Komposisi Artificial Diet yang Sesuai

stress biasanya akan mengeluarkan senyawa inhibitor untuk bertahan dari serangan hama boktor, senyawa inhibitor mempunyai kemungkinan tidak disukai oleh hama Listyorini, 2007. Pohon yang sakit kemungkinan telah mengalami degradasi nutrisi sehingga tidak mampu mencukupi kebutuhan nutrisi pada larva boktor. Sifat fisiologik yang mempengaruhi serangga biasanya berupa zat-zat kimia yang dihasilkan oleh tanaman baik metabolisme primer maupun metabolisme sekunder. Hasil metabolisme sekunder seperti quinon,flavonoid, tannin, dll Alfermann, 2000. Sementara itu, hasil metabolisme primer seperti protein, karbohidrat dan lemak. Tanaman sengon secara umum berpotensi untuk mendapatkan serangan hama boktor. Artinya, serangan hama boktor berpotensi terjadi pada semua tanaman sengon tanpa membedakan provenansi dan kondisi dari tanaman sengon itu sendiri. Selain hal-hal tersebut diatas, kayu sengon juga memiliki zat inhibitor yang merupakan daya tahan alami suatu tanaman untuk melawan serangan hama Listyorini, 2007. Pada pencernaan larva boktor terdapat aktifitas enzim trypsin dan alfa-amylase, yang mempunyai pola aktifitas enzim yang linear Prasetya, 2007. Enzim trypsin berperan dalam pencernaan protein menjadi molekul yang sederhana yang siap diserap oleh sel, sedangkan mekanisme kerja α-amylase adalah memecah molekul yang besar seperti pati menjadi molekul yang kecil, sehingga dapat diserap oleh usus. Molekul pati, terlalu besar untuk diserap oleh usus, namun enzim akan menghidrolisis rantai pati menjadi molekul kecil seperti maltosa , yang akan dihidrolisis lebih jauh menjadi glukosa , sehingga dapat diserap. Enzim-enzim yang berbeda, mencerna zat-zat makanan yang berbeda pula.

4.2.3 Komposisi Artificial Diet yang Sesuai

Faktor provenan dan kondisi tidak memberikan pengaruh yang nyata pada semua parameter pengamatan yaitu berat larva, panjang larva, diameter kepala larva dan berat konsumsi makanan larva. Pada penelitian Listyorini 2007 dengan mengunakan selulosa murni sebagai bahan utama memberi pengaruh nyata pada berat larva dan berat makanan larva dan diameter kepala larva. Pada penelitian ini, ada pengurangan vitamin B, NaCl, dolomit, dan minyak zaitun dan tidak menggunakan serbuk selulosa murni sebagai tambahan, hanya menggunakan serbuk sengon sebagai bahan selulosa utama. Hal ini dibuat dengan pertimbangan dapat diketahui jumlah serbuk sengon murni yang dikonsumsi oleh larva boktor. Hanya menggunakan sedikit bahan kimia yaitu asam askorbik, benzoat, yeast extract dan streptomycin yang sama seperti penelitian Listyorini 2007. Keuntungan dari artificial diet untuk serangga adalah kandungan gizinya lebih lengkap dan mudah diatur sesuai dengan kebutuhan, mudah melihat perilaku larva dalam menyerang pohon dibandingkan di lapangan, dan dapat melihat daur hidup dari larva tersebut Blanco, et al., 2009. Pada penelitian Raguso, et al. 2007 tentang pengaruh larva ukuran besar M. sexta di dalam artificial diet dengan daun tembakau untuk mengukur kandungan gizi yang dihasilkan oleh larva besar selama pengamatan. Perilaku makan dari larva M.sexta ini dinilai dari waktu, ukuran dan lemak. Berdasarkan hasil penelitian ini dapat diperoleh bahwa berat konsumsi makanan yang dikonsumsi oleh larva menggunakan serbuk sengon belum memperoleh hasil yang baik dibanding dengan penelitian Listyorini 2007. Hal ini dapat diasumsikan bahwa pengurangan selulosa murni berpengaruh hanya pada minat makan boktor. Boktor lebih menyukai campuran selulosa murni dibandingkan dengan hanya serbuk sengon saja untuk perkembangannya.

4.2.3 Perilaku Larva Boktor dalam Artificial Diet