 Banyaknya sampah di dermaga dan TPI PPP Lampulo tersebut dapat mengganggu aktivitas yang berlangsung, dimana dengan banyaknya sampah di dermaga dan TPI menyebabkan lahan yang dapat digunakan untuk beraktivitas semakin sedikit sehingga aktivitas tidak dapat dilaksanakan secara optimal. Selain itu, banyaknya sampah fisik berupa sampah padat membuat dermaga dan TPI terlihat kotor dan sampah tersebut dapat menyumbat saluran pembuangan yang terdapat di sekitar TPI sehingga sanitasi di dermaga dan TPI menjadi tidak baik yang nantinya berpengaruh pada mutu hasil tangkapan, dimana hasil tangkapan akan lebih cepat busuk karena adanya bakteri yang melekat pada tubuh hasil tangkapan akibat terkontaminasi dari sampah tersebut. Berdasarkan penjelasan di atas dapat disimpulkan bahwa banyaknya sampah di dermaga dan TPI PPP Lampulo memerlukan suatu upaya yang dapat dilakukan oleh pihak UPTD PPP Lampulo sebagai pihak pengelola PPP Lampulo atau bekerjasama dengan instansi terkait lainnya. Upaya yang dapat dilakukan antara lain memasang larangan membuang sampah sembarangan, menyediakan sarana pembuangan sampah dalam jarak tertentu, menyediakan keranjang yang tertutup agar tidak ada ceceran darah ikan dan air sisa bongkahan es, serta melakukan pembersihan sampah secara rutin baik berupa sampah padat ataupun cair dalam jangka waktu tertentu. 82

5.3 Faktor-faktor Terkait Sanitasi yang Berpengaruh terhadap Mutu Hasil