Artificial Diet TINJAUAN PUSTAKA

X. festiva menyerang berbagai jenis pohon yang tergolong family Leguminosae. Menurut Notoatmodjo 1963 dalam Husaeni, et al., 2001, selain menyerang sengon X. festiva menyerang pula Albizzia chinensis A. stipulata, A. lebbecks, A. sumatarana, Phitecelobium lobatum, Samanea saman, Inga vera, dan Acacia auriculiformis. Pada tahun 1986 hama ini pernah ditemukan menyerang Calliandra callothyrsus di Bogor dan A. decurens di Sukabumi Husaeni, 2001. Dalam penelitianya antara tahun 1991-1994, Matsumoto 1994 menambahkan lagi pohon-pohon inang yang diserang X. festiva yaitu A. mangium, hibrid A. mangium x A. auricoliformis, A. vera, A. Arabica, A. catechu, Pithecelobium jiringa, P.dulce, Parkia speciosa, dan Enterolobium cyclocarpum. Sengon, jengkol dan petai merupakan tiga jenis pohon yang sering ditanam di kebun milik rakyat. Penularan boktor ke tegakan-tegakan sengon di dalam kawasan hutan sering dimulai dari kebun-kebun milik rakyat tersebut.

2.2.4 Pengendalian

Pengendalian hama boktor dapat dilakukan secara teknik silvikultur, secara mekanis, secara kimiawi dan pengendalian secara hayati. Pengendalian hama boktor dengan metode silvikultur di Indonesia sudah pernah dilakukan. Kemungkinan usaha yang dapat dilakukan dalam rangka pengendalian X. festiva secara teknik silvikultur adalah membuat tanaman campuran sengon dengan mimba Azadirachta indica dari family Meliaceae. Pengendalian secara mekanis dengan si stem “tebang sakit” dan cara pengupasan kulit batang pohon yang terserang. Pengendalian hama boktor secara kimiawi, selain biayanya mahal, juga secara teknis sukar untuk dilaksanakan. Pengendalian ini dapat dilaksanakan pada tanaman muda yang tidak terlalu luas. Pengendalian secara hayati adalah pengendalian hama dengan menggunakan musuh-musuh hama yang ada di lapangan atau dari hasil pembiakkan di laboratorium Husaeni, 2001.

2.3 Artificial Diet

Artificial diet merupakan suatu makanan yang tidak alami atau asing bagi serangga yang dibuat dengan suatu proses tertentu yang mengacu pada pendekatan kimia Wibisono, 1999. Di dalam makanan buatan ini terdapat komponen- komponen yang dibutuhkan oleh serangga untuk kehidupannya. Komponennya dibagi menjadi dua yaitu komponen kimia dan komponen alami. Komponen alami dapat dipenuhi oleh bagian tanaman seperti serbuk kayu, ekstrak biji, ekstrak daun dan bunga, sedangkan komponen kimia dapat dipenuhi dengan ascorbic acid, yeast extract, dan bahan-bahan kimia lainnya. Artificial diet merupakan ransum yang sering dipakai dalam melakukan penelitian serangga, khususnya stadium larva. Makanan buatan telah dimanfaatkan untuk tujuan pencegahan, pemberantasan dan pengendalian hama dan penyakit Singh, 1977 dalam Lakapu, 2008. Adanya artificial diet memungkinkan dan memudahkan untuk menguji produk-produk serta bahan aktif tanaman yang bersifat anti-metabolik terhadap serangan hama menurut Allsop 1994 dalam Lystiorini 2007. Awal perkembangan makanan buatan yaitu pada tahun 1976 oleh Sander dan Knoke merupakan orang pertama yang berhasil menangkarkan hama kayu Xyleborus ferrugineus dalam makanan buatan. Didalam makanan buatan tersebut terdapat berbagai macam bahan kimia maupun bahan alami, seperti serbuk kayu dan lain sebagainya. Komposisi bahan makanan yang dipakai terdiri dari sucrose 15 g, yeast extract 10 g, casein 10 g, wheat 15 g, salt 1,3 g, agar 40 g, sawdust 150 g, air destilasi 1000 ml, ascorbic acid 2 g, dan streptomycin 0,7 g Singh, 1977 dalam Lakapu, 2008. Masing-masing bahan alami maupun bahan kimia yang digunakan mempunyai fungsi yang berbeda. Ascorbic acid merupakan sumber vitamin C yang sangat dibutuhkan serangga dalam pertumbuhannya. Yeast extract merupakan sumber protein untuk melengkapi kebutuhan nutrisi serangga, khususnya dalam memproduksi sel, jaringan tubuh dan pembentukan enzim-enzim oleh serangga. Kehadiran protein ini memberikan respon yang sangat berarti bagi serangga dalam pertumbuhannya dan juga merangsang metabolisme dalam tubuh serangga Chapman, 1971. Singh 1977 dalam Lakapu, 2008 mengatakan bahwa agar mutlak diperlukan dalam pembuatan artificial diet. Agar dipergunakan sebagai pembentuk tekstur ransum dan mampu mengikat zat-zat aditif secara sempurna. Selanjutnya ditambah zat gula sukrosa yang merupakan zat pembentuk tenaga. Fungsi karbohidrat sebagai sumber utama energi, pengatur metabolisme lemak, dan penghemat fungsi protein. Sementara itu, dikatakan bahwa zat pokok yang dibutuhkan adalah karbohidrat dan air. Karbohidrat diperoleh dari selulosa sedangkan kebutuhan air diperoleh dari aquades. Lemak berfungsi sebagai penghasil energi yang dibutuhkan pembentuk struktur tubuh. Na Natrium berfungsi sebagai pengatur volume darah dan 30-40 berada didalam tulang. Cl Klor selalu mengikuti ion Na dalam cairan tubuh. Na dan Cl ini merupakan mineral makro yang sangat dibutuhkan makhluk hidup. Mg berfungsi untuk struktur tulang, transmisi impuls saraf, dan regulasi enzim. Streptomycin yang diberikan dalam artificial diet berfungsi sebagai antibiotik dalam mencegah bakteri. Artificial diet dapat bertahan lama karena adanya streptomycin. Keuntungan yang didapatkan dalam memelihara serangga pada artificial diet adalah didapatkannya gambaran yang jelas akan perilaku dan sifat hidup hama boktor. Artificial diet ini juga memungkinkan untuk penyelamatan terhadap jenis serangga yang langka untuk menghindari kepunahan jenis tersebut. Menurut Singh 1977 dalam Lystiorini 2007, ada empat prinsip yang harus diperhatikan untuk mendapatkan artificial diet yang sempurna adalah : 1. Faktor fisik : tekstur, kekerasan, kandungan air, dan ukuran artificial diet 2. Faktor kimia : nutrisi dan kandungan bahan organik 3. Keseimbangan nutrisi : nutrisi-nutrisi dalam artificial diet harus mempunyai peran masing-masing dan mempunyai hubungan antar nutrisi 4.Kontaminasi mikroba : adanya kontaminasi dengan mikroba dapat merusak artificial diet dan mikroba tersebut akan menjadi parasit bagi serangga.

III. METODE PENELITIAN

3.1 Waktu dan Tempat

Pelaksanaan penelitian dimulai pada bulan Agustus-Desember 2009. Penelitian ini dilakukan di Laboratorium Entomologi Hutan, Departemen Silvikultur, Fakultas Kehutanan, Institut Pertanian Bogor. 3.2 Bahan dan Alat 3.2.1 Bahan Bahan yang digunakan dalam penelitian ini yaitu serbuk kayu dan kulit sengon yang terdiri dari provenan Kediri kondisi sakit dan sehat, provenan Salomon kondisi sakit dan sehat masing-masing telah diproses secara freeze dry, yeast extract, streptomycin, sukrosa, agar, aquades, ascorbic acid vitamin C, Na benzoat dan larva berukuran besar dengan panjang ± 2,5 cm.

3.2.2 Alat

Alat yang digunakan dalam penelitian ini terdiri dari neraca digital, kompor listrik, tabung reaksi, gelas kimia, gelas ukur, sendok, pengaduk, caliper, milimeterblok, pipet, cawan petri, cutter, gunting, kain kasa, tissue, label, karet, tabung film, alat tulis, kamera, dan mikroskop. 3.3 Pelaksanaan Pengerjaan 3.3.1 Persiapan dan Pembuatan Artificial Diet